Ngaku-ngaku

5.4K 987 186
                                    

❀~~~3~~~❀

"Shin!"

Kita berbalik. "Apa?"

Aran tepuk jidat

"Kamu nyuruh Yuki jemput Tsumu?" Tanya Aran

Kita mengangguk. "Kenapa memangnya....,"














"oh...." Kita langsung kembali berbalik menghadap ke pintu keluar. Dia mau berlari keluar.

Tapi, langkahnya terhenti. Dari jauh, keliatan Akiko yang lari-lari kecil. Gadis berjaket putih itu tampak baik-baik saja. Kita berhenti di depan pintu.

"Kenapa lari?" Kita langsung bertanya begitu Akiko sampai di depan pintu gedung olahraga.

"Oh? Tidak apa-apa."

Akiko segera masuk ke dalam gedung dan menghampiri yang lain. Dia membantu anggota klub yang akan latihan serve.

Kita tidak sempat menarik tangannya. Gadis itu lebih cepat. Kita menghela nafas lalu menoleh ke luar gedung.

Atsumu lari-lari kecil sambil memonyongkan bibirnya, tampak kesal.

"Kenapa telat?" Tanya Kita

"Oh? Biasa~ serangga pengganggu." Atsumu mengangkat kedua bahunya

"Mereka menganggumu?"

"Lumayan. Aku risih." Atsumu berlalu, melewati Kita.

Sang kapten tim itu cuma terdiam. Dia tidak menutup pintu gedung. Kita pikir, sekolah lawan sebentar lagi datang, jadi pintunya tidak perlu ditutup. Lagi pula sekarang hawanya mulai menghangat.

Akiko sedang menggosok lensa kamera. Sambil bersenandung kecil, dia menggosoknya.

"Ada yang bisa kubantu, Akiko-chan?"

"Eh?"

Suaranya mirip. Bahkan panggilannya juga. Akiko mengira itu Atsumu, tapi ternyata kembarannya, Osamu.

Tampak lebih ramah.

"Umm.... Boleh bantu pasang kamera ini?"

"Oke, buat apa tapi?"

"Aku ingin merekam pertandingan ka--"

"AKIKO-CHAN!!"

Akiko benar-benar terkejut dengan panggilan barusan. Sebenarnya, Osamu juga. Yeah, siapa lagi kalau bukan Atsumu yang barusan manggil itu.

"Kena--"

"Kamu ya, yang tadi ngelempar batu ke kepalaku?!"

Ini kedua kalinya omongan Akiko terpotong oleh Atsumu.

"Ya. Kenapa?" Akiko sengaja menggunakan nada menantang.

Atsumu berkacak pinggang. "Huh, sakit tauk. Pakai cara yang lebih halus kenapa?" Omelnya


BUG


"Salahmu nggak menghiraukannya. Harusnya kamu berterima kasih, kalau nggak, pasti udah dimarahin sama Kita-san." Osamu memukul tangan kanan Atsumu yang lagi berkacak pinggang.

Kini, wajah sebal Atsumu pindah ke Osamu.

"Iih! Kamu kok gitu sih?! Kenapa jadi ngebelain dia?!" Atsumu memukul-mukul Osamu


Akiko dalam hati: apakah ini yang dinamakan sinetron lebay?


"Kan dia bener, kamu yang salah tapi nyolot."

"NYOLOT?!"

Dan kedua saudara kembar-tapi nggak ngakuin-itu bertengkar. Suna dengan gercep ngevideoin. Gin sudah jadi cheerleader, menyemangati(dua-duanya). Aran langsung berusaha misahin, tapi malah kena tonjok Atsumu. Jadilah ikut berantem.

Mereka baru kelar gelut setelah pelatih datang. Kita ngelaporin kalau ada yang habis bertengkar. Mereka dihukum ngepel nanti.

Beruntung mereka segera berhenti, karena sekolah lain yang jadi lawan latihan tanding, datang tak lama kemudian.

Mereka akan bermain paling banyak delapan set. Akiko duduk di samping Pelatih Kurosu sambil mencatat. Dia mencatat apa saja yang bisa dicatat. Soal kamera, Oomimi dan Akagi yang membantu tadi.

Kelihatannya akan berjalan lancar. Tapi...

Baru aja set pertama jalan separuh, puluhan fans bar-bar menyerbu pintu gedung olahraga. Mereka berteriak-teriak nggak jelas. 90 persen adalah fansnya kembar Miya.

Akiko sudah menduga. Cepat atau lambat, pasti fans-fans itu bakal datang.

Sekarang ini, posisi mereka ada di depan pintu. Otomatis dekat dengan lapangan. Itu sangat menganggu. Apalagi yang diteriaki cuma kembar Miya. Terlalu berlebihan. Aran yang mau manggil Gin di seberang posisi aja harus dua kali. Apalagi tim lawan, terganggu banget. Nggak bisa latihan maksimal.

Akhirnya, di pergantian set yang ketiga, Pelatih Oomi menyuruh Akiko.

"Yuki-san, tolong suruh yang di depan pintu itu untuk diam."

"Tutup aja sekalian pintunya." Tambah Pelatih Kurosu

"Baik." Akiko segera berdiri

Sepertinya, para penggemar itu baru sadar akan kehadiran Akiko. Mereka terkejut ketika Akiko lewat dan mau menutup pintu.

"Ah, maaf. Saya akan menutup pintunya, disuruh sensei."

Tangan Akiko yang mau menutup pintu ditahan.

"Woi, siapa kamu?"

"Ih, kok ditutup sii..."

"Kok ada cewek di sini?"

"Siapa?"


Perhatian para penggemar itu langsung tertuju pada Akiko. Mereka heran dengannya.

"Jangan-jangan, kamu manager ya?"

"Nggak mungkin!!"

"Masa' sih??"


Para penggemar itu tambah heboh. Padahal Akiko aja nggak jawab salah satu dari perkataan mereka.

Cewek bawa kipas yang nahan tangan Akiko menatapnya dengan tatapan sinis. "Kamu manager klub voli?"



"Kalau iya, kenapa?"



Itu bukan Akiko yang jawab. Tangan cewek pemegang kipas itu pun sudah lepas dari tangan Akiko.

Itu ulah Kita Shinsuke.

Para penggemar itu terkejut bukan main.

"Nggak mungkin! Senpai pasti bohong!" Para penggemar itu protes

"Pasti dia keluarga senpai kan?"








"Iya, dia adik sepupuku."






Hah?

Dan semua sukses ternganga dengan jawaban Kita. Termasuk Akiko. Sang manager itu bahkan menatap Kita seperti melihat hantu. Tapi si kapten itu tetap pasang wajah datar sedatar datarnya.

Para penggemar itu berteriak tambah keras. Berteriak tidak terima.

"Senpai bohong!!"

Akiko dalam hati lagi: siapa juga yang percaya sekaligus nyangka

"Kamu pasti anak kelas satu!! Kamu kenapa bisa jadi managernya klub voli?!! Pakai orang dalam ya kamu?!!"

Mbak-mbaknya ngegas. Akiko udah nggak bisa ngomong. Mereka menakutkan. Lebih menakutkan dari Kita.

Kita juga cuma diam di samping Akiko. Dia lagi mikir kebohongan apa lagi yang harus diucapkan.









































"Iya, dia anak kelas satu. Aku yang ngerekomendasiin adik sepupunya Kita-san sekaligus calon pacarku ini ke sensei."-Miya Osamu












Iya. Miya Osamu.

Yang rambutnya abu-abu agak tua. Yang mirip sama Atsumu. Yang barusan ngomong.

The Little Red Riding Hood || Inarizaki's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang