Kuyang Forever

6.9K 1.1K 166
                                    

❀~~~3~~~❀

"Jadi orang yang ramah untuk besok lusa saja, sehari saja, tolong."

Suna menatap tak percaya kapten berwajah datar yang di sebelahnya itu. Dia menelan ludah.

"Siap."

Kita menghela nafas. Masalah satu beres. Tinggal tiga lagi, manusia gila yang harus diberitahu. Kita merasa 20 tahun menua.

Semua anggota sudah datang. Suna dan Kita yang terakhir. Mereka dua hari ini selalu datang bersamaan. Kebetulan aja katanya. Katanya.

Latihan hari ini seperti biasanya. Klub voli Inarizaki tak lama ini baru saja menyabet runner-up kejuaraan nasional. Mereka takluk setelah berhadapan grup Itachiyama. Sekarang Kita dan kawan-kawan bersiap untuk turnamen berikutnya, Spring High.

Kita berencana memberi tahu soal Akiko di sela-sela istirahat latihan. Tapi dia yakin nggak bakalan ada yang dengerin. Alhasil, ia mengurungkan niatnya dan menunggu briefing setelah latihan saja.

"Ada yang ingin kuberitahu sebelum bubar." Kita berdiri di sebelah Kurosu-sensei ketika penjelasan berakhir.

"Besok lusa ada murid tahun pertama yang mau percobaan jadi manager." Langsung banyak yang ngomong sendiri. Serasa di kandang ayam. Manusia yang di depan ini seketika itu juga langsung jadi kachang.

Kita be like: cobaan macam apa lagi ini....


"Ayo taruhan, siapa managernya." Ini siapa lagi yang iseng main taruhan.

"Pasti yang kemarin." Satunya juga, kenapa diladeni.

"Iya tolol, maksudku namanya!"

"Bodoh, ngapain taruhan, kan kita udah tau namanya."

"Hah? Kamu inget tah?"

Kita bisa melihat sekaligus mendengarkan percakapan unfaedah itu dari depan. Yang diajak taruhan alias yang ditanya geleng cepat. Yang nanya udah nimpuk saudara terjintah dengan handuk bekas keringatnya. Kita langsung ngelus dada, kesabarannya lagi diuji.

Kurosu-sensei bertepuk tangan meminta perhatian. Semua mata kembali terarah ke depan.

"Kalian ini kalah sama anjing! Anjing aja nggak pernah mengabaikan pemiliknya! Masa' kalian langsung ngomong sendiri begitu Shinsuke-kun kasih pengumuman soal manager."

Lagi-lagi anjing. Sepertinya Kurosu-sensei lagi demen sama hewan yang namanya anjing. Semua permisalan selalu saja pakai anjing. Yang denger mesti mikir dua kali, ini sebenarnya cuma permisalan atau gimana...

Semua pada ngeliatin Kita. Sang kapten cuma bales ngeliatin pakai wajah datarnya. Diamnya Kita itu lebih menakutkan dari teriakan gaje hantu rambut panjang baju putih.

"Tolong jadi ramah aja sehari."








Hening













"Oi oi oi, memangnya selama ini kami nggak ramah gitu?" Aran, murid kelas tiga, teman dekat Kita, mengangkat tangan.

"Tidak." Jawab Kita. Singkat. Padat. Jelas.

"Wooo!!! Nggak ada bukti!! Aku aja banyak kenal sama adkel maupun kakel! Masa' ini disebut nggak ramah!" Atsumu, pemuda berambut pirang itu protes.

"Kamu nggak ramah sama sekali. Kamu nyelekit."

"Woy! Ngaca!" Sip, Atsumu keceplosan.

Osamu, kembaran tersayangnya (terlaknat) Atsumu, yang duduk di sebelahnya langsung geser menjauh. Suna yang duduk di belakang Atsumu langsung minggir.

"Aku nggak nyelekit. Aku cuma memberi tahu." Tatapan itu jauh lebih tajam dari pisau yang biasa dipake ibu-ibu jualan daging di pasar. Pisau yang lebih gede dari otaknya Atsumu.

Atsumu pengen bantah. Akan tetapi, Aran yang duduk di depannya menoleh dan memberi isyarat agar diam. Perdebatan soal ramah ini bisa-bisa sampai tengah malam kalau dilanjutkan. Yang debat mungkin itu-itu aja, tapi yang lain itu biasanya jadi kompor, akhirnya tambah runyam. Mereka itu nggak bisa hidup tanpa perbacotan.

Klub ini sebenarnya bukan hanya klub voli, melainkan klub debat. Sayangnya, debatnya itu tidak sesuai kaidah. Mereka pasti didiskualifikasi kalau ikut lomba debat. Bar-bar.

"Kapten! Siapa namanya?" Ginjima, teman seangkatan Atsumu angkat tangan.

Ini lagi, golongan orang kepo bin lambe turah, sebelas dua belas sama kembar Miyanto.

Kita cuma diam. Dia diam bukan karena males yang mau kasih tau. Dia lupa namanya. Sang kapten tercinta ini nggak tanya nama plus tadi cuma baca sekilas formulirnya. Dia benar-benar lupa.

"Oh, sebentar," Kurosu-sensei mengambil kertas formulir yang ada di atas kursi, "itu, namanya Yuki Akiko, dari kelas 1-6."

"Buset, kelas 1-6, pinter tuh." No komen no life, itu mottonya Ginjima.

"Punya gebetan belum ya?" Pertanyaan klise bin unfaedah.

"Kayak apa anaknya? Apa yang kemaren ngomong sama Shinsuke di tempat parkir?" Akagi, sang Libero Inarizaki sudah mulai nimbrung.

"Iya." Suna, sang saksi mata kejadian dua hari ini menjawab.

"Cantik nggak?"

"Lumayan lah."

"Dasar, otak  segede amuba." Kita menyingkir dari depan, menandakan ia sudah selesai berbicara.

Akhirnya kegiatan klub voli laki-laki SMA Inarizaki hari itu selesai. Seperti biasa, Kita yang megang kunci, soalnya dia mau pulang terakhiran. Kalau katanya Oomimi, teman sekelas Kita, dia itu mau melakukan ritualnya.









Harusnya sih, sudah nggak ada orang. Tapi, Kita melihat kejanggalan. Pintu ruang klub voli laki-laki masih terbuka. Kita dalam hati ngedumel. Dia sudah bolak-balik bilang supaya ditutup pintunya kalau mau keluar masuk, nanti ada nyamuk atau serangga tak diundang masuk. Males dia yang mau perang dunia kesekian kalinya dengan para serangga itu.

Kita ya jalan santai seperti biasanya. Dia cuma ngedumel di hati, mulutnya tetep rapet.

Baru mau belok kiri masuk ruang klub. Ada sesosok keluar buru-buru nabrak kapten termelas ini.




































"ASTAJIM! KUYANG ASTAGA NAGA!!" Sesosok itu langsung njingkrak nggak karuan.

"?!" Korban hanya bisa mengernyitkan dahi dan langsung nyubit.









"YA AMPUN!! AMPUNI SAYA WAHAI KUYANG TERHORMAT!! JANGAN AMBIL GINJAL SAYA ASTAGA!! AMBIL PUNYA SAMU AJAAAA--" sosok itu langsung berteriak tambah kencang kea toa sewaktu pinggangnya dicubit Kita.

"Ey, otak mu itu lebih kecil dari atom ya?"

Pelakunya adalah Atsumu. Dia langsung diam pas denger suaranya Kita. Atsumu dapet tatapan melas dari Kita.

"Ngapain kamu?"

Atsumu menghela nafas lega. "Oalah, Kita-san ternyata.... Anu, kunci rumah ketinggalan." Atsumu nunjukin kunci rumah dengan gantungan kunci nasi kepal, pasti kerjaannya Osamu.

Kita cuma diam.
























"Apa aku mirip kuyang?"

"Eh?"






Note:

Kayaknya readers-san masih belum kenal dekat sama SMA Inarizaki. Yeah, mereka mungkin baru keluar di anime waktu cour kedua(Atsumu udah nongol duluan). Jadi chapter depan bakal aku kenalin deh.

Siap-siap aja milih husbu wkwkwkwkwk

The Little Red Riding Hood || Inarizaki's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang