❀~~~~~~❀
"Apa maksud--" Atsumu-san baru saja akan memukul bahuku sebelum kutepis
Ini gawat. Aku benar-benar sedang tidak bercanda.
Sepertinya Atsumu-san juga mulai menyadarinya. Aku menoleh ke biang keladi itu. Wajahnya memucat.
"Ayo, mereka pasti belum jauh." Dia menarik tasku yang otomatis membuatku ikut lari
"Ish. Lepasin! Aku bisa lari sendiri!"
"Diam! Ini gara-gara kamu!" Atsumu-san menaikkan sedikit nadanya
Aku menepis tangannya dengan sedikit kasar. "Ya kamu lah! Kamu yang cari masalah! Nggak bisa gitu biarin orang seneng?" Aku memukul pinggangnya
Dia mengaduh pelan lalu menatapku kesal. Aku belum pernah melihatnya sekesal ini.
"Cuma karet rambut! Pemarah banget! Lihat! Sekarang kita terpisah!" Dia berhenti lalu menunjuk wajahku marah
Aku tentu juga langsung berhenti. Ini pertama kalinya aku dimarahin seserius ini oleh Atsumu-san. Wajahnya merah padam.
Baiklah kalau begitu
"Oke oke, aku yang salah. Aku minta maaf karena emosian." Aku mengangkat kedua tanganku
Dia masih belum sepenuhnya padam. Atsumu-san mendengus lalu kembali berlari. Aku mengikutinya lagi dengan diam.
Ini sudah biasa. Aku selalu meminta maaf terlebih dahulu karena males kalau kelamaan. Lagipula sekarang ada yang lebih penting.
Kami terus berlari menerabas kerumunan orang. Badanku kecil jadi mudah berlari di antara lautan manusia. Bahkan aku harus sedikit melambatkan lariku agar tidak mendahului Atsumu-san.
Aku mencari orang tinggi yang kepalanya pasti menyumbul dari kerumunan, Oomimi-san. Orang itu pasti gampang keliatan. Aku juga sesekali mengecek apakah arahku benar.
"Akiko! Mau kemana?!"
Aku berhenti karena terkejut
Atsumu-san menarik tanganku. "Jangan sampai terpisah! Aku bisa repot!"
"Tapi Atsumu-san! Jalan keluarnya bukan ke sana!" Aku menunjuk arah yang dituju Atsumu-san
"Emang tau apa kamu? Mereka pasti pergi ke arah sana!" Atsumu-san mendengus kesal
Aku menghela nafas. Baiklah. Terserahlah.
Atsumu-san terus mempercepat larinya. Dia benar-benar serius kali ini. Aku tidak menepis tangannya meskipun sedikit sakit karena takut terpisah. Aku tidak yakin bisa mengejar larinya kalau semisal tidak ditarik gini.
Jujur saja, aku merasa kami berlari ke arah yang salah. Kalau mengikuti instruksi yang diberikan Kita-san tadi, ini sangat jauh dari tujuan. Kami harus menaiki kendaraan umum semacam komuter sebelum naik bus dan menuju hotel.
Ah, tidak apa, yang penting tau hotelnya, aku bisa naik komuter...
Tunggu
AKU NGGAK TAU HOTELNYA?!
KITA-SAN ATAUPUN SENSEI NGGAK NGASIH TAU
Cuma nama daerahnya...
TAPI AKU LUPA. ASTAGA.
Aku mau menepuk jidatku tapi nggak bisa karena tangan kananku ditarik Atsumu-san. Ohiya, mungkin Atsumu-san tau. Semoga. Plis.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Red Riding Hood || Inarizaki's Manager
FanfictionJadi manager di klub voli laki-laki yang isinya cogan? Iri? Jangan deh, mending kalian di rumah. Dijamin nyesel sampai ke ubun-ubun gara-gara nerima tawaran untuk menjadi manager klub voli laki-laki. Nyesel karena isinya rubah licik. Nyesel karena...