Benar-Benar Tidak Berguna!

3.5K 695 215
                                    

❀~~~~~~❀



"Apa maksud--" Atsumu-san baru saja akan memukul bahuku sebelum kutepis

Ini gawat. Aku benar-benar sedang tidak bercanda.


Sepertinya Atsumu-san juga mulai menyadarinya. Aku menoleh ke biang keladi itu. Wajahnya memucat.


"Ayo, mereka pasti belum jauh." Dia menarik tasku yang otomatis membuatku ikut lari

"Ish. Lepasin! Aku bisa lari sendiri!"

"Diam! Ini gara-gara kamu!" Atsumu-san menaikkan sedikit nadanya

Aku menepis tangannya dengan sedikit kasar. "Ya kamu lah! Kamu yang cari masalah! Nggak bisa gitu biarin orang seneng?" Aku memukul pinggangnya

Dia mengaduh pelan lalu menatapku kesal. Aku belum pernah melihatnya sekesal ini.



"Cuma karet rambut! Pemarah banget! Lihat! Sekarang kita terpisah!" Dia berhenti lalu menunjuk wajahku marah

Aku tentu juga langsung berhenti. Ini pertama kalinya aku dimarahin seserius ini oleh Atsumu-san. Wajahnya merah padam.




Baiklah kalau begitu



"Oke oke, aku yang salah. Aku minta maaf karena emosian." Aku mengangkat kedua tanganku


Dia masih belum sepenuhnya padam. Atsumu-san mendengus lalu kembali berlari. Aku mengikutinya lagi dengan diam.

Ini sudah biasa. Aku selalu meminta maaf terlebih dahulu karena males kalau kelamaan. Lagipula sekarang ada yang lebih penting.

Kami terus berlari menerabas kerumunan orang. Badanku kecil jadi mudah berlari di antara lautan manusia. Bahkan aku harus sedikit melambatkan lariku agar tidak mendahului Atsumu-san.

Aku mencari orang tinggi yang kepalanya pasti menyumbul dari kerumunan, Oomimi-san. Orang itu pasti gampang keliatan. Aku juga sesekali mengecek apakah arahku benar.


"Akiko! Mau kemana?!"

Aku berhenti karena terkejut



Atsumu-san menarik tanganku. "Jangan sampai terpisah! Aku bisa repot!"

"Tapi Atsumu-san! Jalan keluarnya bukan ke sana!" Aku menunjuk arah yang dituju Atsumu-san

"Emang tau apa kamu? Mereka pasti pergi ke arah sana!" Atsumu-san mendengus kesal



Aku menghela nafas. Baiklah. Terserahlah.



Atsumu-san terus mempercepat larinya. Dia benar-benar serius kali ini. Aku tidak menepis tangannya meskipun sedikit sakit karena takut terpisah. Aku tidak yakin bisa mengejar larinya kalau semisal tidak ditarik gini.

Jujur saja, aku merasa kami berlari ke arah yang salah. Kalau mengikuti instruksi yang diberikan Kita-san tadi, ini sangat jauh dari tujuan. Kami harus menaiki kendaraan umum semacam komuter sebelum naik bus dan menuju hotel.

Ah, tidak apa, yang penting tau hotelnya, aku bisa naik komuter...







Tunggu









AKU NGGAK TAU HOTELNYA?!

KITA-SAN ATAUPUN SENSEI NGGAK NGASIH TAU




Cuma nama daerahnya...









TAPI AKU LUPA. ASTAGA.


Aku mau menepuk jidatku tapi nggak bisa karena tangan kananku ditarik Atsumu-san. Ohiya, mungkin Atsumu-san tau. Semoga. Plis.

The Little Red Riding Hood || Inarizaki's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang