❀~~~~~~❀
Aku pasrah soal drama. Terserah anggota klub sudah. Ntar aku disuruh jungkir balik pun nggak masalah, asal nggak ciuman, itu aja.
Selama lima hari ini murid tidak ada pelajaran. Sekolah cuma setengah hari. Tapi ini masa-masa sibuk. Karena pada nyicil buat festival musim panas yang diadakan pada liburan minggu ketiga.
Karena aku membebaskan diri dari drama, aku akhirnya bantuin Oomi-sensei buat kamp musim panas. Aku mendata apa saja kebutuhan dan keuangan. Aku juga mendapat data mengenai sekolah-sekolah yang akan ikut kamp musim panas.
Agendanya itu begini. Dari Minggu sore, kami menginap di penginapan kecil tak jauh dari sekolah. Selama empat hari kami akan berlatih di sekolah dulu, nungguin yang perbaikan. Baru hari kelima berangkat. Kalau ditotal, dua mingguan.
Oomi-sensei mencarikan teman perempuan untukku. Soalnya kalau nggak, aku bakal jadi cewek satu-satunya di perjalanan. Dan aku sendiri jujur saja merasa nggak enak. Katanya sih ada keponakannya Kurosu-sensei. Masih SMP. Aku setuju aja, daripada nggak ada temennya.
Soal empat hari pertama itu, aku nggak menginap bareng anggota klub. Rumahku kan deket sama sekolah. Cuma sepelemparan batu.
Sewaktu aku memberikan lembaran berisi rincian kegiatan dan lain-lain, aku menemukan keempat murid kelas dua lagi les sama Kita-san di kelas 3-7. Katanya Oomimi-san, mereka pada les di mapel matematika. Soalnya paling parah disitu. Tapi, mapel yang lain juga nggak lebih baik sih.
Aku melihat Kita-san yang menjadi guru merasa kasihan. Wajah sang tutor terlihat menua dua puluh tahun.
Tiba-tiba saja hati nuraniku terketuk.
"Umm... Kurasa aku tahu siapa yang bisa menjadi tutor kalian." Ucapku setelah memberikan selebaran
Wajah Kita-san tampak cerah. Begitu pula dengan keempat manusia otak udang kuadrat.
"Orang itu mungkin bisa mengajari pelajaran yang lain juga." Tambahku
Wajah kelima manusia itu tambah cerah. Secerah matahari musim panas.
"Dia baik kan? Nggak galak?" Tanya Gin-san yang mulutnya kemudian langsung dibekap sama Suna-san
"Sepertinya tidak. Akan kuberi tahu cara membujuknya." Aku tersenyum
.
.
.
.
.
.
🐺🐺
.
.
.
.Minggu sore, anggota klub satu persatu datang ke penginapan. Aku membantu mereka merapikan barang-barang. Aku juga menyiapkan dapur. Ini kamp musim panas pertamaku di SMA.
"Bahan makanannya masih ada di rumahmu kan, Akiko-san?" Tanya Aran-san
Aku mengangguk. "Gampang soal itu." Ucapku sambil mengacungkan jempol
Aran-san mengangguk
Setelah membereskan ruang makan, aku memutuskan untuk keluar penginapan. Anggota yang lain juga masih pada santai-santai.
Saat aku mau keluar penginapan, terdengar suara dari teras depan. Tadi sih aku nemu bekas kantung teh di dapur, tapi nggak ada tehnya. Aku mengintip dari pintu.
Ternyata Oomimi-san sama Kita-san lagi duduk-duduk di kursi sambil minum teh. Menurutku, mereka mirip sepasang orang tua. Sore-sore minum teh di teras. Tapi Kita-san memang yang paling tua sih.
Mereka sepertinya tidak menyadari kalau aku mengintip sekaligus nguping. Mereka membicarakan sesuatu.
"Tehnya enak, Shin."
Kita-san mengangguk. "Ini buatan nenekku."
Owh, pantesan aku asing sama teh yang di dapur
"Enak ternyata minum teh sore-sore di sini."
"Tentu saja, karena tidak ada yang lain." Kita-san meminum tehnya
"Aran dan Michinari lagi main di belakang sama yang lain. Grup Atsumu lagi ke rumahnya Kimura-sensei. Tinggal kita." Tambah Kita-san
Oomimi-san tertawa. "Semoga mereka berhasil."
Kita-san cuma mengangguk
Aku masih di posisi semula. Tidak bergeser semili pun. Mendengarkan obrolan manusia pintar.
"Nanti malam jadi nonton apa? Kita kan soalnya nggak bisa nonton rekaman latihan karena grup Atsumu nggak ada nanti malam." Tanya Oomimi-san
"Aku bawa koleksi film hantu ku."
Aku hampir saja refleks teriak marah karena mendengar jawaban Kita-san
"Mumpung rame-rame, jadi nggak nakutin banget." Ucap Kita-san
Oomimi-san mengangguk saja
"Tapi emang nggak nakutin sih." Ucap Kita-san lagi
Seandainya dia itu bukan Kita-san dan aku bukan lagi mengintip, sudah kutimpuk pakai sandal dari tadi
"Oh iya, kamu dapet dari mana rekaman pertandingan interhighnya Itachiyama?" Tanya Oomimi-san
"Yuki. Dia dapat dari sepupunya."
Oomimi-san mengangguk-angguk
"Aku merasa terbantu dengan adanya Yuki." Kita-san menghela nafas panjang
Oomimi-san tertawa mendengarnya. "Tentu saja, aku melihatmu sekarang bisa lebih fokus ke materi pelajaran. Kamu juga jadi bisa lebih sering bersih-bersih."
Kita-san tertawa dan Oomimi-san meminum tehnya kembali
"Dari awal ketemu di parkiran sudah keliatan kalau dia baik," Kita-san membetulkan posisi duduknya, "Pantas saja Osamu menyukainya."
Oomimi-san menoleh. "Kamu tidak menyukai Yuki juga?"
Seandainya keadaannya nggak gini, aku sudah mengisolasi mulut Oomimi-san
"Mmm... aku lebih menganggapnya sebagai adikku sendiri."
Okelah, aku mau pergi. Capek jongkok nggak jelas gini. Aku juga nggak mau ketahuan nguping gini.
Tiba-tiba muncul Gin-san yang berlari dari jalanan ke halaman penginapan
"EEYYY!! YUKI-CHAN!! MAKASIH BANYAK SARANNYA!!"
Sumpah, aku pengen menyumpal mulut Gin-san.
Benar saja, Kita-san sudah menoleh ke arah pintu tempatku jongkok. Oomimi-san juga.
Aku cuma nyengir
"Kamu udah dari tadi di situ?" Tanya Kita-san
Mampus
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Red Riding Hood || Inarizaki's Manager
FanfictionJadi manager di klub voli laki-laki yang isinya cogan? Iri? Jangan deh, mending kalian di rumah. Dijamin nyesel sampai ke ubun-ubun gara-gara nerima tawaran untuk menjadi manager klub voli laki-laki. Nyesel karena isinya rubah licik. Nyesel karena...