- Bonus -

4.2K 766 120
                                    

1. Kaset CD

Pemuda dengan rambut dwiwarna itu tampak sibuk di depan TV. Dia bukan jadi tukang servis TV kok. Kita sedang memilah-milah kaset CD.

Yang mana ya? Baru kali ini aku bawa kaset

Kita memilah kaset mana yang mau dibawanya ke penginapan. Tahun lalu dia hanya bisa duduk menonton anggota klub bermain. Kita tidak ingin seperti dulu lagi. Apalagi dia saat ini adalah kapten tim. Dia tidak bisa membiarkan anggotanya kebosanan.

Yang ini menurutku cuma bagus jump scarenya, ceritanya biasa aja. Yang ini gelap terus aku sampai nggak tau isi filmnya. Yang ini ceritanya maju mundur, pusing nontonnya...

Kita terkadang mengangguk sendiri lalu meletakkan kaset yang menurutnya layak untuk dibawa di sebelah kanannya. Ia juga menggeleng dan kebingungan sesekali.


"Shin-chan, ada apa? Keliatannya sibuk."


Kita menoleh ke arah pintu. Itu neneknya yang baru saja membereskan kamar.

"Ah, aku sedang memilih kaset untuk dibawa menginap. Aku bingung harus bawa yang mana."

"Untuk ditonton bareng-bareng?"

Kita mengangguk. "Iya."

"Nenek bantu pilih boleh?"

Kita mengangguk sekali lagi. "Tentu."

Jadi, sebagian besar kaset yang dibawa Kita itu rekomendasi neneknya.







Beberapa jam kemudian






"SHIN! KENAPA FILMNYA HOROR SEMUA?!" Pekik Aran saat mengecek kaset-kaset yang dibawa Kita

"Sumpah, aku yakin aku nggak bisa tidur malam ini." Akagi mengelap keringat di dahinya

"Aku nggak tau kamu koleksi filmnya horor kelewatan." Oomimi mengehela nafas

Para anggota klub yang lain masih saling berpelukan. Mereka ketakutan setengah mati menontonnya. Bahkan mereka sampai nggak berani ke toilet sendiri.

Kita cuma diam.


Wah, rekomendasi nenek benar-benar bagus. Untung tadi dibantuin milih.


2. Ketidakadilan

Anggota klub voli pada bermain di halaman belakang. Mereka adalah sekelompok manusia yang diusir dari dapur oleh Kapten tercinta, Kita Shinsuke. Daripada ngerusuh, mending main di luar aja.

Aran dan Akagi bertugas mengawasi. Terutama Atsumu dan Gin. Mereka itu kalau nggak diawasi kayak ulet dan bakalan menjadi diktator. Padahal mereka masih kelas dua tapi songongnya jangan ditanya, terutama yang rambut kuning alis segitiga pythagoras.

Aran duduk di teras belakang setelah basah disiram Atsumu. Untung ini sudah musim panas jadi nggak kedinginan. Aran mengusap wajahnya yang basah dan melihat beberapa anggota klub yang sedang duduk setengah melingkar.

"Ngomongin apa?"


Heisuke yang duduk mengangkat kepalanya. "Bahas naskah drama. Kan kami yang bikin."

Aran ber-oh. Dia lupa.

"Apa sudah jadi?"

"Belum, ini masih diskusi. Tapi kemungkinan bakal kayak gini."

Heisuke memberi selembar kertas. Beberapa coretan revisian tampak.

Aran membacanya dan langsung mengerutkan dahinya.


"Kenapa aku jadi pohon?!"

Heisuke kaget. "E-eh... Habis nggak ada peran lagi. Tapi bakalan banyak kok aktingnya Ojiro-san." Heisuke mengacungkan jempol

Aran mendengus. Memang, biar nggak ribet, Kita mengusulkan pemerannya anggota klub yang paling sering main. Itu lho, anggota grup chat Lapangan. Kita sama Akiko juga dihitung.

Perkiraan awal pemain itu gini:

- Si tudung merah: Akiko (pasti)
- Ibu: Ginjima
- Nenek: Suna
- Serigala 1: Atsumu
- Serigala 2: Osamu
- Polisi hutan 1: Oomimi
- Polisi hutan 2: Kita
- Pohon/bunga: Aran
- Narator: Akagi

The Little Red Riding Hood || Inarizaki's ManagerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang