13- TERAKHIR KALI

1.9K 138 1
                                    

Setelah gue tahu kalo Caca, sedang memperjuangkan hidupnya, sedang melawan penyakitnya, setiap hari gue selalu nengokin dia. Hanya sekedar menyapa. Dan mengajak dia bercanda gurau.

Gue sangat nyesel kenapa bisa gue gak peduli dimana Caca sekarang, gak pengen tau kondisi Caca, gimana kabarnya. Gue terlalu egois, gue terlalu memikirkan diri gue sendiri.

Latihan udah selesai, gue udah ijin minta keluar pelatnas. Tapi malah turun hujan lebat. Bingung mau minta tolong ke siapa buat anterin gue. Gue pengen banget ketemu sama Caca.

Pas mau jalan ke depan buat nyari taksi, kok gue gak kerasa badan kena hujan, pas gue nengok sebelah kiri, ternyata Fajar mayungin gue.

Gak ada senyum manisnya, gak ada ketawa cengas-cenges ala dia, ga ada kebanyolannya, bahkan ngadep gue pun enggak. Dia cuman madep lurus ke depan sambil mayungin gue.

"Makasih jar." gue pun tersenyum.

"Hmm." hanya deheman yang gue dengar.

Jujur, gue agak takut Fajar yang dingin. Gue lebih suka Fajar yang aneh, yang gak tau malu, jahil dan kelakuannya yang somplak.

Satu hal yang bikin gue juga ngerasa bersalah, adalah membuat Fajar tidak seperti dulu. Fajar berubah.

"Mau ketemu Caca kan?" tanya dia. Masih sama di cuman ngadep lurus liatin hujan yang ada di depan kita seolah seperti gak mau ngomong sama gue.

Gue cuman ngangguk sebagai jawaban.

"Ya udah, lo ikut gue." kata dia. Lalu kita pun masuk mobil. Fajar benar berubah. Gak ada lagi panggilan aku-kamu, dan digantikan oleh lo-gue. Senyumnya pun tidak ada selam di perjalanan. Tidak ada pembicaraan bahkan satu kata pun yang terucap dari mulutnya. Hening.

Sesampainya kita di ruangan Caca, dia kelihatan senang karena lihat gue dan Fajar bareng.

Setelah pertemuan pertama gue dengan Caca, gue selalu ke rs sendiri, Fajar pun sendiri. Tapi kali ini,gue dan Fajar nengokin Caca bareng.

"Ca, cantik banget sih." gue senyum sama Caca. Serius banget Caca kelihatan cantik banget. Senyumnya juga dangat manis.

"Udah makan?" tanya gue. Dia cuman ngangguk antusias. Gue seneng lihat caca ketawa kayak dulu. Selama gue nengokin dia, kita sama-sama berbicara hal-hal yang gak penting. Gue ceritain kenapa gue bisa kerja di PBSI sampai cerita-cerita konyol di masa kita SMA.

Sekali lagi Caca raih tangan gue dan Fajar, dan disatukan oleh dia. "Jjarr.. Tol..tolongg jagaa fr..franda ya." kata dia ke Fajar.

Sebagai jawaban Fajar cuman ngangguk dan tersenyum tipis. "Da.. Gguu..gue mau lo sama fajj..fajar." gue pun bingung. Gue hanya senyum aja sebagai jawaban.

Tiba-tiba aja kondisi Caca semakin melemah, dia drop dan matanya semakin menipis untuk menutup.

"Mm...mung....kin ini udd..udah wak..tunya gggue pergg..i Dda.." suaranya kelihatan melemah, namun senyumnya masih tercetak di wajah cantiknya.

"Ca.. Caca please bertahan Ca!" gue panik. Bener-bener panik. Sedangkan Fajar langsung memencet tombol darurat. Dokter dan suster pun datang dan mulai mengambil tindakan. Lalu mereka menyuruh gue dan Fajar buat keluar. Sebelum gue keluar, caca lihat gue dan senyumnya manis banget. "Bye bye Franda!" ucap dia gak ada suaranya. Tapi gue bisa tangkep itu semua.

Gue duduk di kursi dan berdoa semoga Caca baik-baik saja. Sedangkan Fajar hanya menyandarkan badannya di dinding samping pintu sambil menundukkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian, dokter keluar dari ruangan. Gue dan Fajar langsung menegapkan badan berhadapan dengan dokter. "Kami sudah berusaha dengan sangat, namun tuhan berkata lain. Pasien atas nama caca sudah tidak bisa ditolong lagi."

Mendengar itu gue langsung lemah. Air mata gak bisa gue bendung lagi. Gue luruh dan duduk di lantai. Gue ngerasa gak bisa jadi sahabat yang baik.

Caca akan dimakamkan besok, kata Fajar saat Caca diketahui mengidap kanker darah, dia langsung minta pokoknya harus dimakamkan di Bandung, dekat dengan komplek rumahnya. Jadi besok jenazahnya akan dimakamkan di kota kelahirannya.

Gue gak peduli, penampilan gue acak-acakan. Kantung mata yang sangat hitam, mata bengkak, mungkin gue udah keliatan kayak monster.

Setelah turun dari mobil, Fajar raih tangan gue. Gak ada kata-kata pun yang terucap, hanya ada tangan yang melakukan. Dan gue dihadapkan persis tepat di depannya.

Dia sangat teliti membenarkan tatanan rambut gue dan menghapus jejak air mata yang masih ngebasahin pipi gue.

Gak ada kata-kata yang terucap dari bibirnya. Gue dan dia sama-sama pergi dan menuju asrama. Baru saja tadi, gue dan Fajar nemuin ci susi buat minta cuti 3 hari harus hadirin pemakaman sahabat kami.

INSATGRAM

_frandaraa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_frandaraa


Gue bakal selalu kangen sama lo. Makasih caca. Lo akan selalu ada di hati gue. Semoga lo bahagia Ca di sana.

Tagged @caca_adibran

Likes 9.561
Comment dinonaktifkan

Double FATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang