12- MENYESAL

2K 143 5
                                    

Gue digandeng Fajar atau lebih tepatnya seperti ditarik. Langkah kaki Fajar sangat cepat. Dan gue gak tau, dia bakalan bawa gue kemana. Gue selalu berkata dalam hati 'please, semoga bukan yang gue pikirkan.' Tapi pikiran dan ucapan di dalam hati, seketika luruh saar Fajar berhenti di depan ruang ICU.

Gue nahan tangan Fajar. "Jar? ICU?" tanya gue ke dia.

"Kita masuk aja. Dan kamu akan tau semua." kata Fajar lagi.

Akhirnya gue ngikutin langkah Fajar. Gue berusaha meyakinkan diri, semoga apa yang gue pikirkan bukan yang terjadi. Hingga kita sampe di depan satu bankar.

Dan ada satu perempuan yang terbaring di sana.

"Jar, inii..." gue gak sanggup buat bicara. Tembok pertahanan gue runtuh. Air mata gue gak bisa dibendung.

"Ini Caca. Kena penyakit kanker darah stadium 4." ucap Fajar.

Gue semakin menangis lagi denger penjelasan ini. Gadis di depan gue sedang terbaring dengan lemas. Matanya menutup, rambutnya udah hilang sepenuhnya. Dia gak punya rambut satu helai pun. Badannya sangat kurus. Tangannya seolah tak memiliki daging. Hanya tulang yang dibalut oleh kulit.

Gue gak kuat buat gak nangis. Badan gue rasanya lemes banget. Fajar meluk gue dari samping. Hingga gue nangis di dadanya. Suara gue sangat serak.

Gue yang sahabatnya bahkan gak tau dengan fakta ini.

Setelah beberapa menit, Caca ngebuka matanya. Kantung matanya terlihat sangat jelas, wajahnya pucat. Gue gak tega lihat Caca yang kayak gini.

"Siapa Jar?" tanya Caca ke Fajar sambil liatin gue.

Ya Allah. Bahkan, sebagian memori dia sudah mulai hilang. Dia gak tau siapa gue.

"Panda Ca. Franda Andara!" ucap Fajar pelan. Bahkan terlihat seperti membisiki.

Dahi Caca terlihat mengerut, seperti sedang berkalut dengan pikirannya. Hingga matanya berbinar, mungkin dia udah inget 'gue'.

"Frandaa??" tanya dia antusias. Dengan wajah pucatnya, Caca masih bisa menampilkan senyumnya. Dengan matanya yang berkantung hitam, matanya terlihat sangat berbinar.

Gue yang gak sanggup buat menahan tangis ini, cuman bisa mengangguk-anggukkan kepala seraya mengiyakan. Air mata gue juga udah gak bisa ditahan.

"Ggu...gue seneng bbbb..bisa liat lo lagi da." ucap dia tersenyum. Gue pun duduk di sebelah bankar Caca.

Bahkan buat ngomong aja, Caca susah. Fajar cuman berdiri di samping gue. Dia juga kelihatan gak tega. Tapi dia lebih tegar.

"Lo harus bisa bertahan ya! Lo pasti kuat! Lo bisa sembuh." ucap gue menyemangati.

Dia cuman menggeleng. "Ggu..guee udah ggak bbisa sembuh. Umur gue tinggal sedd.sedikit." ucap dia sekali lagi.

"Ca! Ga boleh ngomong gitu. Usia hanya Allah yang menentukan. Lo harus semangat." ucap gue tetep menyemangati caca.

"Gguee..boleh minta per..permintaan?" tanya dia ke gue.

Dengan antusias, gue mengangguk.

Dia lalu raih tangan gue dan tangan Fajar. Kemudian disatukan dengan tangan Caca yang berada di tengah kita.

"Lllo.. Haruss bahagia da! Saamm..sama Fajar. Ddiaa.. Pal..paling tepat bbuat lo." ucap Caca sambil tersenyum.

Gue pun menangis sejadi-jadinya. Gue berusaha buat dengerin omongan dia aja. Dan berharap semoga ini bukan waktunya.

"Ggguu..gue sangat yak...yakin waaaktu pert..pertama kali lihat.. Fajj...fajar dia ad..adalah laki-lakk...laki yang paling tep..tepat buu..buat lo." Ucap Caca kemudian.

Gue dan Fajar tetep di sini sampe habis maghrib. Dan akhirnya pamit, kembali ke pelatnas.

Selama perjalanan pun gue cuman diem. Fajar juga diem. Rasanya gue nyesel, gue sampe punya pikiran kalo Caca yang ngerusak hubungan gue dan Fajar.

Sahabat macam apa gue? Gue terlalu egois, gue gak peduli seperti apa caca sekarang. Gue hanya mikirin hanya gue yang menderita padahal ada seseorang yang lebih menderita dari gue. Dia harus berjuang untuk hidup. Dia harus bisa ngelawan penyakitnya.

Gue hanya memikirkan masa lalu, yang bahkan gue gak tau kebenarannya. Bukannya gue hadapi, gue malah menghindar. Bukannya gue peduli, gue malah acuh. Apa pantes gue disebut sebagai sahabat Caca?

Sampai ke asrama pun gue cuman diem. Dan selalu nangis.

Untuk malam ini, biarkan gue menangis sepuasnya. Biarkan gue menikmati kesunyian malam di bawah gugusan bintang. Jangan biarkan ada seseorang yang menghapus air mata ini. Biar gue tau, apa kesalahan yang pernah gue lakukan selama ini.

Biar gue selalu ingat "bukan hanya gue yang menderita. Masih ada orang lain yabg jauh lebih menderita dibandingkan gue."

INSTAGRAM

_frandaraa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_frandaraa

Gue terlalu bodoh, buat sadar bahwa ada yang jauh lebih menderita dibandingkan gue. "Ca, I miss you."

Tagged: @caca_adibran
Likes 7.989
Comment dinonaktifkan

=============
Halooo guys!
Berjumpa lagi dengan saya yang ceritanya makin aneh wkwkwk..
Biasakan ya, buat kasih bintang di cerita ini baik sebelum maupun sesudah kalian baca.

Trus jangan jadi silent readers dong. Koment apa kek. Biar saya juga bisa lebih semangat lagi buat ceritanya.

Have a nice day buat kalian!

Double FATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang