17- NOSTALGIA

2K 131 3
                                    

"Jar abis ini mau kemana?"

Saat ini, gue dan Fajar lagi duduk lesehan di atas tanah. Cuman digelarin tikar dan di tengah-tengah perkebunan teh. Gue nggak kerasa juga jogging sama Fajar sampe sejauh ini.

Tadi gue sempetin bawa dua roti sama minuman. Dan baru aja kita selesai makan.

"Kamu maunya kemana?"

"Gak tau. Mau langsung balik ke pelatnas?"

"Dih. Ya jangan dong. Kita udah cuti 3 hari, haruse ya dimanfaatin. Balik lagi sana, aku langsung latian, kamu langsung kerja. Gimana sih?" kata dia sewot.

"Ya biasa aja dong bapak. Kok sewot. Ya udah, sekarang lo pengen kemana?"

"Kok malah jadi balik nanya sih?" eh dia jadi kepancing emosi.

Daripada debat sama dia, gue lebih baik diem sambil liatin perkebunan teh ini.

"Ahaa! Aku punya ide kita kemana!" kata dia semangat.

"Kemana?" tanya gue antusias.

"Nanti deh, kamu tau sendiri." ucap dia senang.

Kita pun akhirnya balik ke rumah Fajar dan bersih diri. Lalu melanjutkan perjalanan.

Karena gue sangking ngantuknya, jadi gue tidur di mobil, sampai Fajar akhirnya bangunin gue.

Gue mengernyitkan dahi. "Kok ke bioskop?" tanya gue ke dia.

"Udah. Kamu diem aja, ikut aku." kita masuk ke dalam dengan Fajar ngegandeng tangan gue.

"Mau film apa?" tanya dia.

"Terserah." jawab gue males. Karena sedari tadi, Fajar gak jawab pertanyaan gue.

"Horror?" tanya dia ngeledek.

Gue langsung nengok ke dia sambil ngerucutin bibir gue. "Hahaha, bercanda. Makanya kamu maunya apa?" tanya dia.

Akhirnya kita memilih film remaja biasa. Dan lumayan banyak juga yang nonton.

Sebelum filmnya dimulai, Fajar membuka obrolan.

"Kamu gak inget sesuatu gitu? Ini tempat apa?" tanya dia.

"Bioskop lah!"

"Ish, lupa ya? Ini itu bioskop bersejarah tau!" kata dia cemberut.

"Lho kok bersejarah?"

"Tempat ini adalah bioskop yang sama, waktu kita nonton film horror, hahaha... Trus kamu takut, akhirnya meluk aku."

Gara gara Fajar ngomong gitu, gue jadi inget dan akhirnya senyum-senyum.

"Trus aku pakein kamu headset sambil nutupin mata kamu."

"Udah gitu lagu di headsetnya dangdut semua lagi!"

Fajar cuman ketawa aja. "Harusnya tadi kalo kita milih film horror, kejadian 8 tahun lalu bakal keulang." kata dia menerawang.

"Yee.. Itumah kesenengan elo nya. Bisa dapet pelukan." ucap gue lalu menjulurkan lidah, niat ngeledek.

"Sekarang aja aku bisa meluk kamu juga. Gak usah canggung." habis itu dia meluk gue dari samping. Dan untung ga ada yang ngeh sama kelakuan kita.

Sehabis nonton bioskop, dia ngajak gue ke warung bakso mang Ijal. Warung bakso ini, juga termasuk warung bersejarah juga. Karena dulu Fajar ngajak gue ke sini.

Dulu ada pengamen yang nyanyi-nyanyi di sini. Malah Fajarnya nanggep dia suruh nyanyi di deket meja kita.

Pas udah akhiran, Fajar bisikin ke pengamennya. Gue bingung Fajar mau ngapain.

Double FATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang