1| FE - Menarik
•••
Kepada pria yang mampu memikat mataku saat pertama kali tatap kita bertemu, siapa namamu?•••
Menjadi murid baru merupakan hal yang cukup menyenangkan. Berbaur dengan teman baru, suasana baru, dan tentunya menu kantin yang baru.
Saat ini, kedua gadis remaja yang baru menginjak masa putih abu tengah berada di kantin, berniat untuk membuat bunyi di perutnya berhenti.
"Lo mau pesen apa, Fel?" tanya Key kepada teman barunya. Meskipun baru kenal tadi pagi, tapi kini mereka sudah begitu akrab.
"Apa ya, bakso aja deh," balas Fely.
"Oke, deh. Gue pesanin dulu, ya." Key hendak berdiri dan memesan makanan mereka, tetapi tangan Fely menghentikan langkahnya.
"Nggak perlu, Key. Aku bisa pesan sendiri." Fely berdiri. "Kamu bisa pesan punya kamu, dan aku pesan punya aku sendiri. Biar lebih cepat aja, lagian kita mau menu yang beda, kan?"
"Benar juga, sih." Key mengangguk mendengar ucapan Fely. Memang mereka menginginkan makanan yang berbeda, Fely ingin bakso, sedangkan Key ingin nasi goreng.
"Yaudah, ayo pesan," kata Fely yang kemudian ia berjalan ke stan bakso. Dan Key berjalan ke stan nasi goreng.
"Mang, pesan baksonya satu, nggak pakai saus," ucap Fely memesan. Dia mengeluarkan ponselnya, menyibukan diri dengan media sosial sambil menunggu pesanannya selesai.
"Ini, Neng," ucap Mang Adi--penjual bakso--setelah pesanan Fely selesai.
"Makasih, Mang." Fely membawa mangkuk baksonya. Namun langkahnya terhenti saat Mang Adi memanggilnya.
"Eh, Neng. Uangnya belum," ucap Mang Adi mengingatkan bahwa Fely belum membayar.
"Ah iya, aku lupa," ucap Fely menahan malu, bahkan pipinya sedikit memerah. Dia kembali menyimpan mangkuk bakso itu ke atas meja stan Mang Adi, kemudian merogoh saku seragamnya mencari uang untuk membayar makanan itu.
Namun sayang hasilnya nihil. Tak ada uang yang berhasil ia raba. Fely kembali mengecek sakunya, sekali lagi, hasilnya tetap sama, tak ada uang di sana.
Fely mulai panik, mungkin dia lupa membawa uang di tas. Atau dia memang lupa membawa bekal.
"Aduh, Mang. Uang saya nggak ada, nih. Gimana dong, Mang? utang dulu boleh? Janji deh, besok aku bayar," ucap Fely dengan memelankan suaranya di kalimat terakhir. Wajahnya juga memerah, menahan malu atas permintaan bodohnya. Yang benar saja, baru juga hari pertama masuk sekolah, masa iya harus langsung berutang.
"Ya ampun, Neng. Baru juga masuk masa udah main utang aja. Gimana kalau nanti udah lama sekolahnya," ucap Mang Adi dengan nada biasa, sepertinya orang-orang bisa mendengarnya.
Fely pun mengedarkan pandangannya mencoba melihat sekeliling, adakah orang yang mendengar ucapan Mang Adi tadi? Dan rasanya aman, karena tak ada orang lain di dekat mereka.
"Sstt ...." Tangan Fely terangkat, menyimpan jari telunjuk di depan bibir, mengisyaratkan Mang Adi agar tidak berbicara dengan nada keras. "Mang jangan keras-keras, ih. Nanti ada orang yang dengar, kan aku malu," lanjut Fely.
KAMU SEDANG MEMBACA
FE [END]
Teen FictionIni kisah tentang sepasang remaja yang dipertemukan oleh takdir dengan masa kelam yang berbeda. Di tengah asa menemukan sejatinya bahagia, lagi-lagi semesta menguji mereka. Akankah Tuhan masih berbaik hati untuk membiarkan mereka tetap bersama, atau...