22| Sedikit Masalah
Sejarah Indonesia, pelajaran paling membosankan yang paling Fely benci. Meski dia tinggal di Indonesia, namun entah kenapa, untuk pelajaran satu itu dia tak terlalu menyukainya. Bahkan tak jarang, dia selalu tertidur di dalam kelas.Seperti saat ini, di saat yang lain tengah fokus dengan guru di depan. Fely malah asyik dengan ponselnya yang dia mainkan.
Mata Fely membulat saat ada satu notif yang masuk ke dalam akun instragramnya.
Tangan gadis itu menyikut Key, berniat membuat Key menatap ke arahnya. "Apa, sih, Fel?" tanya Key yang kesal karena fokusnya terganggu.
"Jovan chat aku," bisik Fely agar orang lain tak mendengar.
"Jovan?" Kening Key berkerut.
"Iya, sahabat sekaligus penolong aku dari kejamnya dunia," balas Fely masih dengan berbisik.
"Ah iya, gue inget," ucap Key. "Terus nanti mau gimana? Ketemuan?"
"Iya, dia ngajak aku ketemu pulang sekolah nanti." Fely kembali fokus kepada ponselnya. Ya, dia masih berkirim pesan dengan Jovan.
Key sedikit melirik ke belakang, di mana ada Erlan di sana. Kemudian gadis itu kembali menatap sahabatnya. "Tapi ingat, lo harus izin dulu sama Erlan. Biar nggak ada salah paham nantinya."
"Gampang itu, mah," balas Fely yang masih fokus dengan ponselnya.
"Huft, semoga hubungan kalian baik-biak aja." Key kembali fokus dengan materi yang tengah disampaikan.
***
Bel pulang baru saja berbunyi, dan para murid sudah mulai berhamburan ke luar.
"Fel, nanti kamu pulang naik taxi dulu aja, ya. Aku ada urusan dulu sama temen-temen. Nggak papa, kan?" ucap Erlan saat dirinya sedang berjalan keluar kelas bersama sang kekasih.
"Oh, iya, Lan nggak apa-apa. Lagian aku juga ada janji sama sahabat lama aku," balas Fely. "Boleh, kan, aku ketemu sama dia?"
"Boleh lah, lagian nggak baik kalau kita nolak ajakan sahabat lama." Erlan tersenyum ke arah Fely.
"Makasih banyak, Yang," balas Fely seraya ikut tersenyum.
"Tumben manggil, Yang?" Erlan menarik turunkan alisnya.
Fely bersemu merah, tapi kemudian dia mengerucutkan bibirnya. "Kamu tuh, ya. Aku bilang Sayang malah gini, kalau nggak bilang Sayang, nanti malah marah. Aneh kamu, ya," ucap Fely.
"Hahahaha ... yaudah, biasain panggil Yang aja, ya. Aku suka," balas Erlan.
Fely hanya membalasnya dengan tersenyum malu, kemudian Erlan merangkul pundak gadisnya untuk mengantarkan gadisnya menunggu taxi.
***
Langit masih pancarkan cahayanya, namun kali ini cahaya itu sudah mulai meredup, terganti dengan pemandangan langit senja.
Suasan ini menjadi begitu pas bagi kedua insan yang tengah memadu rindu.
"Kamu kok baru balik sekarang, sih, Jo. Nggak kangen apa sama aku?" tanya Fely sambil memberanggut lucu. Katakan saja dia sedang merajuk kepada sahabat lamanya.
"Hahaha ... lo masih aja lucu, ya." Jovan mencubit salah satu pipi Fely dengan begitu keras, membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
"Aduh ... kok, malah nyubit, sih. Sakit tahu." Fely mengusap pipinya yang menjadi korban aniaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FE [END]
Teen FictionIni kisah tentang sepasang remaja yang dipertemukan oleh takdir dengan masa kelam yang berbeda. Di tengah asa menemukan sejatinya bahagia, lagi-lagi semesta menguji mereka. Akankah Tuhan masih berbaik hati untuk membiarkan mereka tetap bersama, atau...