29| Berhasil

32 3 0
                                    

29| Berhasil


Erlan memarkirkan sepeda motornya di parkiran sebuah mall. Fely turun dari motor dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan terkena angin.

“Sini.” Tiba-tiba Erlan menggerakkan tangannya untuk ikut merapikan rambut Fely. Erlan tersenyum manis saat gadis di depannya terpaku karena perlakuannya.

Ini mantan satu kenapa romantis banget sih, aaa, Mamaaa. Fely merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, pipinya merona seketika. Apalagi saat mata Erlan yang terus menerus menatapnya dengan senyum manis di bibirnya.

Fely sadar dan tak mau lama-lama berada di posisi itu. “Eh, ya udah ayo masuk.” Fely menyelipkan anak rambutnya yang sedikit berterbangan. Fely sungguh malu dan gugup.

“Hahaha, iya ayo,” ucap Erlan diiringi tawanya. Erlan menarik tangan Fely dan menggenggamnya. Mereka berdua beriringan masuk ke dalam mall.

Fely melihat genggaman tangannya dan Erlan. Lalu ia memandang siluet wajah lelaki di sampingnya itu. Ia tidal menyangka semua akan berjalan semanis ini. Walaupun di antara mereka tidak ada apa-apa.

“Kenapa sih, lihatinnya gitu banget. Iya tau aku ganteng, tapi ya jangan dilihatin terus.” Erlan berbicara dengan masih menghadap ke arah depan. Sementara Fely buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain.

“Narsis.” Fely mendengus.

That is a fact, right?” Erlan mengarahkan pandangannya ke arah Fely. Kini mereka sedang  menaiki eskalator.

“Emm, iya sih.” Fely berbicara dengan lirih, walaupun begitu Erlan masih bisa mendengarnya.

Erlan tertawa lalu tangannya tergerak untuk mengacak-acak rambut hitam Fely yang tergerai indah. Sementara sang empunya hanya memalingkan wajah karena malu.

“Jadi mau apa dulu?” Kini mereka berdua sudah berada di lantai dua. Erlan masih belum melepaskan genggamannya pada Fely. Rasanya sangat nyaman bisa seperti  inj dengan Fely.

“Ke toko buku dulu ya? Ada buku yang pengin aku beli,” ucap Fely ragu-ragu.

“Oke. Karena ini kencan kita, aku bakal turutin semua kata-kata kamu.” Fely hanya tersenyum mendengarnya. Lalu mereka berdua pun berjalan beriringan menuju salah satu toko buku yang ada di mall ini.

***

Kini mereka berdua sudah berada di dalam toko buku. Erlan sedang memperhatikan Fely yang terlihat serius memilih novel. Sebelumnya juga Fely sudah memilih satu buku pelajaran yang dibutuhkannya.

“Masih lama, Fel?” Erlan bersandar pada rak buku yang ada di toko tersebut.

“Sebentar, menurut kamu aku beli yang ini atau ini?” ucap Fely sembari menyodorkan dua buah novek di tangan kanan dan kirinya.

“Dua-duanya aja,” ucap Erlan pada akhirnya.  Bukan apa-apa , Erlan yang tabiatnya tidak terlalu suka membaca novel-novel seperti itu. Jadi bagaimana Erlan bisa memilih mana yang terbaik?

“Tapi aku kelupaan nggak bawa uang banyak. Kalau beli dua-duanya pasti nggak cukup,” terang Fely. Ia meletakkan novel itu di rak-nya kembali.

“Ambil, aku yang bayarin.” Erlan mengambil lalu menyerahkan kedua novel tersebut pada Fely.

“Eh, kok gitu,” ucapan Fely terhenti saat Erlan menarik mengambil kedua novel serta buku pelajaran yang telah dipilih Fely tadi menuju ke tempat kasir. “Lama.”

Fely pun hanya menurut saat Erlan menarik tangannya. Kan aku jadi enak, hihi. Fely melanjutkan kata-kata nya yang tadi sempat terpotong oleh Erlan.

FE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang