26| Kebenaran

30 4 0
                                    

26| Kebenaran

Fely menghapus jejak air mata di pipinya. Ia tidak mau menangis lagi sekarang. Hatinya memang sakit menerima keputusan Erlan. Tetapi air mata itu seakan tidak mau berhenti keluar.

Erlan, kenapa kamu tega banget sama aku. Ucap Fely dalam hati.

“Fely!” Tiba-tiba Key sudah ada di hadapan Fely sekarang. Saat ini Fely berada di tepi jalan depan mall. Ia berniat ingin pulang.

“Udah jangan nangis lagi, kita pulang, ya?” ucap Key lembut.

“Kenapa dia tega sama aku sih Key, hiks,” ucap Fely masih diiringi dengan tangisnya.

Sssstt, kan gue udah bilang ke lo, dia itu playboy. Udah ah, ayo pulang, malu tahu nangis dipinggir jalan gini, dilihatin orang.”

Akhirnya Key menyetop taksi yang lewat dan pergi pulang ke rumah Fely.

***

“Kamu pulang aja Key, aku nggak papa.” Saat ini mereka baru saja sampai di rumah Fely. Sementara itu Fely menyuruh Key untuk pulang saja, karena hari sudah semakin sore.

“Yang benar? Gue nggak mau lo nangis semaleman,” ucap Key yang masib berada di dalam taksi.

“Nggak, sana.” Fely terus meyakinkan.

Huft, ya udah gue pulang. Lo janji jangan nangis terus, nggak usah terlalu dipikirin cowok kayak gitu mah, oke baby?”

“Iya.” Fely mengeluarkan senyum tipisnya. Lalu ia pun berbalik memaduki rumah saat taksi yang ditumpangi Key bergerak menjauh.

Fely membuka gerbang rumahnya lalu ia mulai berjalan menuju pintu utama. Tetapi Fely terkejut kala melihat Jovan sedang duduk di kursi teras rumahnya.

“Jovan, kamu ngapain di sini?” Tanya Fely saat tiba di hadapan Jovan.

“Main aja. Eh, mata lo kenapa? Lo habis nangis?” Jovan sedikit panik saat melihat jejak-jejak air mata yamg ada di pipi Fely.

Bruukk

Fely langsung berhambur ke pelukan Jovan dan menangis. Ia membutuhkan ini, saat Jovan memeluknya ia merasa mempunyai kekuatan tersendiri.

Jovan membalas pelukan Fely, bermaksud menenangkan. “Ssst, kenapa?” tanya Jovan Lembut.

“Erlan, Jo. Hiks.” Fely berbicara dengan sesenggukkan.

“Kita duduk dulu, ya.” Jovan mengurai pelukan  Fely dan menuntunnya untuk duduk.

“Erlan ngapain lo?” tanya Jovan kemudian. Ia berusaha untuk tetap tenang, Fely membutuhkannya sekarang. Urusan Erlan ia bisa pikirkan nanti.

“Aku tadi lihat dia jalan sama cewek lain, saat aku sampar dan tanya itu siapa, dia malah putusin aku, hiks.” Fely tidak menangis lagi memang tapi ia masih sesenggukan.

“Brengsek emang. Pasti gar-gara masalah itu.” Jovan mengepalkan tangannya, ia tidak tahu Erlan akan bertindak seperti ini.

“Sebenarnya kalian ada masalah apa, sih? Aku mohon Jo, ceritain ke aku. Aku pengin tahu kenapa Erlan sampai segitu marahnya saat aku kenalin kamu.” Fely penasaran dengan hal ini.

Jovan diam sejenak dan menunduk. Tak lama ia mengangkat kepalanya lagi dan menghela napas. “Oke, gue bakal cerita.”

Flashback on.

Di sebuah rumah sakit, seorang perempuan sedang duduk di depan ruang ICU. Ia menangisi keadaan suaminya- Indra yang sedang kritis karena mengalami kecelakaan. Ia bingung harus apa. Ia juga takut. Sementara ia juga memikirkan anaknya yang masih duduk di bangku SMP, Jovan.

FE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang