15| Perhatian
Fely menutup pintu rumahnya dengan senyum mengembang. Begitu Erlan pulaang, Fely bergegas naik ke kamarnya meski kakinya sedikit sakit, tapi tidak apa.
Bahagia. Satu kata yang menggambarkan perasaan Fely saat ini.
"Ternyata Erlan peduli sama aku."
Senyuman yang semula lebar kini menjadi datar setelah suara deringan dari ponsel membuat aktivitas tentang Erlan berhenti.
"Siapa sih," kesal Fely, lalu mengambil ponsel yang berada di meja belajarnya. Tanpa berpikir panjang, Fely langsung mengangkat panggilan itu yang ternyata adalah Key.
Suara nyaring merasuki telinga Fely.
"WOI, LO DI MANA? GUE ADA DI DEPAN PINTU RUMAH LO. CEPAT KE SINI, PEGEL KAKI GUE," teriak Key dari sebrang sana yang ternyata sudah berada di depan pintu rumah Fely.
"Wait-wait," jawab Fely sedikit kesal.
Benar saja saat Fely membuka pintu rumahnya, terdapat Key dan sahabat Erlan yang tak lain adalah Danil berdiri di depan pintu rumahnya.
"Lama banget, sih," ucap Key melangkah masuk ke rumah Key layaknya rumah sendiri.
Danil melotot melihat tingkah Key barusan. "Gila," gumam Danil, lalu menatap Fely sambil tersenyum. "Fel, gue pulang dulu ya. Semoga lekas sembuh."
"Besok udah masuk kok, Nil," ucap Fely membalas senyuman Danil. "Kangen ya sama aku?" Tanya Fely dengan nada bercanda.
"Nggak. Yang ada si Erlan yang kangen. Sampai ngelamunin lo tadi. Nggak tega gue lihatnya," ucap Danil membuat Fely merasa malu sekaligus bahagia.
"Udah sana pergi. Lama-lama lo bikin anak orang darah tinggi," ucap Fely dengan nada mengusir. "Ngusir gue nih?" Danil dengan senyum isengnya.
Hampir saja Fely mau mencubit pinggang Danil, tapi niat itu ia urungkan karena Key menghampiri mereka.
"Malah pacaran. Masuk kenapa," sindir Key dengan mulut yang masih mengunyah makanan.
"Siapa ya? Gue nggak kenal sama lo," seru Danil membuat Key menahan marah, bahkan Fely sampai menahan tawa. "Fel, dia siapa, sih? Orang gila kali." Danil dengan menyenggol lengan Fely.
Fely tidak tahan dengan ini, tawa pun keluar dari mulut Fely dengan nyaring. Danil pun ikut tertawa tak kalah kencang dari Fely.
Tanpa aba-aba Key mencubit pinggang Danil dengan keras, membuat rintihan kecil keluar dari mulut Danil. "Awww."
"Sana pulang. Nggak ada untungnya juga lo di sini." Key mengusir Danil mentah-mentah.
"Ya udah, balikin tenaga gue buat antar lo tadi. Emangnya antar lo juga ada untungnya? Kalau nggak antar lo tadi, mungkin sekarang gue udah di rumah, rebahan," ucap Danil tak mau kalah.
Amarah Key memuncak, ingin sekali Key menyentil Danil ke kandang Kuda nil, biar di makan sekalian.
"Dasar Kuda nil," ucap Key, lalu melangkah masuk kembali.
"Maafin sahabat gue, Nil. Emang gitu orangnya."
"Sans, Fel. Ya udah, gue pulang dulu, nggak enak juga di sini, takut di kira ngapain lagi," seru Danil sambil ber-tos ria dengan Fely.
"Iya benar. Makasih juga ya udah antar Key ke sini," ujar Fely dengan kekehan kecil.
"Sama-sama. Gue pulang dulu ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Fely menutup pintunya dan melangkah ke arah Key yang tengah menonton TV dan ngemil.
KAMU SEDANG MEMBACA
FE [END]
Teen FictionIni kisah tentang sepasang remaja yang dipertemukan oleh takdir dengan masa kelam yang berbeda. Di tengah asa menemukan sejatinya bahagia, lagi-lagi semesta menguji mereka. Akankah Tuhan masih berbaik hati untuk membiarkan mereka tetap bersama, atau...