3| Sebuah Keberuntungan
"Pakai pulpen gue."Kalimat yang diucapkan Erlan masih terngiang-ngiang diingatannya sampai sekarang. Hampir saja tadi ia gagap hanya untuk mengucapkan terima kasih kepada Erlan.
"Ngelamunin apa, hm?" tanya Key yang berada di samping Fely.
Mereka berdua saat ini sedang berada kantin untuk mengisi perut yang sudah berbunyi sedari tadi saat masih pelajaran berlangsung.
Fely menggeleng kecil dengan tersenyum. "Nggak pa-pa."
"Dih, gila," gumam Key setelah melihat reaksi Fely.
"Eh-eh, jangan-jangan lo baper gara-gara tadi Erla-mmm." Perkataan Key terpotong karena Fely membekap mulutnya. Untung saja ucapan Key tidak terlalu keras, jadi hanya beberapa orang yang mendengarnya.
Key menggigit tangan Fely keras, sampai-sampai Fely meringis kesakitan.
"Gila kamu! Tangan super duper cantik aku digigit!" Fely mengibas-ngibaskan tangannya yang sempat Key gigit. Key yang melihatnya menjulurkan lidah tanda berhasil.
"Bodo!"
"Dih, kanibal."
"Dih, bukan."
"Dih, iya."
Gelak tawa mereka mengundang siswa-siswi melihatnya. Entah itu dengan pandangan suka, iri, atau pun biasa saja.
"Udah-udah diam, dilihatin tahu enggak," ucap Key menahan tawa.
"Oke, diam."
Suara riuh terdengar secara tiba-tiba. Bahkan Fely dan Key sampai bertanya-tanya.
"Kenapa pada teriak-teriak? Ada undian gratis?" tanya Fely lugu.
Key menjitak kepala Fely pelan. "Yakali undian gratis, lo kira kita dimana?"
Fely terkekeh. "Bisa saja kan?"
"Terserah deh terserah."
Pandangan Key jatuh di pintu masuk kantin. Ia melihat Erlan bersama teman-temannya memasuki area kantin.
Tatapan mata Fely mengarah ke mata Key. Pasalnya Key tidak berkedip sama sekali.
"Patung kali ya enggak kedip-kedip," batin Fely.
Cubitan yang lumayan keras terasa di pipi Key saat sedang asyik melihat Erlan dan teman-temannya memasuki area kantin.
"Aduh sakit." Key mengusap-usap pipinya dan memandang Fely tak biasa.
"Gila lo. Cubitan lo sakit juga."
"Salah siapa enggak kedip sama sekali."
Key menghela nafas kasar. Mata Fely jatuh kepada segerombolan laki-laki, saat tangan Key mengukur ke arah kepala Fely dan mengarahkannya menghadap mereka.
Mata Fely tidak berkedip seperti apa yang dilakukan Key tadi.
Kali ini Key ingin membalaskan dendamnya ke Fely, dengan cara membisikkan sesuatu di telinga Fely saat Erlan melewatinya nanti.
"Saatnya beraksi." Key tersenyum jahil. Kapan lagi bisa jahilin anak orang.
Erlan dan teman-temannya hampir melewati mejanya. Saatnya Key melaksanakan dendamnya.
"Fel, ada kecoa di tangan lo," bisikan Key sangat lembut, membuat Fely kaget. Spontan ia memundurkan kursinya dan berjalan mundur.
Tapi, saat Fely memundurkan langkahnya, Fely tidak sengaja menginjak sepatu salah satu orang yang lewat di belakangnya. Tanpa ia duga, Fely terjatuh ke dalam dekapan orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FE [END]
Dla nastolatkówIni kisah tentang sepasang remaja yang dipertemukan oleh takdir dengan masa kelam yang berbeda. Di tengah asa menemukan sejatinya bahagia, lagi-lagi semesta menguji mereka. Akankah Tuhan masih berbaik hati untuk membiarkan mereka tetap bersama, atau...