8| Bujuk Rayu Fely

34 3 0
                                    

8| Bujuk Rayu Fely


Setelah menghabiskan bekalnya yang tersisa setengah, Fely bergegas turun dari rooftop. Dia berencana untuk menyusul Key di kantin. Bukan untuk makan pastinya, Fely sudah merasa cukup kenyang memakan bekal yang ia bawa apalagi tadi makannya bersama Erlan. Fely hanya ingin pamer pada Key bahwa tadi ia makan bersama dengan Erlan.

Dengan senyum yang mengembang, Fely melangkah dengan riang di koridor sambil memeluk erat kotak bekalnya. Fely bersenandung ria. “Astaga, masih nggak nyangka.”

Jika bukan karena ada banyak siswa di sini dan tidak mau dianggap sebagai orang gila, mungkin Fely sudah berteriak. Dia merasa seperti menemukan  euphoria saat berada di dekat Erlan. Interaksi-interaksi kecil antara dia dan Erlan sudah cukup membuat Fely bahagia. Tal seperti dulu saat Fely hanya bisa melihat Erlan, dari kejauhan.

Kini Fely masih berjalan menuju kantin. Memang jarak antara tangga rooftop dan kantin lumayan jauh. Dari ujung barat ke ujung timur. Juga sejauh dia yang pergi lalu menciptakan jarak yang abadi. Eh, fokus.

Fely masih harus melalui beberapa belokan untuk menuju ke kantin. Saat berbelok tak sengaja tubuhnya bertabarkan dengan seseorang. Fely yang tak siap menopang tubuhnya pun terhuyung dan jatuh terduduk di lantai koridor yang dingin. Sedingin dia, hehe.

Bruukkk.

“Aduh, kalau jalan lihat-lihat dong! Masa princess lewat main ditabrak aja,” ucap Fely kesal tanpa melihat siapa yang menabrak atau lebih tepatnya yang dia tabrak.

“Haduh princess halu. Katanya princess, masa princess lesehan di lantai si” Ucap seseorang yang belum Fely ketahui nama nya.

Mendengar suara itu Fely mengangkat kepalanya, ia memutar bola mata malas. Kemudian ia berdiri dan membersihkan seragamnya yang sedikit kotor.

“Lain kali hati-hati dong, Danill.” Ternyata orang yang menabraknya adalah Danill, sahabat Erlan.

Sorry, lagian lo juga tadi nggak lihat-lihat jalannya. Niat gue mau ke kelas soalnya nggak mau ganggu si Erlan lagi pacaran, eh malah ketabrak. Yaudah gue duluan deh.” Danill pun berlalu dari hadapan Fely.

Fely yang mendengar hal itu penasaran, ia kembali melanjutkan langkahnya ke arah kantin. Tetapi langkah Fely terhenti seketika. Disana, di depan ruang lab kimia Erlan duduk bersama cewek yang Fely lihat kemarin. Fely sedikit lupa namanya, antara lilis atau siapa Fely tak tahu. Yang jelas cewek itu membuat Fely merasa cemburu, mungkin. Lihat saja, ia mencari-cari perhatian ke Erlan. Sampai saat si Lilis menyandarkan kepalanya ke bahu Erlan, Fely sudah tak tahan untuk memperhatikan. Akhirnya ia berjalan melewati kedua orang tersebut dengan langkah pasti. Matanya terus memandang ke depan, tidak sedikitpun melirik ke arah Erlan dan Cewek itu.

Sesampainya Fely di kantin, ia mencari-cari keberadaan Key. Ia menelusuri seluruh penjuru kantin dan menemukan Key di sudut sebelah kanan kantin. Disana terlihat Key sedang memainkan ponselnya. Sepertinya ia sudah selesai makan karena hanya terdapat segelas jus mangga di atas meja.

Fely berjalan menghampiri Key lalu duduk di sampingnya. Dan tanpa permisi, Fely meraih segelas jus mangga yang ada di atas meja, lalu meminumnya sampai habis.

Key yang menyadari hal itu langsung melayangkan protesannya. “Astaga Fely! Itu jus gue ngapain lo minum sih.”

“Diam Kekeyi, akulagi kepanasan nih.” Fely mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah.

“Kerasukan setan ya lo, orang seger gini dibilang panas.” Key melipat tangannya di depan dada.

“Kamu nggak tahu sih apa yang aku lihat tadi,” ucap Fely dengan nada malas.

“Ya nggak tahu lah, kan gue nggak lihat.” Key berdecak saat melihat Fely yang malah semakin lesu.

“Tadi itu aku makan sama Erlan, di rooftop. Makan bekal yang aku bawa.” Fely mulai menjelaskan.

“Terus? Seharusnya lo senang dong, bukan malah lesu gini. Pakai acara kepanasan segala lagi.” Key mengertukan dahinya, bingung.

Fely menatap Key datar. “Masalahnya, habis itu Erlan turun duluan dan saat aku turun, aku lihat dia lagi sama cewek.”

Hening sejenak, lalu tiba-tiba terdengar suara kentut, eh bukan, suara tawa. “pftt ... hahahaha, aduh, Fely.” Key tak bisa menahan tawa saat mendengar alasan Fely merasa kepanasan. Tak lain dan tak bukan karena Fely cemburu.

Fely yang masih gerah hati pun tak terima di tertawakan. “Bangke! Kok kamu malah ketawa sih, jahat banget.” Fely memanyunkan bibirnya.

“Maaf deh, habis lo keras kepala sih. Dibilang jangan suka sama Erlan masih aja kekeh,” ucap Key menasihati.

“Kalau hati udah milih, mau gimana lagi?” Tutur Fely yang membuat Key memperagakan gerakan saat ingin memuntahkan isi perutnya.

“Yeee dasar Bucin. Btw, tuh cewek namanya siapa?” Key penasaran dengan cerita Fely tadi.

“Kalau nggak salah bamanya Lilis,” balas Fely yang terlalu malas untuk membahas cewek itu.

“Nggak ada yang namanya Lilis deh perasaan, yang ada Lisa kali.” Key menyernyitkan dahinya.

“Ya itu lah pokoknya. Ihhh, kesal aku.” Fely mengepalkan tangannya dan bergaya seperti akan menonjok orang.

Tiba-tiba ada salah satu murid yang menghampiri keduanya. “Fely, lo di panggil Bu Nina ke kantor,” ucap murid itu.

“Ohz oke, makasih yaz” balas Fely sambil tersemyum ramah.

“Oke, sama-sama.” Murid itu pun berlalu pergi setelahnya.

“Ada apa ya lo dipanggil?” tanya Key tiba-tiba.

“Nggak tahu aku juga. Ya udah yuk, temenin.”

Mereka berdua pun pergi menuju kamtor untuk menemui Bu Nina, guru Bahasa Indonesia di kelas nya.

***

Kini Fely dan Key telah sampai di depan ruang guru. Bel tanda masuk juga sudah berbunyi beberapa menit yang lalu . Mereka memasuki ruang guru dan berjalan menuju meja Bu Nina yang terletak di bagian depan.

“Permisi Bu, ada apa memanggil saya?” Tanya Fely saat sampai di hadapan Bu Nina.

“Oh iya, Fely, ini untuk tugas makalah, saya sudah membagi kelompok kerjanya. Silakan informasikan kepada teman-teman kamu,” jelas Bu Nina sambil menyerahkan selembar kertas.

Fely menerima kertas tersebut. Setelah membacanya ia terlihat berpikir. “Emmm, Bu, saya mau tukar kelompoknya boleh?” Tanya Fely hati-hati.

Key yang sedari diam memperhatikan, langsung menyernyitkan dahinya melihat tingkah Fely.

“Kenapa mau diubah sih, Fel? Emang lo sekelompok sama siapa?” Key melihat isi kertas tersebut, di sana tertulis Fely satu kelompok dengannya.

“Lho, kamu kan satu kelompok sama Key, kenapa mau ditukar?” Tanya Bu Nina kemudian.

“Iya, Bu, saya bosan sekelompok terus sama Key, lagi pula kita tuh butuh temen sekelompok yang otaknya rada pintar gitu. Ya, kan, Key?” Fely mengedipkan sebelah matanya pada Key. Seolah mengatakan Key untuk meng-iyakan saja pertanyaannya.

“Eh, iya, Bu. Benar banget.” Key akhirnya menurut.

“Ya sudah, mau ditukar sama yang mana?” Tanya Bu Nina.

Fely bersorak di dalam hati. “Ini Bu, saya diganti sama Erlan, Key sama Danill.”

Seketika Key membesarkan bola matanya ketika mendengar penuturan Fely. ”Dasar ini anak, ada-ada aja kelakuannya.”

Mereka berdua pun keluar dari ruang guru setelah mendapat persetujuan atas yang Fely ajukan tadi.

“Ini bagian dari misi lo Fel?” Tanya Key penasaran.

“Ya jelas dong.” Fely tersenyum membayangkan bagaimana misi nya akan berjalan nanti.






***

Written by :
- Reka
- Dika
- Nindita

FE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang