11| Harapan Fely

34 4 0
                                    

11| Harapan Fely

Fely kini sedang berada di dalam kamarnya. Waktu mulai larut, tapi Fely masih memikirkan perkataan Erlan tadi siang di sekolah. Ia menatap langit-langit kamar sambil berpikir keras. Apa dia harus menuruti perkataan Erlan, untuk berhenti mendekati Erlan, menjauhi Erlan yang pasti itu sangat sulit. Fely mana sanggup melakukan itu semua. Juga, perjuangannya hanya sampai disini? Kalah sebelum berperang? Fely tidak mau.

Fely memejamkan matanya sejenak dan berdecak. “Aku harus apa ya ampun.” Dia menoleh ke samping ranjang. Di pojok kamar terdapat sebuah gitar kesayangannya. Dia pun bangkit dan mengambil gitar itu.

Fely berjalan menuju balkon kamar sambil menyetel gitarnya. Fely duduk dengan nyaman di balkon dan mulai bernyanyi diiringi dengan suara gitarnya.

Kau yang pernah
Singgah disini
Dan cerita yang dulu
Kau ingatkan kembali
Tak mampu aku
Tuk mengenang lagi
Biarlah kenangan kita
Pupus di hati
Tak ada waktu kembali
Untuk mengulang lagi
Mengenang dirimu diawal dulu
Ku tahu dirimu dulu
Hanya meluangkan waktu
Sekedar melepas kisah sedihmu

Fely menyanyikan lagu ini dengan penuh penghayatan. Selain bisa bermain gitar, Fely juga memiliki suara yang merdu. Tapi tidak banyak orang yang mengetahui hal ini.

Mencintai dalam sepi
Dan rasa sabar mana lagi
Yang harus kupendam dalam
Mengagumi dirimu
Melihatmu genggam tangannya
Nyaman didalam pelukannya
Yang mampu membuatku
Tersadar dan sedikit menepi

Fely mengakhiri nyanyiannya dengan sempurna. Ia menghembuskan napas pelan dan berpikir, apa dia harus berhenti, atau justru berjuang sekali lagi? Lalu Fely menatap bulan yang ada di langit, dia tersenyum tipis.

“Hai bulan, apa kabar? Sinarmu semakin temaram ya, aku suka.” Fely mulai berbicara pada bulan untuk mengusir sepi.

“Bulan, kamu tahu Erlan, kan? Kamu tahu kalau aku suka dia, kan? Nggak tahu kenapa rasa ini semakin membesar meskipun dia suruh aku pergi.” Fely teringat lagi kejadian di sekolah tadi siang, setelah Erlan pergi Fely langsung menuju ke kelas. Dan ternyata Erlan juga sudah ada di dalam kelas, tetapi Erlan tak memandang Fely sedikit pun.

“Aku harus gimana, bulan?” Tanya Fely lirih. Matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis. Fely bingung harus berbuat apa, apakah Erlan tidak bisa melihat perjuangannya selama ini? Kenapa begitu sulit untuk terlihat ada? Satu tetes air mata Fely jatuh ke pipinya. Lalu disusul oleh tetesan air mata yang lainnya, Fely tak bisa menahan tangisnya, ia menangis terisak. Ini kali pertamanya Fely menangis karena Erlan.

Setelah puas menangis, Fely melihat lagi ke arah bulan. Dia tersenyum. “Makasih bulan karena udah menemani aku.” Fely pun beranjak sambil membawa gitarnya. Dia menyimpan gitarnya di tempat semula, lalu naik ke tempat tidur. Fely berbaring dengan senyum yang mengembang. “Aku nggak boleh nyerah gitu aja, semangat Fely!”

Fely pun memejamkan matanya dan berkelana ke alam mimpi. Dia sudah memutuskan untuk tetap mendekati Erlan, meski Erlan melarangnya.

***

Fely memakirkan sepeda motornya di parkiran sekolah. Pagi ini, Fely berusaha mendekati Erlan lagi. Dia sudah menyiapkan bekal untuk Erlan. Fely tampak bersemangat hari ini.

FE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang