7| Bekal pertama
Matahari masih malu-malu untuk menampakan semua dirinya kepada bumi. Langit pun masih gelap seolah enggan berpisah dengan malam. Namun keadaan itu tak membuat seorang gadis itu masih bernyaman-nyaman di bawah selimut.
Gadis itu, Felysia Queenby atau lebih akrab disapa Fely, dari tadi tengah bergulat dengan alat masak di dapur. Tangannya dengan lincah mencincang daging menjadi potongan kecil.
"Pokoknya gue harus buat makanan spesial," ucap Fely saat sedang memotong bahan-bahan lainnya.
Kini Fely mulai menumis irisan bawang merah, potongan wortel, dan terakhir dia masukan daging cincang ke dalam wajan. Semuanya dia campurkan, tak lupa dia tambahkan penyedap makanan secukupnya. Setelah mulai harum, dia tambahkan nasi putih satu piring dan mengaduknya kembali sampai menyatu.
"Hmmm, kurang apa, ya?" Fely bermonolog saat mencicipi rasa masakannya. "Ah, iya, aku lupa tambahkan garam, makanya asinnya nggak kerasa," lanjutnya yang kemudian menambahkan garam ke dalam nasi tersebut.
"Selesai," ucap Fely sambil mematikan kompor. Fely mengambil kotak bekal yang telah dia siapkan. Kemudian mengisinya dengan nasi yang telah dia masak.
"Sekarang, tinggal tambahkan udang yang tadi sudah aku masak," ucap Fely. Dia berjalan ke arah rak dan mengambil udang saus tiram yang lebih dulu dia masak. Kemudian menambahkannya di samping nasi tersebut.
"Selesai," kata Fely dengan mengangkat sedikit kotak bekal itu. Makananya memang cukup sederhana, namun rasanya tak bisa diragukan.
"Huaaa ... Sudah jam segini," ucap Fely saat melihat jam yang menggantung di dinding dapur. Jam itu menunjukan pukul enam lebih lima belas menit. Rupanya sudah cukup lama gadis itu berkutat di dapur. "Harus cepat siap-siap, nih. Kalau nggak aku bisa telat"
Fely menutup kotak bekal yang dipegangnya kemudian berlari ke kamarnya untuk segera mandi dan siap-siap berangkat sekolah.
***
"Huft, untung belum ada guru," ucap Fely setelah sampai di mejanya. Tangan gadis itu memegang dadanya dengan kepala menunduk serta nafas yang masih putus-putus. Ya, dia masih ngos-ngosan akibat berlari dari gerbang ke kelas yang lumayan jauh.
Alasannya? Ya, karena Fely takut telat.
"Siapa suruh telat, jadinya pagi-pagi udah olah raga aja, kan," ucap Key dengan begitu santai.
"Nggak masalah, biar sehat," balas Fely yang kini sudah bisa sedikit tenang.
"Emang kenapa bisa sampe telat sih, Fel. Bukannya lo lagi ngejalanin misi, ya?" tanya Key yang diangguki oleh Fely. "Biasanya lo datang pagi-pagi buat bisa ngejalanin misi itu."
Fely tersenyum sejenak sebelum berkata, "Justru karena ngurusin dulu misi kali ini, makanya aku telat."
"Emang misi lo kali ini apa?" tanya Key.
Fely melambaikan tangan seolah menyuruh Key untuk mendekat. Key menurut, Fely mendekat ke arah telinga Key bersiap untuk berbisik. "KEPO KAMU YA!" Rupanya Fely bukan berbisik, tapi berteriak tepat di telinga Key.
"BANGSUL! SIALAN LO, NENEK LAMPIR!!" Key ikut berteriak mengumpat akan tingkah Fely padanya. Tak lupa tangannya ikut mengusap telinga yang jadi korban kejailan Fely.
Fely tertawa puas melihat sahabatnya kesal.
***
Bel istirahat baru saja berbunyi, hampir semua murid juga sudah mulai berangkat ke kantin. Namun tidak dengan Fely, dia masih duduk di mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FE [END]
Teen FictionIni kisah tentang sepasang remaja yang dipertemukan oleh takdir dengan masa kelam yang berbeda. Di tengah asa menemukan sejatinya bahagia, lagi-lagi semesta menguji mereka. Akankah Tuhan masih berbaik hati untuk membiarkan mereka tetap bersama, atau...