BAB 11. Perasaan

8.8K 533 21
                                    

Sudah sebulan Adrian bersekolah di SMA Cakrawala.Adrian dan Luci juga sangat dekat,dimana ada Luci di situ ada Adrian.

Banyak yang menganggap mereka berdua pacaran,pergi pulang sekolah berdua,ke kantin juga berdua.

Sudah sebulan juga Luci tidak sering di bully lagi.Reiki dan teman-temannya selalu saja mencari celah untuk membully Luci,tapi selalu terhalang dengan adanya Adrian yang menjadi hero bagi Luci.

Perasaan Luci juga masih sama pada Reiki.Ia masih sangat mencintai Reiki.Adrian saja sangat heran pada gadis itu,kenapa bisa sangat mencintai Reiki yang jelas-jelas selalu menyakitinya.Tapi Luci selalu bilang pada Adrian kalau perasaan manusia tidak bisa di tebak dan tidak ada yang tau hati akan berlabuh kemana.

Adrian mengiyakannya dalam hati.Perasaan tidak bisa di tebak dan tidak ada yang tau hati akan berlabuh dimana.Buktinya Adrian sadar bila ia telah menyayangi Luci.

Bukan perasaan sayang sebagai sahabat tapi perasaan sayang antara laki-laki dan perempuan.

Memang benar,kata-kata "tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang berhasil.Pasti salah satunya punya perasaan lebih"

"IIAANN!!" Luci berteriak tepat di telinga sebelah kanan Adrian yang membuat cowok itu terlonjak kaget.

"Apaan sih lo,sakit nih kuping gue." Balas Adrian kesal.

"Kamu sih aku ajak pulang malah melamun.Ayok pulang,udah sepi nih" Adrian mengedarkan pandangannya.Benar kata Luci,hanya mereka berdua saja di dalam kelas.

Adrian menyampirkan tasnya di bahu sebelah kanan kemudian menarik Luci pelan keluar dari kelas.
Di koridor,Luci melihat apa yang tidak ingin di lihatnya.

Di ujung koridor ia melihat Reiki dan Violetta yang berjalan bergandengan tangan dengan mesranya.Reiki baru keluar dari kelasnya,XII IPS 1.Ya memang benar,Reiki dan Violetta adalah senior di SMA Cakrawala.

Luci sangat sedih.Gadis itu berekspetasi jika dia dan Reiki juga akan seperti itu.Tapi fakta menyadarkan Luci jika dia memang tidak cocok dengan cowok yang hampir sempurna seperti Reiki.

"Udah lah Ila.Gak usah di liatin gitu mendingan lo liatin gue aja nih." Adrian langsung memalingkan wajah Luci sehingga mereka bertatapan.

Saat itu juga Reiki berbalik dan melihat Lucid an Adrian yang berada di ujung koridor.Entah mengapa ia merasa panas tapi ia enyahkan perasaan aneh itu.

"Apaan sih.Kamu makin hari makan aneh deh Ian." Kata Luci kesal kembali berjalan.

"Anehnya juga karena lo" Jawab Adrian enteng sambil merangkul bahu Luci yang lebih pendek darinya.

Mereka bedua berjalan cepat dan melewati kedua orang yang berbeda jenis kelamin tapi sifat sikap yang sama.Siapa lagi kalau bukan Reiki dan Violetta.

"Jelek aja belagu lo gendut" Kata Violetta sambil menarik rambut Luci dari belakang.

Luci yang merasakan sakit dan perih di area kulit kepalanya langsung mengeluarkan air matanya.

"Sialan lo jadi kakak kelas.Mau lo apa?" Adrian yang geram karena Luci kesakitan langsung menghempaskan tangan Violetta kasar dari rambut Luci.

"Eh diam lo,mau jadi pahlawan kesiangan lo? HAH?" Reiki langsung mendorong kasar Adrian membuat cowok itu merasa geram.Baru saja Adrian ingin melayangkan bogem ke muka songong Reiki tapi dengan sigap Luci menahannya.

"Udah Ian,jangan berantem lagi" Kata Luci pelan.

"Gak bisa La,mereka selalu aja gangguin lo." Adrian masih saja emosi tapi Luci tetap menenangkan cowok itu.

"Aku gak kenapa-napa Ian,nanti mereka juga kapo sendiri." Adrian menghembuskan nafasnya pelan kemudian tersenyum kea rah Luci sambil mengelus-elus puncak kepala gadis itu yang tadi sempat di jambak sama nenek sihir Violetta.

"Cih drama" Kata Reiki dengan senyum dan tatapan mengejek.

"Reiki,kak Vio.Aku gak pernah ada masalah sama kalian tapi kenapa kalian selalu gangguin aku? Kalian gak capek?" Tanya Luci menatap kedua orang di depannya dengan pandangan sendu.

"Udah berani lo ya.Mentang-mentang ada pahlawannya di sini." Sindir Violetta menatap remeh kea rah Adrian yang sedari tadi menahan emosinya. "Gue heran sama lo,udah badan buntal,jelek,dekil kayak gini masih aja berani suka sama pacar orang.Gak tau diri banget kan,sayang?" Lanjut Violetta menghina Luci kemudian bergelayut manja di lengan kiri Reiki kayak monyet.

"Apa salahnya aku suka sama orang kak Vio? Aku juga gak bakal ganggu hubungan kalian." Luci menghembuskan nafas lelah kemudian berbalik dan menarik tangan Adrian untuk pergi dari sana.

"Cih,kalau benar lo suka sama gue,gue gak bakalan sudi di sukain sama cewek modelan kayak lo.Malu-maluin gue aja lo!" Kalimat panjang Reiki tepat menusuk di hati Luci.

Gadis itu refleks berhenti dan mengeluarkan air matanya.Adrian yang sudah tidak tahan langsung menerjang Reiki.

BUKK

"Buat lo yang udah nyakitin hati permata gue" Adrian langsung menarik Luci meninggalkan Reiki yang tersungkur di lantai koridor bersama Violetta.

Di perjalanan pulang tidak ada yang memulai pembicaraan,hanya keheningan yang menemani kedua insan berbeda jenis kelamin itu.
Mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Ila?" Panggil Adrian pelan.Luci tersenyum kecil kemudian menatap Adrian juga.

"Kenapa Ian?" Tanya Luci pelan.

"Lo gak usah fake smile di depan gue deh." Balas Adrian sambil menepikan mobilnya di pinggir jaalan yang agak sepi.

"Kok berhenti?" Adrian tidak menjawab.Cowok itu hanya menatap dalam Luci yang sekarang sudah keringat dingin.

"La,lo gak perlu buang-buang waktu lo buat suka sama cowok brengsek kayak dia,lo gak perlu buang-buang air mata lo buat nangisin cowok modelan kayak dia.Air mata lo terlalu berharga Ila." Luci langsung menunduk mendengar perkataan Adrian.

"Tapi aku beneran cinta dan sayang sama Reiki,Ian.Aku harus gimana lagi kalau hati aku udah milih dia?" Luci berkata dengan lirih.Air matanya menetes perlahan.

Adrian yang melihat Luci menangis langsung menggengam tangan gadis yang sudah mengisi relung hatinya.Sahabat masa kecil yang sangat ia sayangin,tidak bahkan sangat ia cintai.

"Ila,dengerin gue.Masih banyak orang yang mau nerima lo.Kelebihan maupun kekurangan lo.Lo Cuma harus percaya diri aja,dan lo gak usah mikirin orang-orang gak menghargai lo."Kata Adrian bijak.

Luci menggeleng pelan. "Gak ada yang mau nerima gue apa adanya kecuali keluarga gue dan lo,Ian" Kata Luci pelan.

"Iya,gue nerima lo apa adanya Ila karena gue sayang bahkan cinta sama lo.Bukan sebagai sahabat tapi cinta sebagai laki-laki dan perempuan."

❤❤❤

Luci Is A Fat Girl (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang