BAB 19. Dia

8.5K 447 27
                                    

Malam menunjukkan pukul 08:27 menit.Luci sedang berdiri di balkon kamarnya di temani secangkir coklat panas.

“Luci…” Luci melihat ke belakang,di sana Jessika berdiri sambil mengerucutkan bibirnya.

“Kenapa?” Tanya Luci heran.

“Si kampret Gavin ngabisin semua stock cemilan.temenin gue beli lain ya?” Jessika menatap Luci memelas berharap gadis cantik itu mau menemaninya.Luci terkekeh.

“Yaudah ayo!” Jessika langsung berjingkrak senang seperti anak kecil saat Luci mau menemaninya.

Mereka turun ke bawah dan melihat Margareth yang sedang menonton TV di ruang keluarga.

“Mau kemana?” Tanya Margareth.

“Ke supermarket ma,Jessy merengek minta di temanin.” Jawab Luci menyindir Jessika yang sekarang menatapnya datar.

“Yaudah,hati-hati ya.” Kata Margareth yang di angguki kedua gadis cantik itu.

Sampai di supermarket yang memang letaknya tidak jauh dari mension Bramanto,Jessika mengambil banyak makanan serta minuman soda.

Luci tidak berminat untuk membeli cemilan malam ini,gadis itu tertarik untuk makan ice cream.

“Jes,aku ke sana dulu ya.” Kata Luci.

“Iya,jangan jauh-jauh ya,gue takut sendirian.” Balas Jessika yang masih focus memilih banyak cemilan.

Luci mendekati penjual Ice cream yang tidak jauh dari sana.Setelah membeli Ice cream coklat,gadis itu memilih duduk di salah satu bangku yang ada di depan supermarket.

Tiba-tiba pikirannya tertuju pada seseorang yang dulu ia cintai dan yang selalu menyakitinya.Luci menggeleng saat pikiran itu datang lagi.

Setelah menghabiskan Ice creamnya,Luci memilih duduk di sana menunggu Jessika yang sedang membayar belanjaannya.

“Udah Jes?” Tanya Luci saat Jessika mendekat.

“Belum!” Jawab Jessika jutek.Ia sangat gemas pada sahabatnya ini,bisa-bisa mengajukan pertanyaan bodoh.Dia kan melihat jika Jessika sudah keluar dari supermarket sambil menenteng sekantong plastik besar berisi banyak makanan dan minuman.

Luci hanya nyengir kuda menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi.

“Yaudah sini aku yang bawa” Belum sempat Jessika melayangkan protes,Luci langsung merampas bawaan Jessika dan berbalik.

BRUKK

“Eh sorry-sorry gue gak sengaja” Luci menabrak seseorang saat berbalik.Alhasil belanjaan Jessika jatuh.

“Aduh,Luci lo gapapa?” Tanya Jessika membantu Luci berdiri.

“Aku gapapa.” Luci memungut cemilan yang jatuh di bantu oleh Jessika dan orang yang di tabraknya.

“Sekali lagi sorry ya.” Kata orang itu.

“Iya,gapapa.Lagian ak…” Luci tersentak kaget saat matanya bertemu dengan manik hitam milik cowok itu.

“Reiki?”

“Luci?” Mereka sama-sama terpaku untuk beberapa saat.Jessika yang melihatnya pun merasa heran dengan dua orang yang tampak sama-sama terkejut itu.

“Luci!” Lamunan Luci buyar saat Jessika menepuk pelan pundaknya.Begitupun Reiki yang awalnya terpaku kini juga merasa salah tingkah.

“Gimana kabar lo?” Tanya Reiki pelan.

“Seperti yang kamu lihat!” Jawab Luci sambil tersenyum,walaupun hatinya kini sedang dangdutan.

“Lo…”

“Rei,aku duluan ya.Mama udah nungguin.Yok Jes!!” Luci langsung memotong perkataan Reiki dan bergegas menarik lengan Jessika.

Setelah agak jauh,Luci langsung melepaskan lengan Jessika dan menghembuskan nafas.

“Cowok tadi siapa,Lu? Ganteng banget ya?” Tanya Jessika sambil tersenyum membayangkan cowok yang tadi di lihatnya.

“Dia…Reiki!” Jawab Luci yang membuat Jessika mengerutkan keningnya. “Dia Reiki,Reiki Savian Altezza.” Lanjut Luci lagi.Sekarang Jessika tampak terkejut.

“Cowok brengsek itu?” Jessika memang tau Reiki,gadis itu tau dari cerita Luci walaupun ia belum pernah melihat tampang asli cowok itu.

“Wah sialan.Kalau gue tau dari tadi udah gue tonjok muka ganteng dia!” Jessika mengepalkan tangannya.

“Udahlah Jes,masa lalu biarlah berlalu.Yok pulang!” Luci berjalan duluan meninggalkan Jessika sambil membawa belanjaannya.

“WOI LUCI,KOK GUE DITINGGAL SIIH??” Beruntung jalanan tidak banyak di lalui oleh orang-orang jadi Luci tidak malu-malu banget saat Jessika berteriak.

Di tempat lain,di sebuah club ternama di Jakarta,terlihat tiga pemuda yang sedang menikmati vodka di pojokan ruangan.

Mereka adalah Reiki,Aiden dan Galen.Reiki tampak berantakan malam ini membuat kedua sahabatnya terheran-heran.

“Lo kenapa?” Tanya Aiden.Reiki hanya diam,cowok itu sibuk dengan pikirannya sendiri.Aiden menatap Galen.

“Rei?” Galen menepuk pundak Reiki.Sontak saja Reiki menatap tajam Galen.

“Kenapa?” Tanya Reiki ketus.

“Seharusnya kita yang tanya sama lo.Lo kenapa? Tumben berantakan gini,habis tauran?” Tanya Aiden lagi.

“Andaikan gue baik sama dia dari dulu,mungkin sekarang dia udah jadi milik gue!” Kata Reiki tertawa remeh.

Dia sangat membenci dirinya sendiri saat empat tahun lalu terus menyakiti seorang gadis gendut yang tulus mencintainya.

Dia merasa bodoh telah menyia-nyiakan Luciana Kamila yang telah mampu memporak-porandakan hatinya.

“Siapa Rei?” Tanya Galen.

“Luciana Kamila!” Jawab Reiki tegas namun sorot matanya terlihat lemah.Aiden dan Galen saling berpandangan,kemudian menatap Reiki lagi.

“Lo masih ingat sama dia? Udah empat tahun loh Rei!”

“Gue ketemu dia tadi” Jawab Reiki yang membuat kedua sahabatnya terkejut.

“Serius? Lo udah minta maaf belum? Gue juga mau minta maaf sama dia.” Kata Galen.

“Gue belum sempat minta maaf sama dia.” Kata Reiki lesu.

“Kenapa?” Tanya Galen heran.

“Kalian tau? Dia cantiiiik banget.Bahkan kalau di liat sekilas,itu bukan Luciana Kamila yang kita kenal” Jawab Reiki menerawang antara Luci yang dulu dan Luci yang sekarang.

“Lo gak salah liat kan?” Tanya Aiden.Reiki menggeleng.

“Dia sekarang udah cantik banget,body goals lagi.Tapi gue gak salah liat,dia emang Luci.Apalagi matanya.Dulu kita sempat tatap-tatapan secara dekat jadi gue ingat banget sama matanya.” Reiki tampak sangat lesu.Cowok itu benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan dan menyakiti Luci.

"Kayaknya lo udah cinta ya sama dia?" Tanya Aiden.

"Maybe,bahkan dulu gue gak rela liat dia nangis,apalagi liat tatapan matanya yang rapuh.Gue gak sanggup,tapi akhirnya ego gue sendiri yang jadi boomerang buat nyakitin gue."

Andaikan ia bisa memutar waktu,maka ia akan membalas perasaan Luci dan membuang semua egonya.

Namun apalah daya,empat tahun lalu ia masih di butakan oleh ego karena selalu di sanjung-sanjung di sekolah.

Sekarang Reiki sadar bahwa tampang fisik tidak menjamin segalanya.
Sekarang cowok itu hanya berharap bila Luci mau memafkannya.Ia akan berjuang sekarang,seperti Luci yang dulu tetap berjuang untuk mendapatkan mencintainya walaupun ia terus menyakiti gadis itu.

Apapun akan gue lakuin buat dapetin lo,Luciana Kamila!Batin Reiki.

Luci Is A Fat Girl (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang