BAB 14. Undangan Party

7.6K 439 7
                                    

Hari ini Luci merasa sangat tidak bersemangat untuk sekolah.Apalagi jika ia harus bertemu dengan Reiki.

Gadis itu merasa sangat malu telah mengungkapkan perasaannnya pada cowok itu kemaren.Sebenarnya Luci juga merasa heran kenapa bisa Reiki ada di sana,dan mereka berbicara empat mata walaupun tidak berlangsung lama.

Luci merasa senang namun juga terasa sakit pada hatinya setiap kali ia berbicara dengan Reiki.

Cowok itu sangat mudah menarik ulur perasaanku. Batin Luci.

“Woi,Ila.Lo kok gak nungguin gue jemput sih?” Adrian masuk ke kelas dan langsung berteriak membuat cowok itu jadi pusat perhatian.

Tanpa memperdulikan setiap mata yang memandangnya,Adrian berjalan kesal dan langsung menaruh tasnya di atas meja tepat di samping Luci.

“Maaf,aku lagi pengen berangkat pagi aja.” Balas Luci merasa bersalah.

Luci memang berangkat lebih awal hari ini ke sekolah sampai tidak menunggu Adrian yang sudah pasti setiap pagi akan stay di depan pintu mensionnya.

“Lo ada masalah? Lo bisa cerita sama gue” Adrian menggenggam lembut tangan Luci yang berisi.

Cewek itu hanya menggeleng dan tersenyum manis.Entah kenapa tiba-tiba Luci merasa aneh saat tangannya di genggam seperti itu oleh Adrian apagi kalau cowok tampan berdarah Eropa itu sedang menatapnya lekat.

Luci langsung menarik tangannya dari genggaman Adrian kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain.Tak lama kemudian bel tanda jam pelajaran pertama berbunyi proses belajar mengajarpun di mulai.

“Kantin yok,laper banget gue” Adrian langsung menarik Luci setelah bel tanda istirahat berbunyi.

“Eh…eh Ian tapi…” Adrian langsung memotong perkataan Luci.

“Gak ada tapi-tapian,gue tadi pagi gak sempat sarapan.” Luci kemudian hanya pasrah di seret-seret oleh Adrian menuju kantin.

Sampai di kantin,mereka memilih duduk di bangku pojok dan memakan makanan yang sudah di pesan Adrian.

“Permisi!” Luci dan Adrian langsung mendongak dan melihat seorang gadis cantik berdiri di depan meja yang mereka tempati.

Luci kenal gadis itu,dia adalah Alamanda Robinson.Putri pengusaha yang kaya raya.

“Apa?” Tanya Adrian ketus.

“Gue cuma mau ngasih ini” Alamanda mengeluarkan dua buah undangan dari kantong roknya dan meletakkan di atas meja.

“Nanti malam gue ulang tahun,jadi gue ngundang kalian.Sebenarnya gue males banget ngundang cewek kayak lo.Tapi gue terpaksa karena gue ngundang seluruh murid-murid dan guru di sini.Gue juga gak yakin kalau lo bakal datang” Kata Alamanda panjang lebar yang di akhiri senyuman sinis.

Alamanda kemudian pegi meninggalkan meja yang di tempati Luci sambil menedang meja pelan.

“Sialan tuh cewek,cantik juga nggak belagu banget” Adrian menatap kesal Alamanda yang mulai menjauh dari kantin.

“Alamanda emang cantik Ian.Dia juga putri tunggal Mr.Robinson” Balas Luci tersenyum,walaupun ia juga merasa sakit pada hatinya karena perkataan sinis yang keluar dari mulut Alamanda.

“Cantikan juga lo Ila.Hati lo cantik,lo juga manis imut lagi.Kayaan juga bokap lo” Balas Adrian kemudian melanjutkan kembali makannya yang sempat tertunda karena kedatangan Alamanda tadi.

Tanpa Adrian sadari pipi gembul Luci sedikit memerah karena terhalang dengan kulitnya yang berwarna sawo matang.

🍀🍀🍀

Jam menunjukkan pukul 06:08.Luci sibuk memilih gaun-gaun yang di belikan mamanya.

Keputusannya sudah bulat untuk menghadiri birthday party nya Alamanda.Ia juga akan siap dengan banyak caci makian yang akan di lontarkan para tamu-tamu nantinya.

“Lulu sayang,tumben kamu milih-milih gaun? Mau kencan ya sama Rian?” Margareth tiba-tiba masuk ke dalam kamar Luci dan menggodanya.

“Ihh mama apaan sih,aku mau ke party nya teman sekolah aku ma.” Balas Luci yang kesal karena digoda oleh mamanya.

“Oh mau ke party toh,sini mama bantuin nyari gaun yang pas buat kamu.” Margareth kemudian membantu Luci memilih gaun yang pas.

Pilihan Margareth jatuh pada gaun hitam selutut berlengan panjang yang sangat manis saat di pakai Luci.

“Sini sayang,mama bantu rias kamu” Luci hanya mengikuti perintah mamanya.

Setelah lama berkutat dengan segala alat make up,akhirnya Margareth selesai memoles wajah gembul putrinya.

“Waah,putri mama cantik banget..” Puji Margareth menatap puas polesan make up di wajah Luci.Luci membuka matanya dan langsung melongo.

“Ma,ini beneran Lulu? Kok beda ya?” Tanya Luci polos yang membuat Margareth tertawa.

Memang Luci terlihat berbeda dengan polesan make up tipis itu.Ia tampak lebih cerah dari hari biasanya.

“Udah-udah sana turun,Rian udah nungguin kamu dari tadi.” Luci kaget dan langsung menatap mamanya.

“Iya,Rian udah dari jam 6 udah disini nyariin kamu katanya.Makanya mama manggil kamu.Mama pikir kalian mau kencan.” Margareth berkata sambil terkekeh.Luci hanya nyengir kemudian turun bersama mamanya.

Luci melihat Adrian yang tampak tampan dengan balutan tuxedonya.Berbeda dengan hari-hari biasa yang tampak urak-urakan udah kayak bad boy walaupun benar juga sih.

Adian yang sadar akan kedatangan Luci langsung menatap Luci.Adrian melongo dengan penampilan Luci sekarang.

Cantik. Puji Adrian dalam hatinya.

“Ian?” Adrian langsung tersadar saat Luci memanggilnya pelan.

“Eh…ah iya?” Bahkan cowok itu sudah gelagapan sendiri yang membuat Luci serta Margareth terkekeh.

Dasar anak muda.Batin Margareth yang tau bahwa Adrian,putra semata wayang sahabatnya menyukai putrinya.

“Berangkat sekarang?” Tanya Adrian.

“Boleh.Mama,Lulu berangkat ya.” Pamit Luci pada Margareth di ikuti oleh Adrian.

“Pamit tante”

“Kalian hati-hati di jalan ya.Adrian jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya.” Nasihat Margareth sambil melambaikan tangannya dari pintu mension.

Adrian mengangguk dan tersenyum kemudian memasuki mobil dan mengemudikan  mobilnya keluar dari pekarangan mension keluarga Bramanto.

“Abang lo mana La? Tumben gak ribut dulu waktu gue ajak lo keluar malam?” Tanya Adrian sambil terkekeh.

Luci juga ikut terkekeh bila mengingat sikap abangnya yang sangat posessif padanya.

“Gak tau,dari sore aku gak liat papa sama bang El” Jawab Luci.Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi antara Luci dan Adrian.

"BTW,lo cantik malam ini" Kata Adrian tiba² setelah lama terdiam.Luci tidak menjawab,gadis itu hanya tersipu malu mendengar pujian tulus dari sahabatnya.

❤❤❤

Luci Is A Fat Girl (Proses Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang