Luci membuka matanya perlahan kemudian mengerjabkannya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya.Gadis itu menatap sekeliling ruangan yang terasa tidak asing baginya.
Ceklek
Luci langsung melihat ke arah pintu.Disana Adrian,sahabatnya sejak kecil sedang menatap Luci khawatir.
“Ila,lo gak kenapa-napa kan?” Adrian bertanya khawatir sambil mendekati brankar yang ditiduri Luci.Gadis itu hanya tersenyum kemudian menggeleng.
“Aku gak kenapa-napa” Adrian menghembuskan nafasnya,kemudian menatap Luci dengan penuh penyesalan.
“Maafin gue,La.Gue tadi gak sengaja nonjok lo.Gue…” Luci langsung memberi isyarat pada Adrian untuk tidak melanjutkan perkataannya.
Luci menghembuskan nafasnya,walau perutnya terasa nyeri tapi ia tidak menyesal telah menolong Reiki untuk kedua kalinya.Walaupun Reiki sering menjahatinya tapi tidak ada sedikitpun dendam dalam hati Luci.
Cinta memang membutakan segalanya bukan? Bahkan Luci tetap bertahan dan sabar terhadap sikap Reiki padanya.Gadis itu masih betah dalam harapan yang mungkin akan tetap menjadi halusinasinya bahwa Reiki akan menjadi miliknya suatu saat.
Luci hanya tetap diam dan menunggu takdir baik yang akan mendatanginya entah kapankah itu.Ia tidak mau gegabah apalagi dengan fisiknya yang sangat-sangat dibawah criteria seorang Reiki Savian Altezza.
“Woi,La!” Adrian melambaikan tangannya di depan wajah Luci sampai gadis itu mengerjab-ngerjabkan matanya.
“Lo kok melamun sih? Lo keingat sama cowok brengsek itu?” Luci berdecak kesal.
“Dia punya nama Ian.” Adrian hanya memutar bola matanya malas.
“Sesuka itu lo sama dia? Sampai lo ngelindungin dia?” Adrian menatap Luci serius sedangkan Luci gelagapan sendiri.
“Kok ka…kamu tau?” Adrian hanya mengedikan bahunya acuh.Luci menghembuskan nafasnya lagi. “Aku bahkan udah cinta sama dia.Tapi aku gak berharap banyak kok,aku Cuma mau Reiki bisa bersikap baik sama aku.” Kata Luci dengan senyuman di akhir kalimatnya.
Adrian mengelus puncak kepala Luci dengan sayang.Ia sangat tidak suka melihat sahabat gembulnya tersakiti.
Ia merasa menyesal telah meninggalkan Luci dua tahun lalu untuk mengikuti papinya yang pindah sementara ke Singapura setelah maminya pergi untuk selama-lamanya.
“Maafin gue,La”
“Kok Ian minta maaf terus sih,kan Ian gak salah.” Adrian tersenyum kemudian membantu Luci duduk.
“Lo mau pulang atau masuk kelas? Tapi pulang aja deh,lagian 10 menit lagi udah bel pulang.” Luci tidak menanggapi apa-apa.Gadis itu mencoba turuh dari brankar.
“Lo bisa? Masih sakit?” Tanya Adrian khawatir.
“Aku bisa kok dan gak sakit lagi.” Kemudian mereka keluar dari UKS dan berjalan beriringan ke parkiran.
Tadi Adrian memaksa Luci untuk pulang di antar olehnya.Sampai di parkiran,Luci melihat Reiki yang ingin menaiki motor ninjanya.Ia melihat memar-memar di wajah Reiki yang merupakan bekas tonjokan dari Adrian.
Reiki melihat ke arah Luci dan mata mereka bertemu untuk beberapa saat.Luci mencoba tersenyum yang hanya dibalas tatapan datar dari Reiki.Cowok itu kemudian langsung mengenakan helm full facenya dan langsung pergi meninggalkan area sekolah bersama dengan motor ninja hitamnya.
“Udah Ila,yok kita pulang.”Adrian langsung menarik tangan Luci menuju sebuah mobil sport putih yang tidak jauh dari mereka berdiri tadi.
Selama perjalanan pulang tidak ada yang memulai pembicaraan,baik Luci maupun Adrian mereka sibuk dengan pemikiran sendiri.15 menit kemudian,mereka sudah memasuki gerbang sebuah mension mewah yang ditempati keluarga Bramanto.
“Mampir dulu,Ian” Luci mengajak Adrian yang di balas senyuman manis dari cowok itu.
“Oke lah,karena tuan putri yang meminta jadi harus di turuti.” Luci terkekeh kecil,kemudian mereka berdua masuk ke dalam mension.
Di ruang keluarga ternyata ada Elvan yang sedang bermain game cacing di ponsel nya.
“Gak ke kampus bang?” Tanya Luci dan mendudukkan tubuhnya di samping Elvan.
“Gak dek.Dosennya sakit.” Jawab Elvan dengan mata yang masih focus paca cacing yang sangat menggelikan bagi Luci.
“Banyak alasan lo bang.” Balas Adrian kemudian duduk di samping kanan Elvan.Elvan yang merasa ada orang asing pun menoleh ke samping dan melihat seorang cowok tampan tapi lebih tampan Elvan sedang menatapnya sambil cengengesan.
“Wah gila lo upil anoa udah makin tampan aja lo.” Elvan langsung saja memeluk Adrian dan melemparkan ponselnya ke sembarangan arah.
Mereka memang sangat dekat dari kecil bahkan Elvan sampai menangis saat Adrian akan berangkat ke Singapura dua tahun lalu.Aneh memang seorang Elvan Syahreza menangis karena di tinggal Adrian Mahendra ke Singapura.
“Gue kangen banget sama lo upil anoa.”
“Gue juga kanget banget sama lo bang elephant” Mereka berdua masih berpelukan dengan eratnya sampai membuat Luci bergidik ngeri.
Mereka masih normal kan? Batin Luci
“Kalian masih normal kan?” Akhirnya Luci betanya juga setelah lama terdiam.Kedua cowok tampan itu melihat ke arah Luci dengan pandangan yang sulit diartikan.
“HAHAHAHAHA” Seketika Elvan dan Adrian tertawa yang membuat Luci mengerutkan keningnya.
Yang lucunya dimana? Batin Luci.
“Kalian berdua gila!!” Luci langsung melemparkan tas sekolahnya kea rah kedua cowok itu kemudian langsung pergi ke kamarnya tidak peduli dengan panggilan-panggilan dari kedua cowok aneh yang dianggapnya makhluk astral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luci Is A Fat Girl (Proses Revisi)
Teen FictionCERITA PERTAMA AUTHOR!!! Memiliki tubuh ideal dan wajah yang cantik merupakan impian semua perempuan.Termasuk Luciana Kamila.Gadis yang selalu menjadi korban bully selama setahun lebih ia sekolah di SMA Cakrawala. Alasan ia di bully? karena ia memil...