03 - Connected By The Book

1.7K 128 2
                                    

Di sela-sela kesibukan, Hadja meneguk kopi yang ia pesan di kafe depan rumah sakit tempatnya bekerja sekaligus menuntut ilmu. Jalanan sore hari tampak cukup padat jika dilihat dari kaca.

Hadja menutup buku yang barusan selesai ia baca sembari menikmati minumannya. Masih ada sekitar satu jam sebelum Hadja harus kembali ke rumah sakit. Alasan Hadja menunggu di kafe tidak lain karena ia terlalu malas untuk memiliki obrolan panjang dengan rekannya di rumah sakit.

Tak lama berselang, seorang perempuan mengenakan apron dengan logo kafe menghampiri Hadja. "Selamat sore," sapa perempuan tersebut ramah.

Wajah perempuan itu tidak asing bagi Hadja, ia adalah orang yang mengembalikan dompetnya waktu itu. Beberapa hari lalu pun mereka bertemu di tempat ini, Hadja yakin kalau wanita ini pasti karyawan tetap.

"Iya ada apa?" tanya Hadja dengan tatapannya yang tampak dingin.

"Maaf apabila mengganggu, tapi sepertinya Anda suka membaca buku. Di kafe ini terdapat beberapa koleksi buku yang bisa dibaca oleh pelanggan, barangkali Anda tertarik," ujar perempuan bermama Grace tersebut.

"Oh iya?"

"Iya, apakah Anda tertarik?" tanya Grace.

"Tidak juga, tapi karena masih ada waktu jadi boleh saja. Tolong rekomendasikan saja bukunya."

Jemari Grace menyerahkan buku setebal ratusan halaman di atas meja salah satu pelanggan restorannya yang selalu datang sendiri apabila berkunjung. Tatapan dingin Hadja membuatnya sedikit terintimidasi untuk segera mundur, tapi sifat Grace yang memang selalu ramah membuatnya tidak akan mundur hanya karena tatapan dingin tersebut.

"Apa tempat ini semacam books cafe?" tanya Hadja, "tapi aku tidak melihat ada rak buku."

"Bukan. Ini hanya rekomendasi pribadi saja, jadi tidak semua pelanggan tahu. Biasanya saya rekomendasikan kepada orang yang sering datang kemari atau yang ke kafe untuk membaca buku," jawab Grace.

Sebenarnya Hadja sedikit bingung dengan penjelasannya. Perempuan ini daya ingatnya terhadap wajah orang hebat juga.... Hadja berdalih dalam hati.

"Ini buku Haruki Murakami, salah satu penulis favorit saya. Pernah mendengar tentangnya?" Grace melanjutkan pembicaraannya tentang buku yang baru saja ia rekomendasikan.

Kepala Hadja menggeleng pelan, tangannya terulur menyentuh buku dengan judul empat huruf yang memenuhi hampir separuh sampul buku. "Aku jarang membaca buku fiksi."

"Tenang saja, ada ribuan bahkan jutaan penulis buku fiksi yang memiliki gaya penulisannya masing-masing, jadi saya rasa pasti akan ada penulis fiksi yang Anda sukai cara penulisannya."

"Ini bukunya bagus?"

"Kembali lagi kepada preferensi individu, saya tidak ingin mengatakan buku A lebih bagus dari buku B. Tapi bukannya justru disitu letak keindahannya? Sebuah tulisan bisa memunculkan berbagai sudut pandang yang berbeda kepada pembacanya. Tapi kalau memang tidak menyukainya, Anda bisa berhenti membacanya atau nanti bisa saya rekomendasikan buku lain kalau Anda punya waktu luang."

"Aku akan coba membacanya dulu."

"Masih ada dua buku lainnya. Kapan pun Anda memiliki waktu luang di sini, silahkan membacanya."

Tangan Hadja membuka halaman buku tersebut, membaca daftar isinya sekilas. "Terima kasih."

Perempuan yang bahkan tidak Hadja ketahui namanya tersebut pergi dari hadapannya. Kemudian Hadja mencoba untuk membaca kata perkata yang tercetak di buku.

Untungnya daya tangkap dan pemahaman Hadja tinggi sehingga ia dapat jalan cerita dengan teliti, karena penuturan penulis buku cukup sulit untuk dipahami kalau tidak fokus. Tidak bisa disangkal, ia cukup tertarik dengan kelanjutan alur cerita dari buku yang belum sempat ia baca hingga selesai karena harus segera kembali ke rumah sakit.

[SS] - Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang