11 - Figuring out

742 78 1
                                    

I'm finally a step closer to you, but you're now ten step ahead of me

"Ini pesanannya, silahkan dimakan." Grace tersenyum sembari meletakkan dua piring makanan dan segelas minuman di hadapan Hadja.

"Terima kasih."

Pandangan mata Hadja menatap menu-menu tersebut, tetapi tidak begitu lama. Dia langsung mengarahkan pandangannya kepada Grace. Hadja tidak mengerti kenapa, tetapi dia merasa nyaman jika melihat perempuan itu. Bagaimana ya menjelaskannya, Grace terasa sangat hidup. Sorot matanya, senyumannya, kata-katanya terasa sangat tulus.

"Kalau begitu saya permisi," ujar Grace.

Hadja bingung haruskan dia mengutarakan keinginannya atau diam saja. Apakah hal itu pantas untuk dilakukan? Dirinya benar-benar bodoh untuk hal-hal seperti ini.

"Sebentar...."

Perkataan Hadja menghentikan langkah kaki Grace yang kemudian langsung berbalik ke arah Hadja, menatapnya. Meskipun raut muka Hadja tidak menunjukkan banyak emosi, tetapi jauh di dalam pikiran Hadja dia gugup bukan main.

Tidak pernah seperti ini sebelumnya. Memangnya Grace adalah dosen penguji? Namun Hadja tidak pernah merasa gugup saat ujian. Lalu kenapa ini?

"Ini menu baru, kan? Kenapa tidak dijelaskan sedikit? Tampilannya sangat menarik," kata Hadja.

Grace panik mendengar permintaan Hadja. Dia menggoyang-goyangkan tangan kirinya yang tidak memegang nampan. "Tidak... itu bukan saya yang membuatnya. Jadi sebenarnya saya juga tidak tahu banyak." Grace tertawa kecil.

"Kamu di sini bukan koki?" tanya Hadja.

"Bukan, tentu saja bukan. Level kemampuan memasak saya itu... misalnya kalau ikutan master chef, di episode pertama saja pasti sudah tersingkir," jawab Grace.

"Master chef?" tanya Hadja bingung.

Hadja tidak tahu apa itu master chef, apakah semacam kejuaraan memasak? Atau pelatihan memasak? Kalau diibaratkan dengan istilah di dunia medis, apakah semacam program co-ass? Atau justru seperti internship?

Bukan seperti itu, Hadja. Analisisnya terlalu jauh, pengandaiannya pun sangat absurd.

Sorot mata Hadja terlihat polos dan tidak tahu gambaran besarnya. "Eh... jangan bilang, Anda tidak pernah menonton televisi?" tanya Grace.

"Aku menontonnya sesekali."

Grace tertawa canggung seorang diri, sepertinya dia salah tingkah. Niat awal Grace adalah menyelipkan sedikit candaan, skenario terburuk yang Grace bayangkan adalah mereka akan tertawa garing, tetapi ternyata lebih parah, pria di hadapannya ini bahkan sama sekali tidak mengerti. Jadinya kan malah jayus!

"Itu kontes memasak di televisi yang sangat populer, setidaknya di Indonesia. Abaikan saja, tidak semua orang perlu tahu hal-hal yang sama," kata Grace.

"Ingin bercanda tentang kemampuan memasakmu, ya?" tanya Hadja.

Kenapa malah diperjelas sih? Dia ini memang bodoh dan tidak peka, atau selera humornya tingkat sultan? Grace mencak-mencak dalam hati sementara bibirnya masih berusaha tersenyum. Namun pada dasarnya, Grace tidak pandai memanipulasi raut wajahnya, senyuman itu terasa canggung.

"Setidaknya minuman yang kamu buat terasa enak," ucap Hadja lagi.

Dor! Ucapan itu bagaikan peluru kata yang mengenai Grace. Dia tidak menduga kata-kata seperti itu akan keluar dari mulut pria yang ekspresi wajahnya tampak selalu datar.

Lagi, tatapan itu lagi. Di saat bibirnya bahkan tidak tersenyum maupun melontarkan kata-kata, kenapa ia justru memiliki tatapan seperti itu? Grace yang biasanya tidak canggung bahkan ketika berada di antara orang baru pun tetap merasa gugup jika ditatap seperti itu.

[SS] - Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang