24 - Unexpected You

199 14 5
                                    

Haiden, Hajda, dan Sueny kini tengah dalam perjalanan pulang ke rumah. Hadja duduk di depan bersama dengan Haiden yang menyetir, sedangkan si bungsu duduk di belakang.

"Hadja, kamu mau ikut nggak?" tanya Haiden.

"Kemana?"

"Kalimantan, Kak Ai mau bikin cincin spesial jadi pengen milih materialnya langsung dari pabrik papa," kata Sueny sesukanya.

"Kapan?" tanya Hadja.

"Tadinya mau besok, tapi jadinya lusa karena sekalian Hendji mau kunjungan juga," jawab Haiden.

"Aku Selasa pagi berangkat ke Inggris sama profesorku, buat hadir ke International Medical Conference di Oxford."

"Wah Kak Hadja memang memang keren banget ya, kenapa aku ga sepinter kakak sedikit aja, biar pas kuliah aku ga kesulitan," celetuk Sueny.

"Setuju, jadi penasaran gimana rasanya kuliah tapi pake otaknya Hadja. Aku bisa party tiap hari dan nilai tetap sempurna," kata Haiden.

"Shopping and traveling tiap hari," tambah Sueny bersemangat.

Hadja tampak tak peduli dengan perkataan Haiden dan Sueny. Padahal kenyataannya, Hadja selalu belajar dengan sangat rajin. Hadja tak menyangkal kalau dirinya dikaruniai otak yang sangat cepat dalam menangkap ilmu, tetapi kalau ia tak belajar maka pengetahuannya tetap saja akan tertingga.

"Kak, aku mau mampir toko buku dulu boleh?" tanya Hadja sebelum sampai kepada toko buku yang ia maksud.

"Siap mengantar," jawab Haiden.

***

Hari ini, Grace sengaja datang telat ke kafe. Dia telah menyelesaikan seluruh pekerjaan rumahnya seperti beres-beres maupun mencuci, tak lupa memastikan dirinya mendapatkan cukup istirahat. Ya memang preferensi saja, tapi Grace ingin mempersiapkan dirinya secara maksimal untuk menemani Tara sebelum, selama, dan sesudah operasi.

Operasinya dilaksanakan pukul sepuluh malam. Sebenarnya Grace sedikit heran kenapa semalam itu tetapi mungkin dokternya ada hal lain yang perlu dikerjakan sebelumnya. Namun Grace juga merasa takjub kepada para dokter yang tetap melakukan tugasnya tanpa kenal waktu. Grace jadi penasaran, apakah hal seperti itu adalah makanan sehari-hari Hadja? Mengingat Grace beberapa kali bertemu Hadja yang pagi-pagi baru akan pulang ke rumah, sepertinya setelah bergadang semalam suntuk.

Ketika malam mulai tiba, Grace memutuskan untuk menyerahkan urusan kafe kepada sang wakil manajer kafe, sekaligus orang yang menggantikan Grace ketika ia berhalangan untuk mengatur operasional kafe. Ia mempersiapkan diri untuk pergi ke rumah sakit. Grace merasa kalau dirinya sangat gugup padahal bukan dia yang akan menjalani operasi.

"Aku pergi dulu, ya. Makasih udah bantu handle semuanya. Kalau ada apa-apa, langsung telepon aku aja, ya," ucap Grace. Di tangannya, ia menenteng satu botol tumbler berisi air putih dan satu tumbler yang lebih kecil untuk menyimpan americano dingin.

"Iya Kak, gak masalah. Titip salam buat Kak Tara, semoga operasinya berjalan lancar dan bisa cepet sehat lagi," bałaś Gibram.

Sekarang pukul delapan malam, Grace berjalan seorang diri menuju rumah sakit. Meskipun sudah bukan jam besuk, tetapi Grace yang anggap saja sebagai wali bisa masuk dan menemui Tara yang akan masuk ruang operasi tak lama lagi. Namun sebelum menemui Tara, Grace lebih dahulu menemui nenek Tara yang berada di ruangan terpisah. Setelahnya, baru Grace menuju ke kamar Tara.

Tidak seperti Grace, wajah Tara justru tampak tenang. Grace merasa takjub dengan keteguhan hati Tara. Kalau Grace ada di posisi itu, mungkin ia tak akan sekuat sahabatnya itu.

[SS] - Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang