06 - Cepat Cari Pasangan!

1.2K 96 4
                                    

Grace menatap kepergian perempaun bernama Sueny itu dengan senyuman. Keluarga memang unik, adik dan kakak bisa memiliki sifat yang sangat bertolak belakang, setidaknya itu kesan pertama yang bisa Grace dapatkan dari Hadja dan Sueny. Kalau melihat sekilas mereka berjalan berdua, alih-alih kakak dan adik, orang mungkin salah mengira mereka adalah sepasang kekasih.

Ngomong-ngomong Grace jadi teringat adik perempuannya yang ada di Medan. Ketika Grace dan adiknya bersama, mereka lebih sering beradu mulut ketibang akur. Seperti ada saja yang diributkan, entah karena jarak usia yang tidak terlalu jauh atau karena mereka sama-sama tidak ingin mengalah. Grace juga mengakui kalau mengalah kepada adiknya jauh lebih sulit daripada ke orang lain. Namun bukan berarti mereka saling membenci, hanya saja dinamika hubungan Grace dan adiknya memang seperti itu.

Ketika hendak berbalik, Grace sedikit terkejut dengan kehadiran Tara di belakangnya. Padahal Grace rasa, beberapa menit lalu tidak ada siapa pun di belakangnya.

"Tara, ngagetin aja. Dari kapan di sini?" tanya Grace.

Tiba-tiba Tara tersenyum usil, agaknya Tara hendak menggoda Grace. "Kamu dari tadi gak nyadar keberadaan aku, Grace? Gara-gara ada dokter itu, ya?"

"Ngomong apa sih, kamu? Lagi pula kamu kok hafal banget sama dokter itu?"

"Muka dan namanya gampang diinget, kamu ceritain sekali juga langsung hafal," jawab Tara.

"Kamu suka sama dokter itu?" tanya Grace.

Pertanyaan itu mengagetkan Tara. Tidak disangka Grace akan menginterpretasikan seperti itu. "Ya jelas nggak lah, Grace." Tara tertawa. "Tapi tadi aku lihat dia sama perempuan, ya?"

"Itu adiknya!" Grace menyanggah dengan cepat.

Tara tertawa kecil dengan reaksi Grace yang tampak bersemangat tapi di lain sisi juga seperti orang gugup. "Iya deh iya. Semangat banget jawabnya."

"Jangan dibahas lagi, udah," kata Grace dengan cepat menutup topik barusan.

Setelah itu, Tara segera pergi meninggalkan Grace yang masih berdiri di tempatnya. Karena masih pagi, kafe pun tidak terlaru ramai. Iris mata Grace menatap interior kafe dengan seksama. Ide mengenai desain kafe nyaris semua dirancang oleh dirinya, Tara dan Leo. Terutama Leo dan ide cemerlangnya. Mengenal Tara dan Leo ibarat hadiah tak tenilai bagi Grace, ia sangat senang bisa dipertemukan dengan teman yang satu visi dan misi dengannya.

Kafe ini didirikan tiga minggu lalu setelah persiapan panjang yang dilalui Grace, Tara dan Leo. Secara teknis, kafe ini adalah milik Leo. Karena tanpa Leo, Tara dan Grace tidak memiliki cukup biaya bahkan hanya untuk membayar sewa tanah yang mahal. Namun karena Leo masih memiliki pekerjaan di suatu perusahaan, ia tidak bisa sering ada di kafe. Sedangkan Tara menjadi kepala dapur dan Grace mengurus urusan manajerial sembari membantu melayani di kafe ketika tidak ada kerjaan lain. Bisa dibayangkan sebesar apa mereka saling percaya untuk dapat mengelola bisnis bersama seperti ini.

***

Grace membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur empuk di kamarnya. Apartemen yang sudah sekitar setahun belakangan Grace tempati seorang diri. Meskipun hanya ada satu kamar dan kamar mandi, dapur kecil, serta ruang tamu yang areanya terbatas, Grace tetap bahagia dan merasa nyaman tinggal di sini.

Jurnal panjang yang di lalui Grace sebelum akhirnya mampu mewujudkan impiannya untuk membuka sebuah kafe. Tentu saja perjalanan panjang itu bukan hanya miliknya, tapi juga kedua sahabatnya yaitu Tara dan Leo. Apalagi Leo yang juga sudah berkorban banyak karena rela mempertaruhkan nyaris seluruh tabungannya untuk modal usaha mereka. Leo telah menyelamatkan Tara yang kesulitan mendapatkan pekerjaan layak karena harus mengurus neneknya yang sakit dan Grace yang menganggur setelah dipecat karena posisinya akan diberikan kepada saudara petinggi perusahaannya.

[SS] - Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang