15 - Accompany

563 55 4
                                    

Kacau sekali, padahal hal seperti ini seharusnya tidak memengaruhi The Untouchable Hadja—julukan yang diinisiasi secara diam-diam oleh Calyn semasa kuliah kedokteran setelah Hadja menolak pernyataan cinta dari empat wanita dalam satu bulan.

Hanya karena tak bisa memenuhi ajakan Grace untuk datang ketika peluncuran menu baru—yang Hadja juga yakin kalau undangan tersebut tidak seserius itu, Hadja tetap terus memikirkan hal tersebut, merasa tidak enak. Pikirnya, meminta maaf secara langsung mungkin akan menyudahi keresahannya.

Tapi pikiran itu baru muncul semenjak hari ulang tahun Hadja dan ketika ia merasa bodoh karena berharap bisa bertemu perempuan itu. Ternyata wanita itu sedang tidak ada, membuat pikiran Hadja semakin tidak tenang dan inilah hasilnya, Hadja menunggu dua jam di depan kafe bahkan setelah Glece Kafe tutup. Jangan tanya mengapa, Hadja yakin jika yang ia lakukan merupakan upaya untuk menyingkirkan ketidaknyamanan yang dia rasakan beberapa hari ke belakang.

Setelah ini pasti semua akan kembali seperti semula. Hadja akan kembali kepada kehidupan nyaman dan membosankannya.

Perempuan itu kini berada di dalam kafe entah sedang apa seorang diri. Namun Hadja tidak merasa ingin melajukan mobilnya, itulah mengapa saat ini dia masih berdiri diam di luar mobil. Rasanya tidak tenang untuk pergi duluan.

Lima menit kemudian, Grace keluar dari Glece Kafe sembari mendorong sebuah koper berukuran sedang. Raut wajahnya tampak kaget melihat Hadja masih berdiri di tempat semula. Dengan gelagat kikuk, Grace mengunci kembali Glece Kafe dan berjalan sembari mendorong kopernya untuk lebih mendekat ke tempat Hadja.

"Dokter masih di sini? Apa ada keperluan?" tanya Grace, hanya dijawab gelengan kepala oleh Hadja.

"Kalau begitu saya permisi untuk pergi duluan ya," kata Grace lagi.

"Pergi? Naik apa?" tanya Hadja.

"Saya akan memesan taksi online. Beberapa menit juga sudah akan sampai mobilnya."

"Bagaimana kalau aku mengantarmu? Aku juga mau pulang."

Lagi dan lagi Grace merasa sedikit terkejut ketika Hadja memberi penawaran tersebut. Pria yang sama dengan yang beberapa minggu lalu pernah memberikannya tatapan tajam untuk tidak menganggu kesendiriannya, kini justru menawarkan bantuan kepada Grace. Sungguh di luar prediksi.

"Terima kasih sebelumnya, tapi saya bisa memesan taksi saja. Lagipula tempat saya agak jauh dari sini. Bukankah lebih baik Dokter langsung pulang dan istirahat saja, ya?" tanya Grace.

"Maaf, apakah tawaranku membuatmu tidak nyaman?"

Hadja mengartikan perkataan Grace sebagai penolakan karena perempuan itu merasa tidak nyaman. Bagaimana pun, mereka hanyalah orang asing yang sebatas saling tahu nama, pernah mengobrol beberapa kali, dan kerapkali berpapasan. Atau mungkin sepertinya perempuan itu tidak nyaman diantar oleh laki-laki yang tidak terlalu dekat, karena dari yang Hadja baca, kejahatan terhadap perempuan tergolong tinggi. Sepertinya Grace berhati-hati.

"B-bukan, saya hanya merasa tidak enak untuk menerimanya. Lagipula selain cukup jauh, belum tentu juga kan searah dengan rumah Anda? Dan... memangnya tidak apa-apa ya Anda mengantar saya?"

Untuk pertanyaan terakhir, Grace sedikit berhari-hati. Memastikan jika ia tak akan terlibat permasalahan apapun—setelah beberapa jam lalu Grace melihat Hadja bersama seorang perempuan.

"Ya aku punya cukup waktu luang. Mungkin aneh jika aku mengatakan ini karena sepertinya aku orang asing, tapi ini sudah jam 11 malam dan aku merasa lebih baik jika aku mengantarmu," ujar Hadja.

"Tentu tidak, Anda bukan orang asing, saya tahu Anda kerja di rumah sakit itu, dan kita juga pernah beberapa kali mengobrol. Sebenarnya saya agak malu, tetapi saya ingin menganggap Anda sebagai seorang kenalan, apakah boleh?"

[SS] - Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang