Korea, dorm SNU 2019
Mingyu baru saja kembali dari supermarket. Bersamaan dengan Tzuyu yang baru juga kembali dari perpustakaan. Mereka tiba di dorm bersamaan, lalu melangkah bersamaan memasuki elevator. Suasana seketika menjadi canggung saat Tzuyu menyadari mereka hanya berdua di elevator.
Tzuyu menatap tombol-tombol di depannya tanpa perhatian sementara mingyu melipat tangan di dada, melirik arlojinya.
“Ekhem, kau habis dari mana?” tanya Mingyu, memecah keheningan.
“Annyeonghaseyo sunbae, aku baru kembali dari perpustakaan.” sahut Tzuyu tersenyum sambil membungkuk, menahan letupan-letupan hangat di dadanya.
Bunyi “ting” terdengar. Tzuyu melihat tombol menyala di angka 15, lalu menggeser tubuhnya sedikit, memberikan Mingyu jalan untuk keluar.
Namun sebelum pemuda itu maju, lampu elevator seketika meredup, membuat ia dan Tzuyu menoleh ke tempat lampu berdiri di tempelkan.
“Ada apa dengan lampu itu?” tanya Tzuyu bingung.
“Entahlah, mungkin ada kerusakan pada kabelnya.”
Tiba-tiba bunyi gebrak kecil terdengar, disusul getaran singkat.
Tzuyu dan Mingyu menatap pintu elevator bersamaan, lalu mengamati keadaan di sekitar mereka. Ada apa ini? Kenapa elevator berhenti bergerak dan pintu tidak mau terbuka?
Tzuyu melirik Mingyu sedikit tegang “sunbae, mengapa elevator ini tiba-tiba…mati?”
Mingyu menggeleng sambil maju selangkah, lalu memencet tombol di sisi pintu satu kali, menanti-nanti. Mereka bergeming cukup lama, tapi tidak ada tanda-tanda elevator akan terbuka.
Mingyu menekan tombol sekali lagi, lalu menunggu lagi.
Alih-alih terbuka, elevator tidak mengeluarkan bunyi sama sekali. Merasa usahanya tidak berhasil, mingyu mengembuskan napas kesal bercampur lelah “sepertinya elevator ini tidak ingin kita pergi…”
“apa?!” kata Tzuyu melotot, ngeri.
Kalau Mingyu tidak sedang di sampingnya atau kalau saat tzuyu menghadapi kejadian ini seorang diri, mungkin ia sudah menjerit-jerit hingga kehabisan tenaga.
Giliran Tzuyu mendekati tombol-tombol itu. Ulu hatinya mengilu ketika jemarinya tiba-tiba terasa dingin. Ia menekan tombol pembuka pintu seperti yang dilakukan mingyu, tapi pintu tetap tidak terbuka, bahkan tidak bergerak meski seinci. Tubuhnya sedikit-sedikit membeku. Ia menekan-nekan lagi tombol menuju lantai dasar, sedikit panik.
“Jangan lakukan itu” Mingyu menarik tangan gadis itu dengan lembut.
“A-aku hanya berusaha agar kita bisa keluar…” kata Tzuyu ketakutan.
“Aku mengerti, tapi elevator bekerja mengikuti satu kali instruksi. Bila kau terus menekan tombolnya, itu akan merusak memori instruksi dan membuatnya semakin tidak terkendali.”
“Ohh..” suara Tzuyu melemah. Lalu meremas roknya dengan gemetar “Maafkan aku sunbae, a-aku hanya panik..” katanya menunduk.
“Kurasa ini hanya masalah maintenance elevator yang kurang diperhatikan.” tutur Mingyu, berusaha menenangkan sambil mecoba memberanikan diri merangkul pundak gadis itu.
Tzuyu tidak menyahut lagi. Meski Mingyu merangkulnya, perasaannya tidak lebih baik melihat pintu elevator tertutup rapat. Sementara Mingyu berbicara pada tombol bantuan di elevator, ia melangkah gontai ke sudut, lalu duduk. Kepalanya terasa berputar-putar melihat sekeliling. Ia tidak fobia dengan ruang sempit, tapi berada di dalam elevator terlalu lama menyugesti dirinya akan mati kehabisan napas sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny✅
FanfictionMereka semua yang pergi dan pada akhirnya kembali. Meski langkah kaki sempat terhenti di persimpangan hati, tapi mereka telah memilih. Memilih untuk pulang dan menikmati segala keindahan yang sebuah rumah tawarkan. Kita tak akan pernah tahu di mana...