New York,2014
First Date
-Kai POV-
Angin berhembus ramah, menggoyangkan pepohonan ek tua berdaun hijau kecoklatan di Central Park siang itu. Suasana taman kota yang luas dan menjadi paru-paru New York itu selalu ramai di musim semi. Bangku-bangku kayu dan besi terisi penuh, anak kecil berlarian, orang-orang bermain sepeda, dan musisis amatir terdengar memetik gitarnya di sela kicau burung yang beterbangan.
Di bawah pohon Amjunean Beech yang menyeruak seperti mahkota berwarna kuning, terlihat pengunjung melempar biji-bijian ke arah kumpulan burung pengicau Nashville paruh kuning dengan kepala abu-abu. Dan di sisi lain taman, beberapa remaja berbaring di rerumputan sambil membaca novel, menghadap lanskap gedung-gedung tinggi di kejauhan.
Aku sudah duduk di bangku di bawah pohon Sweetgum kemerahan saat melihat orang yang ku tunggu, Krystal berjalan menghampiriku.
“Temani aku motret ya?” katanya singkat.
Aku membiarkannya larut dalam dunianya. Bergerak kesana kemari menangkap setiap moment dengan kameranya. Dia memotret burung indigo bunting berwarna biru yang terbang lalu hinggap di pohon di seberangnya.
Aku hanya mengikutinya dengan sabar dari belakang, sambil mengamati sekeliling.
Aku memungut daun di dekat sepatuku, lalu membolak-baliknya tanpa perhatian
“Kau tahu? Kau bisa mencium aroma menyenangkan bila meremas daun itu,” sahutnya saat melihatku dan daun di tanganku.
Aku menoleh sekilas, lalu kembali mengamati daun di peganganku “maksudmu daun Sweetgum?”
Dia menggangguk kecil.
Aku meremas daun Sweetgum itu dengan penasaran, lalu mengangkat dan mendekatkannya ke hidung, sesaat Krystal melihatku tertegun “benar, kan?”
Aku menurunkan daun itu dari hidung, lalu memperhatikannya dengan takjub “dari mana kau mengetahuinya?” tanyaku sambil menatapnya.
Krystal tersenyum tanpa arti “tentu saja aku pernah mencobanya,”
“Tuhan.” Aku memutar mata, menggeleng.
Setelah cukup lama berkeliling, akhirnya kami beristirahat di sebuah taman. Hanya kicauan burung dan gesekan suara dedaunan yang terdengar di telinga.
“Aku baru tahu kalau kamu suka fotografi selain fashion,” tanyaku berusaha memecah keheningan.
“Iya, ini hobiku sejak kuliah. Awalnya, Cuma ikut-ikutan, tapi akhirnya jadi ketagihan,”
“Kamu sering mengajak orang untuk menemanimu memotret?”
“Motret sendirian sering. Tapi, kalau mengajak orang untuk menemani, ini pertama kalinya,”
aku hanya bisa diam dan tidak bisa menjawab. Suddenly I feel so special. Aku jadi salah tingkah.
“Fotografi itu seru,” katanya mencoba membela diri.
“O, ya? Kenapa?” aku tidak mengerti.
“Photograpy is about capturing the moments. Mencoba melihat dunia dari sudut pandang lain. Fotografer berusaha menangkap cerita-cerita dunia, yang kadang luput dari pandangan mata untuk diceritakan kembali. Kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Ketika rindu dengan masa lalu, apa hal pertama yang kita lakukan? Melihat foto kan? Itu, yang menjadi tugas fotografer, dan fotografer juga yang menjadikan baju-bajuku bisa terlihat lebih indah. Jadi, selama mesin waktu belum bisa di ciptakan, selama itu juga fotografi masih diperlukan,” ujarnya panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny✅
FanfictionMereka semua yang pergi dan pada akhirnya kembali. Meski langkah kaki sempat terhenti di persimpangan hati, tapi mereka telah memilih. Memilih untuk pulang dan menikmati segala keindahan yang sebuah rumah tawarkan. Kita tak akan pernah tahu di mana...