Some

99 9 1
                                    

Seoul, Korea 2019

-Mingyu POV-

“Hari ini aku tidak ada kuliah, kan?... aku sedang di luar. Ada sedikit urusan… oke, sampai jumpa,”

Aku melepaskan earphone dari telinga dan kembali memusatkan perhatian pada jalanan di depannya.

“Sepertinya tadi aku melihatnya di sekitar sini,” gumamku pada diri sendiri sambil menghentikan mobil di tepi jalan. Aku membuka ponselku dan baru akan menekan angka satu ketika gerakannya terhenti.

Aku melihat Tzuyu melalui kaca jendela mobilku. Gadis itu sedang berjalan keluar dari gerbang kampus bersama laki-laki tinggi besar. Aku terus mengamati mereka ketika laki-laki itu membukakan pintu mobilnya untuk Tzuyu dan gadis itu masuk.

Aku menutup ponselku, melemparkannya ke kursi penmpang, lalu memutar mobil untuk mengikuti mobil putih itu.

Ternyata mereka tidak pergi jauh. Mobil putih itu berhenti di depan kafe dan kedua orang itu turun. Aku menghentikan mobil di seberang jalan dan tetap diam di dalam mobil. Aku melihat Tzuyu dan laki-laki itu masuk ke kafe dan, untungnya, menempati meja di dekat jendela. Dari mobilku, aku bisa melihat mereka berdua dengan jelas. Si laki-laki tidak henti-hentinya tersenyum dan berbicara, Tzuyu juga sering tersenyum dan sesekali menanggapi kata-kata pria itu.

 Aku meraih ponsel dan menekan angka satu. Begitu mendengar suara operator telepon, aku langsung menutup ponsel dengan keras.

“Kenapa ponselnya dimatikan?” tanyaku kesal.

Aku memerhatikan Tzuyu yang sedang tersenyum kepada pelayan yang mengantarkan minuman. Aku memalingkan wajah lalu bertanya pada diriku sendiri dengan nada heran “kenapa aku harus peduli?”

Aku menghidupkan mesin dan menjalankan mobil dengan kasar sehingga rodanya berdecit.

-Tzuyu POV-

“Kau mau pulang? Bagaimana kalau kuantar?”

Aku menggeleng dan tersenyum “Tidak usah, Lucas. Aku belum mau pulang,”

Dia berdiri di samping mobil putihnya dan bertanya lagi, “kalau begitu kau mau ke mana? Aku bisa mengantarmu,”

Aku menggeleng lagi “tidak usah, kau pasti sibuk setelah kembali dari Australia. Pergi saja dulu,”

Karena dia tidak berhasil membujukku, dia akhirnya melambaikan tangan dan masuk ke mobil.

Aku memerhatikan mobil putih itu membelok di sudut jalan dan mengembuskan napas. Aku berbalik dan mulai berjalan pelan. Karena teringat ponselku yang tadi aku matikan, aku merogoh tas dan menyalakan alat komunikasi itu segera setelah menemukannya. Tiba-tiba ponsel itu berbunyi

“Yeoboseyo?” kataku, menempelkan ponsel ke telinga.

“Ini aku,” ujar suara di seberang sana.

“Kim Mingyu sunbaenim?” aku agak heran mendengar suaranya.

“Kau dimana sekarang?” tanyanya cepat.

“Aku….oh…” aku melihat sekeliling dan menyebutkan tempatnya.

“Tunggu di sana,” lalu tanpa menunggu jawaban, dia langsung memutuskan hubungan.

Aku menatap ponselku dengan bingung. Orang aneh. Tunggu di sini? Kenapa? Dia mau datang?

Aku sedang mempertimbangkan apakah aku harus menunggu sambil berdiri di tepi jalan atau masuk lagi ke kafe ketika mobil merah berhenti tepat di depanku. Jendela mobil itu diturunkaan dan aku membungkukkan badan untuk melihat ke dalam. Aku melihatnya yang berkacamata hitam duduk di balik kemudi.

Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang