Gangnam, South Korea 2019
-Naeun POV-
Aku memutuskan bekerja sebagai model di butik Krystal. Krystal memilih butik yang tidak jauh dari kantor tempat kai bekerja yang berjarak hanya lima belas menit dari butiknya, dan itu juga yang membuat seseorang yang sedang berusaha aku lupakan terus menghubungiku sampai detik ini.
+822666***
Kamu kerja di butik krystal kan? Kita pulang bareng, yuk! Aku jemput kamu, ya…
-Taemin Lee-
Kenapa dia tiba-tiba mau ketemu? Darimana dia mendapatkan nomorku? Apalagi waktunya tidak tepat seperti ini. Malam ini aku ada rencana untuk hang out bersama teman-teman kantor Atas nama kesopanan, aku pun membalas pesannya.
Naeun
Iya. Aku kerja di butik krystal. Next time aja oke? Aku ada acara kantor pulang nanti
+822666***
Boleh ikut acara kamu? Kenalan sama teman teman kamu?
Seketika itu juga rasa takut menyeruak dalam dada. Aku takut sama dia. Aku takut kalau ternyata…aku masih sayang sama dia.
Naeun
Oke, jam 5,30 nanti tunggu aku di lobi.
Dengan terpaksa, aku membatalkan acara hang out ku, daripada aku dijejali tatapan dan pertanyaan dari staff-staff Krystal, apalagi jika krystal yang mengoceh, lebih baik aku menemuinya seorang diri.
Tepat pukul 17.30, aku menekan tombol turun lift sambil tidak henti-hentinya melihat ponselku. Apa keputusan aku sudah benar untuk menemui orang-yang-dulu-aku-sayang-dari-ujung-kaki-ke-ujung-rambut-jabriknya?
Lift terbuka, tapi aku bergeming. Bukannya melangkah, aku sibuk menoleh ke kiri dan kanan, antara tanda turun dan kerumunan orang di dalam lift, kerutan alis orang-orang di dalam lift seakan menggugat. ‘hei, kau mau masuk lift atau tidak? Kita mau turun’. Langsung menyadarkan aku.
Akhirnya, dengan langkah hati-hati aku masuk lift. Jantungku mencelos, mata pun terus memandang pergerakan nomor lantai. Rasa hati ini seperti melakukan hitungan mundur, persis dengan jalannya lift yang bergerak turun menuju lobi.
Di lantai 5, satu orang masuk dan semakin memenuhi lift.
Kenapa tadi aku tidak bilang hari ini aku harus lembur? Pasti dia batal menjemputku.
Di lantai 4, saat pintu terbuka, dua orang pria yang sepertinya mengalami hari yang lumayan berat dalam pekerjaan, masuk ke dalam lift.
Tapi, kalau tidak sekarang waktunya untuk bertemu, pasti dia akan mengajak lagi di lain hari.
Di lantai 3,…. Ah, tampaknya orang-orang yang bekerja di lantai ini hobi pulang larut malam.
Semoga keputusan ini benar.
Sampai di lantai 2, segerombolan orang ingin masuk, namun lift hanya cukup untuk dua orang penumpang.
Seperti apa kau memandangku setelah kita berpisah cukup lama?
Lantai 1… am I ready to meet him?
Akhirnya, tiba di lobi. Pintu lift terdiam lama sebelum terbuka. Setelah itu orang-orang langsung berhamburan keluar.
Oh, jantungku kenapa jadi berdetak tidak karuan seperti ini? Help!
Aku melangkah keluar, sambil berusaha sebisanya merapikan rambut dengan jari. Tidak ada waktu lagi untuk ber-make up atau apalah itu namanya. Oh lihatlah, walaupun sudah jadi mantan, entah kenapa aku seperti tetap ingin memberikan tampilan yang akan membuat dia tercengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny✅
FanfictionMereka semua yang pergi dan pada akhirnya kembali. Meski langkah kaki sempat terhenti di persimpangan hati, tapi mereka telah memilih. Memilih untuk pulang dan menikmati segala keindahan yang sebuah rumah tawarkan. Kita tak akan pernah tahu di mana...