Penghujung Cinta

168 12 1
                                    

Rooftop Dorm

-Tzuyu POV-

Napasku terengah saat tiba di rooftop. Aku melangkah terseok menuju pembatas, lalu menengadah sambil mengancingkan mantel merah dengan susah payah.

Langit sudah tampak gelap.

Aku menatap pemandangan Seoul di bawahku dengan senyuman lebar. Bunyi sayup kendaraan berlalu-lalang dan sinar lampu gedung-gedung di sekitar dorm mengingatkanku pada sosok Mingyu.

Pemuda itu pasti tengah sibuk menyiapkan pertunangan kakaknya yang akan berlangsung besok,pikirku sambil mengenggam undangan di tanganku. Demi tuhan, kenapa aku harus memikirkan pemuda itu lagi?

“Bodoh..” gumamku menggeleng. Belum sempat aku mengutuk diri sekali lagi, suara seseorang terdengar memanggil namanya di belakang.

“Tzuyu-ah…”

Suara berat itu. aku menegakkan punggung. Ya tuhan, jangan… jangan.Semula aku tidak yakin, namun begitu memutar kepala, aku tersentak sendiri. Aku kaget mendapati Mingyu sunbae berdiri beberapa meter dari tempatku berdiri saat ini.

Dia terlihat kelelahan saat berusaha tersenyum. Dia menyeka peluh di kening dan lehernya dengan napas tersekat. Lalu menggeleng, mencoba mengusir gelap dalam pandangannya.

“Apa yang sunbae lakukan di sini?” tanyaku dingin, berusaha menyembunyikan kegelisahanku. “bukankah sunbae seharusnya menyiapkan pertunangan Kai sunbae, besok?”

“Kau tidak bisa menghindariku selamanya, tzuyu-ah…”

“Kenapa?” keningku berkerut tidak setuju.

“Karena kau mencintaiku…”

“A-apa…?” suaraku terdengar bergetar.

“Akuilah.” Dia menatap lekat-lekat mataku sambil menekan gerahamku

“Aku…tidak..”

Melihatku hampir tidak bisa bersuara. Dia meraih jemariku. Lalu membuka mulut dan berkata, “aku…mencintaimu” desisnya datar, murung, seolah dia mengatakan kalimat itu pada dirinya sendiri.

“Aku benar-benar…. Mencintaimu.” sekali lagi dia bersuara “aku sudah pernah mengatakannya kan? Entah sejak kapan, tapi aku menyayangimu dengan segala ketakutan yang kumiliki. Kalau kau menghindar terus seperti ini, sengaja membiarkanku ketakutan sendiri, aku tidak akan membiarkanmu menang…”

“Kau…membenciku?” suaranya mengecil saat dia menurunkan pandangannya, tapi dia mendengarku mendengus.

“Tidak, aku tidak membencimu. Aku hanya membenci dirku yang mencintaimu. Dan aku tidak ingin melihatmu lagi karena itu.”

Dia melihatku menangis tersedu, ia merengkuh bahuku dan membiarkanku menangis sepuasnya.

Dia mengusap airmata yang masih mengalir di wajahku.

“Katakan padaku sekali lagi, jika kau mencintaiku.” tukasnya tajam.

Aku membuang wajah tapi dia menarikku kembali.

“katakan cepat!”

Aku tergugu. Aku memandangnya dengan uraian air mata.

“Aku…aku mencintai… sangat mencintaimu.” bisikku tidak sanggup lagi bertahan.

Dia menarikku dalam pelukannya.

“Terima kasih!... terima kasih telah mencintaiku.” bisiknya dengan suara parau sebelum mengecup keningku. 

Aku membalas pelukannya lebih erat. Kali ini aku akan membiarkan perasaanku terbang bersama dengan salju-salju ini. Kami akan menyambut musim dan tahun selanjutnya dengan hari dan warna baru penuh dengan cinta.

Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang