Bar Baraco, Barcelona 2014
FLASHBACK ON
-Naeun POV-
“Happy anniversary, honey,” Ucapnya berbinar sambil mengelus rambutku.
Sebagai gantinya, aku tersenyum lebar dan kemudian bertanya, “yang ke berapa?”
“Yang pertama pastinya”
“Iya, first. Kadonya mana?” sahutku tanpa basa-basi.
“Yah, aku kira kamu gak perlu kado, sayang…” jawabnya sambil merogoh saku. Seperti berusaha mencari-cari sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Taemin oppa memang jauh dari kata romantis. Bahkan saat anniversary seperti ini. Betapa pun tidak romantisnya dia, aku tetap mengeluarkan hadiah kecil dari dalam tas. Isinya, dompet dan CD foto-foto kenangan selama setahun. Ini adalah bingkisan kecil yang aku buat dengan kurang tidur di malam sebelumnya.
Seporsi ramen instan dengan kimchi dingin dan cola menemaniku untuk begadang menyelesaikan CD foto itu. padahal tugas-tugas kuliahku masih menunggu untuk dikerjakan.
Sebuah pengorbanan yang dibalas dengan ucapan sesederhana terima kasih dan sebuah kecupan di kening. Aku hanya mengangguk-angguk. Berharap suatu saat dia bisa lebih romantis daripada saat ini
“Oiya, kamu mau galbijim?” tanyanya seperti baru mengingat salah satu makanan yang aku suka dari dulu.
“Mau! Memangnya oppa bawa?” tanyaku bersemangat. Maklum saja, keberadaan galbijim di kota Barcelona sudah mustahil dan menyadari kalau dia mungkin membawanya, sudah merupakan hadiah istimewa bagiku.
“Kita ke tempat pembuatannya aja, aku traktir kamu sepuasnya. Mau?”
“Mau!” ujarku tanpa berpikir panjang.
Langkahku teranyun ringan di belakangnya, dengan tangan dalam satu genggaman tangannya. Tanggal 27 April 2014 pukul setengah delapan pagi itu, aku sedang menuju tempat makanan terenak di dunia! It seems like heaven!
Satu kata persetujuanku yang impulsive itu ternyata membawa kami dari Raval ke Ramblas, iya kami akan melakukan beberapa jam perjalanan hanya demi sebuah galbijim paling enak.
Kalau saja orangtua ku tahu aku dibawa pergi sejauh ini, mereka pasti minta ikut! Takut putrinya dibawa kabur!
“Kita tidak akan menginap, kita akan pulang hari ini juga,” ujarnya seperti membaca pikiranku yang bingung ketika sudah duduk di bus.
Selama perjalanan, Taemin oppa menggenggam tanganku terus. Hal yang jarang dia lakukan.
“Buat apa pegang aku terus? Takut hilang?” tanyaku tiba-tiba.Seketika dia tersenyum “Nanti kalau kamu hilang, akunya sedih,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny✅
FanfictionMereka semua yang pergi dan pada akhirnya kembali. Meski langkah kaki sempat terhenti di persimpangan hati, tapi mereka telah memilih. Memilih untuk pulang dan menikmati segala keindahan yang sebuah rumah tawarkan. Kita tak akan pernah tahu di mana...