Jeju Island, 2019
-Naeun POV-
Aku menghabiskan hari di Jeju dengan membantu bibi melayani pelanggan di kedai ramyeon kecil miliknya sekaligus membantunya merawat nenekku. Tiba-tiba saja aku merasa tidak membutuhkan seorang yang disebut kekasih. Selama ini aku bisa tetap tegar berdiri dan melewati kerasnya hidup tanpa sosoknya. Keluarga kecil ini banyak mengajarkanku banyak hal. Mereka saling bahu membahu dan bekerja sama mencari nafkah demi kebutuhan sehari-hari tanpa hadirnya sosok kepala keluarga.
Dalam perjalanan pulang dari kedai, aku menyempatkan pergi ke toko buku. Tapi toko buku itu tutup, aku sedikit kecewa, saat aku menoleh, aku melihatnya, dia kembali membuat hatiku terasa sakit kembali. Aku hendak memanggilnya tapi aku mengurungkan niatku.
Dia berjalan menghampiriku, namun dia hanya melewatiku tanpa menoleh sedikitpun.
Gejolak perasaan ini semakin tidak tertahankan. Rasa ingin membodohi diri sendiri menguat. Tuhan telah menunjukkan jalan, namun ego menusia menafikkan. Aku menangis sejadi-jadinya.
Aku merogoh coatku,berusaha mencari tisu yang selalu ada sedia di saku. Namun yang aku temukan adalah ponselku yang memperlihatkan satu pesan darinya
Taemin
Aku menarik ucapanku, yang mengatakan akan melepaskanmu. Aku sangat menyayangimu dan aku tidak akan pernah mau kehilanganmu lagi.
Please give me a second chance.
Aku segera menoleh ke belakang dan masih mendapati sosoknya yang ternyata masih terus menatapku.
Dia mulai menghampiriku lagi.
"Naeun-ah,"
"Jangan mendekat,"
Aku berbalik meninggalkannya, tapi dia malah menahan lenganku dan memelukku dari belakang.
"Hentikan!" kataku sambil berusaha melepaskan pelukannya.
"Son Naeun, aku tidak bisa melepaskanmu. Apa yang harus aku lakukan?"
Setelah dengan susah payah aku lepas dari pelukannya, aku kembali menghadap ke arahnya.
"Ini terakhir kalinya kamu datang dan jangan pernah kembali lagi," putusku tidak berani memandang wajahnya.
"Jangan membuatku takut," dia menatapku tajam.
"Aku ingin memulainya dari awal sebelum aku mengenalmu. Lanjutkan saja hidupmu dan aku akan memulai kehidupan baruku disini tanpamu," ucapku sekuat tenaga menahan ribuan pisau yang sedang menuju ke arahku.
"Tidak! Jika seperti ini caranya, aku menolak apapun keputusan yang kamu buat, aku akan membawamu kembali ke Seoul," teriaknya tidak terima.
Aku tidak kuat menahan getar amarah dalam suaranya. Aku menggigit bibir sekuat tenaga untuk tidak menangis. Aku tahu dia akan nekat berbuat sesuai kehendaknya.
***
-Taemin POV-
Aku dapat merasakan betapa hancur hatinya saat menagambil keputusan seberat ini. Aku meraih tubuhnya, aku tidak melihat ada genangan airmata di wajahnya menandakan jika keputusannya sudah bulat. Aku membelai wajah pucatnya lalu mencium lembut bibir itu dengan sejuta cinta yang aku miliki. Dia terlihat memejamkan mata menikmati desiran hangat yang mengalir deras dalam kecupan panjang kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny✅
Fiksi PenggemarMereka semua yang pergi dan pada akhirnya kembali. Meski langkah kaki sempat terhenti di persimpangan hati, tapi mereka telah memilih. Memilih untuk pulang dan menikmati segala keindahan yang sebuah rumah tawarkan. Kita tak akan pernah tahu di mana...