Roma, Italy 2019
-Joy POV-
Aku mendengar suara hujan samar-samar. Aku membuka mata, lalu memandangi jendela besar, tak jauh dari tempatku meringkuk.
Cahaya langit mendung membuatku mengeratkan selimut, enggan beranjak. Aku masih ingin tidur, selama yang kuiinginkan, tapi sebuah suara tiba-tiba merenggut posisi nyaman yang kurasakan saat ini.
“Bagaimana kabarmu, putri tidur?”
Mataku melebar. Tubuhku terkesiap mendengar suara orang di kamarku. Aku tahu itu tidak mungkin suara Nyonya Maria. Ini suara laki-laki!
Aku menegakkan tubuh cepat-cepat, terbelalak melihat pemuda yang duduk di sisi jendela kamarku. Keningku segera berkerut “kau?!” kataku bingung
“Kalau aku tidak mendesak Nyonya Maria memberikan kartu kamarmu, mungkin kau tidak akan pernah membiarkanku masuk”
Dia kan laki-laki yang menolongku waktu itu, kenapa dia bisa disini?
“Sedang apa kau disini? Bukankah urusan kita sudah selesai?”
“Kau lupa ternyata, bahwa kau berhutang banyak kepadaku,” ujar pria itu sambil bangkit.
Aku mengusap-usap tengkuk tanpa bersuara. Kata-kata pemuda itu lebih terdengar seperti sindiran. Sindiran yang menusuk telinga dan membuatku tidak tahu harus berkata apa saat ini.
Dia berkacak pinggang memandangi buku-buku yang berserakan di bawah kakiya, lalu menatap tidak percaya ke arahku “omong-omong, bagaimana kau bisa tertidur dengan keadaan kamar seperti ini?”
Dan kalimat itu membuatku terhenyak. Aku cepat-cepat beranjak, lalu memunguti satu per satu buku di lantai dengan linglung “a-aku penulis, dan aku membutuhkan mereka sebagai referensi,” sahutku beralasan.
Dia memungut kertas di antara kakinya dan menatap kertas itu dengan sebelah alis terangkat “apa ini?”
Aku menoleh, buru-buru merampas kertas itu dari tangannya “tidak, ini bukan apa-apa,” kataku sambil tertawa pendek, lalu meremas kertas tadi dan memunggunginya.
Apa yang akan dia lakukan disini sebenarnya? Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku dan membuatku kelabakan.
“Kalau aku tidak di sini, kau akan lupa dengan tugasmu dan apa kau akan tidur sepanjang hari?”
Aku menatap pemuda itu sekilas, lalu berpaling “a-aku belum membuat rencana hari ini, jadi apa yang sebenarnya yang harus aku kerjakan untukmu?”
Aku masih tidak percaya pemuda ini ada di kamarku. Mungkin ini bisa dibilang fenomena.
Pemuda berambut cokelat kopi dengan sedikit jambul itu menyipit ke arahku “aku ingin membicarakannya sambil makan Pizza sore ini”
Ini sama sekali bukan ide menarik. Aku berpikir keras mencari-cari alasan untuk menolak ajakannya.
Tidak, tidak! Dia sudah menyelamatkanku aku memang harus membayarnya dengan cara apapun. Aku tidak ingin berbasa-basi dengan siapa pun saat ini. Tapi…sambil menahan kesal, aku akhirnya menyahut “wah, itu ide yang bagus…. aku akan datang,” kataku dengan nada di tarik-tarik.
***
Pizza Time
Aku memandang datar pada hujan di luar restorant. Bunyi rintik-rintik itu mampu meniupkan angin segar ke dasar hatinya yang di selimuti kekesalan.
“Kenapa kau diam saja?” tegurnya sambil menyodorkan menu.
Aku meraih dan menyusuri daftar menu itu tanpa perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny✅
FanficMereka semua yang pergi dan pada akhirnya kembali. Meski langkah kaki sempat terhenti di persimpangan hati, tapi mereka telah memilih. Memilih untuk pulang dan menikmati segala keindahan yang sebuah rumah tawarkan. Kita tak akan pernah tahu di mana...