Young Love

117 8 2
                                    

Italy, 2019

-Joy POV-

Makan malam disajikan di meja kayu panjang yang membentang lima meter di rooftop bangunan empat lantai itu. lampu-lampu gantung berwarna-warni sudah dinyalakan. Sementara bendera-bendera italia ditempelkan di beberapa dinding. Turis-turis Asia, Amerika, dan Eropa duduk menikmati pizza yang dibuat bersama-sama sambil ditemani alunan musik Italia. Beberapa rekan June dan pamanku pun ikut berdatangan sambil membawa alat musik : tambur, akordion, biola dan gitar.

Salute!” semua yang ada di rooftop mengangkat gelas, bersulang.

Melihat Sungjae mengamati gelas bellini berisi anggur di tangannya, June segera menunjukkan botol anggur ke arahnya “Ini wine Barolo, dibuat dari jenis anggur nebbiolo” terangnya “dan ini diproduksi pada tahun-tahun istimewa pada masa itu: 1993, 1990 dan 1989”

Kening Sungjae berkerut samar. “Aku tidak tahu usia minuman ini setua itu.”

“Karena itu carilah istri yang seperti anggur. Semakin tua, semakin nikmat.” sahut June, membuat Sungjae tertawa bersama yang lainnya.

“Aku tidak tahu sungjae bisa tertawa seperti itu.” bisik Rose di dekatku.

“Ya, dan entah kenapa pemandangan itu membuatku lega.” aku tersenyum mengamati Sungjae dari kursiku.

Rose menatapku lekat-lekat, lalu meraih tanganku “aku selalu berdoa agar kau mendapatkan laki-laki yang baik. Tapi andai boleh memilih siapa yang pantas untukmu, aku akan memilih lelaki itu.” Rose menggerakkan kepalanya kearah Sungjae.

Lalu bunyi denting tiba-tiba terdengar. Semua tatapan langsung tertuju kearah pamanku yang berdiri sambil mengetuk-ngetuk gelas belini-nya dengan sendok. Turis-turis saling berpandangan bingung. Kemudian dalam hitungan detik, alunan musik dari permainan rekan-rekan June mulai mengisi tempat itu “II ballo della tammuriata!” (tarian tammurriata; tarantella merupakan tarian tradisonal Italia, di Campania sering di sebut dengan tammurriata)

Aku yang menari dengan kostum tradisional Italia di tengah kerumunan tamu. Wajahku terlihat semakin bercahaya saat peluh kegembiraan menghiasi kulitku.

Seolah tidak ingin melihat pemuda itu melamun menatapku. Aku menarik tangan sungjae untuk ikut menari bersamaku.

“Aku tidak bisa menari. Kau tentu tahu itu.”

“Berpura-puralah bisa menari kalau begitu,” balasku ringan sambil mengangkat sedikit rok lebarku, lalu mengayunkan kakiku ke kiri dan kanan di hadapannya yang menggeleng salah tingkah.

***

-Sungjae POV-

Setelah tamu-tamu pulang, aku dan Joy masih tinggal di rooftop. Kami membersihkan tempat itu berdua, lalu duduk di meja panjang yang sudah kosong, menghadap pemandangan Anacapri malam hari.

 Kami membersihkan tempat itu berdua, lalu duduk di meja panjang yang sudah kosong, menghadap pemandangan Anacapri malam hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang