Icheon Airport, 2019
-Naeun POV-
Aku mengunci pandangan pada koperku yang sedang berjalan pelan di atas conveyor belt. Koper yang tadinya ringan telah menjadi berat. Mungkin sama dengan keadaan hatiku. Pergi dengan setengah hati, pulang dengan sepenuh hati.
Selesai mengambil koper, dengan sekuat tenaga aku berjalan keluar untuk mencari taksi. Badan yang lelah dan muka yang suntuk setelah menempuh belasan jam perjalana darat dan udara, membuatku ingin segera pulang.
"Naeun, Naeun-ah!" teriak seseorang. Suara itu terdengar sangat familiar.
Aku menoleh ke belakang mencari asal suara itu, kerumunan orang menghalangi pandangan mata. Dari kejauhan, sekilas aku melihat sesosok rambut jabrik yang berjalan cepat melewati kerumunan penjemput. Ada rasa tidak percaya dalam diriku melihat sosok yang menyeruak dari keramaian itu.
Taemin oppa?
"Kamu di sini?" tanyaku diiringi senyum heran yang bercampur rasa bahagia.
Dia tersenyum dan menjawab "Karena aku tahu kamu akan pulang."
"Tidak usah antar aku pulang." ujarku kembali datar.
Dia menghela napas."Kenapa lagi?"
"Iya, enggak usah. Karena ya, rumahku itu... kamu." ujarku sambil menunjuk dadanya.
Senyum kami berkembang bersamaan. Dalam hitungan detik, dia memelukku. Di dalam lingkaran tangannya, aku memeluknya balik. Erat dan hangat. Bahkan udara pun seperti tidak akan bisa menyusup di antara celah badan kami. Kami bagaikan pasangan yang tidak bertemu lama sekali. Mungkin bukan pertemuan fisik yang menyebabkan eratnya pelukan pagi ini. Tapi, jarak hati yang terpisah selama kurun waktu 5 tahun terakhir ini, yang akhirnya merekat kembali.
Aku tidak peduli menjadi tontonan gratis para supir taksi, maupun orang-orang yang lalu lalang. Biarlah untuk sesaat, dunia hanya milik kami berdua.
"I love you," ujarnya sambil menggenggam erat tanganku di sisi kanan, dan di sisi kiri menarik koperku.
"I know." jawabku sambil tersenyum lebar.
"So, can I give you my last name?"
"No."
"Why?"
"Just give it to our kids."
***
Italy, 2019
-Joy POV-
Sekitar pukul dua belas siang Rose dan June mengantarku dan Sungjae ke pelabuhan untuk kembali ke Roma.
Dan selama di hydrofoil, baik Aku maupun Sungjae tidak bicara terlalu banyak. kami hanya berkomentar seperlunya dan lebih sibuk memandangi laut dalam diam. aku menyadari situasi mungkin tidak akan secanggung ini bila ia tidak merasa aneh dengan diriku sendiri sejak semalam.
Dering ponsel membuatku membuyarkan lamunanku.
"Yeoboseyo, paman ada apa? Apa ada barangku yang tertinggal?" tanyaku.
"Sooyoung-ah! Aku baru memdapat kabar terbaru tentang ibumu. Kemarin bibimu bertemu dengan teman lama ibumu yang mengatakan jika ibumu berada di Paris dan sudah menikah kembali dengan pria kaya." terang paman.
"Apa paman tahu siapa pria itu?" tanyaku
"Sayangnya teman lama ibumu lupa, ia hanya ingat ibumu pernah bekerja di sebuah hotel dan disitulah dia berkenalan dengan pria kaya itu."
"Baiklah paman, aku akan ke Paris aku akan mencari hotel mana tempat ibu bekerja." putusku
"Jaga dirimu baik-baik dan jangan lupa menjaga kesehatan." pamanku selalu seperti itu setiap kali menelponku.
"Ada kabar tentang ibumu?" tanya sungjae setelah aku menyelesaikan obrolan telponku.
"Kau sebaiknya selesaikan pekerjaanmu di sini, dan kembali ke Korea karena mulai besok aku tidak akan bekerja denganmu lagi, besok aku akan sibuk." putusku tidak ingin memperpanjang masalah dengan Sungjae.
Dia malah mengambil tanganku dan meletakkannya di pangkuannya.
"Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi masalah ini sendirian."
"Sudahlah! Aku tidak ingin menambah masalah baru lebih baik bereskan saja urusanmu sendiri." aku mulai habis kesabaran karena Sungjae masih terus mendesaknya.
***
Paris, 2019
"Benarkah? Tuan mengenal wanita dalam foto ini?" teriakku senang karena pencarian panjangku membuahkan hasil karena masih ada yang mengenali wajah ibunya.
"Iya, aku masih ingat wanita ini dulu ia bekerja sebagai resepsionis hotel ini hampir dua tahun sebelum akhirnya dinikahi oleh pria kaya yang sering mengadakan rapat disini." terangnya.
"Apakah tuan tau dimana ibuku sekarang ini?" cecarku tidak sabar.
"Hmm, bagaimana menjelaskannya padamu. Ibumu sudah menjadi istri dari CEO suatu perusahaan dan baru-baru ini kami mendapat kabar bahwa dia mengalami kecelakaan dan sedang di rawat di rumah sakit"
Kepalaku tiba-tiba saja menjadi pusing. Jantungku berdetak dengan cepat. Jalan yang sedang kutapaki semakin terasa berat.
***
Aku sudah sampai di rumah sakit tempat ibuku di rawat, keluarga baru ibu menyambutku dengan baik
Mr. Robert menghampiri dan menepuk bahuku.
"Maafkan aku yang tidak mengetahui keberadaan dirimu selama ini, dia tetap ibu kandungmu jadi aku harap kau bisa memaafkannya."
Aku menangis. Aku terharu melihat keluarga mereka begitu baik kepadaku. Aku masuk dan menghampiri ibuku yang tergolek lemah dengan selang infus dan alat bantu pernapasan. Aku menggenggam tangannya dengan erat.
"Ibu, bangunlah! Bangunlah. Maafkan aku telah begitu marah terhadapmu hingga seperti ini." isakku.
"Aku berjanji akan melupakan apa yang pernah terjadi di antara kita dan aku akan kembali menjadi gadis kecilmu yang cantik." lanjutku sambil mencium jemari ibuku.
Aku terus berbicara tanpa henti seraya membuka semua kenangan yang pernah kami lewati bersama.
Tuhan selalu memberikan kesempatan bagi setiap manusia untuk memperbaiki kesalahannya. Di hari kesepuluhku berada disini akhirnya ibu sadarkan diri. Ia langsung mendapat perawatan dan dipindahkan ke ruangan VIP.
Aku menelpon ayah dan Sihyeon untuk datang ke Paris. Seluruh keluarga kami telah berkumpul untuk menunggu ibu terbangun. Sihyeon mengenggam jemariku yang dingin
"Sooyoung-ah... sooyoung-ah." panggil ibu lirih.
"Aku disini, ibu!" ucapku sambil menggenggam tangannya
"Maafkan ibu! Maafkan ibu, putriku!" isak ibu melihat aku sudah sedekat itu dengannya.
"Jangan tinggalkan ibu, putriku." ibu terus mengiba.
"Tidak, aku tidak meninggalkan ibu." ucapku
Mr. Robert mengelus rambut ibuku dengan lembut. Ia akan memberikan kesempatan agar ibu memperbaiki hubungan denganku.
Menuju akhir tahun yang indah berhasil meluluhkan luka yang bersemayam di hatiku. Aku hanya berharap semua berakhir bahagia sesuai keinginanku.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny✅
Fiksi PenggemarMereka semua yang pergi dan pada akhirnya kembali. Meski langkah kaki sempat terhenti di persimpangan hati, tapi mereka telah memilih. Memilih untuk pulang dan menikmati segala keindahan yang sebuah rumah tawarkan. Kita tak akan pernah tahu di mana...