01-🌝Zebra-Cross🌚

1.7K 86 34
                                    

"Enam puluh satu ribu rupiah. Terima kasih." Sepersekian detiknya lonceng berbunyi nyaring ketika pintu itu kembali tertutup.

Diluar mendung sepertinya akan turun hujan. Alarm berbentuk beruang didekat komputer berbunyi. Alarm itu menyadarkan gadis yang tengah termenung menatap langit hitam dari kaca didalam ruangan sebuah mini market. Perasaannya tidak enak.

"Setengah tiga. Setengah jam lagi ternyata." Ucap gadis itu kurang bersemangat.

Dikeluarkannya benda segi empat memanjang dari dalam sakunya. Digenggamnya erat dan kemudian dimasukkannya lagi kedalam sakunya dengan kasar. Ya dia menatap layar ponselnya dengan nanar. Raut wajahnya tampak cemas.

Seiring berjalannya waktu sang gadis terus saja menatap keluar mini market untuk memastikan sesuatu. Dia terlihat seperti sedang menunggu kedatangan seseorang. Gadis itu menggumamkan sesuatu yang tak jelas. Seperti menggerutu.

Lima menit lagi menuju jam tiga sore. Gadis itu semakin gelisah menatap keluar pintu kaca. Diluar mulai turun tetesan air hujan perlahan. Gerimis datang.

Senyumnya merekah ketika sesosok lelaki berpakaian serba putih berlari ke arah mini market sambil melindungi kepalanya dengan tas kulit yang dibawanya.

"Maaf, agak lama. Tadi Wegi minta ditemenin beli alat P3K yang baru di dekat kampusnya." Lelaki itu membuka baju putihnya cepat. Dia mengenakan jas putih panjang dengan dalaman baju senada. Rambutnya acak-acakan karena tertindih tas yang menutupi kepalanya dari hujan.

Senyuman si gadis yang memperhatikan lelaki itu memudar setelah mendengar alasan kenapa lelaki yang ditunggunya terlambat datang.

Dengan santai lelaki itu mendekati sang gadis dan mengacak rambut gadis itu pelan.

"Kamu silahkan berangkat sekarang. Mumpung masih gerimis. Nanti kalau sudah hujan deras susah berangkat ke kampus."

Si gadis menepis kasar tangan si lelaki dikepalanya. Dengan senyuman penuh makna si lelaki berjalan menuju rak cemilan dan mengambil satu bungkus potato besar. Lelaki itu berjalan mendekati meja kasir sambil menyisir rambutnya.

Dengan cepat dan dengan raut wajah masam sang gadis mengambil tasnya dan keluar dari meja kasir tersebut.

"Karena menyelamatkan orang lain dirimu jadi tersakiti, Bee." Gadis itu menepuk pundaknya sendiri dengan keras.

"Kakak berjanji menggantikanku jam tiga kurang seperempat hari ini. Aku kan sudah bilang jangan sampai telat lagi. Sekarang sudah pukul tiga tepat. Butuh sepuluh menit berjalan kekampus. Berarti pukul tiga lewat sepuluh aku nyampe dikampus. Bakalan telat ngejar Pak Farhat. Waktu itu uang bahkan nyawa bagiku kak. Bagi kakak waktu itu cuma Wegi!" Gadis itu berbicara lantang sambil memunggungi lelaki yang memasang wajah tanpa dosa itu.

"Besok mending aku ga usah minta bantuan kakak lagi. Kecewa." Ucap sang gadis sambil melangkah keluar dari mini market kesal. Si lelaki yang ditinggalkan hanya diam sambil mencomoti cemilan ditangannya. Seolah dia tau respon yang akan diterimanya jika melanggar janji dengan sang gadis.

"Hati-hati Rabee sayang. Ga usah lari, Bee." Si lelaki berteriak memberikan nasehat kepada sang gadis yang tak lagi tampak dari pandangan matanya.

"Wah seperti biasa Rabee kembali berlari menuju kampus. Susah dibilangin emang. Nanti kesandung trus berdarah baru tau rasa." Rutuk lelaki yang mengibaskan jas putih dengan plat nama 'Dr. Raqi' itu.

***

"Tsk. Kamu telat lagi. Percuma, Sandra sudah duluan meliput kedatangan Pak Farhat di Aula satu. Kali ini alasan kamu apalagi? Jagain mini market seberang jalan atau telat keluar dari pusat pelayanan? Yang mana?" Gadis itu hanya menatap lurus lelaki yang menceramahinya.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang