05-🌝The Wrong Place🌚

613 49 21
                                    

"Maaf. Saya sepertinya salah kamar." Ucap lelaki itu untuk yang ketiga kalinya dan menuju pintu keluar.

Nadine dengan sigap menghadang langkah lelaki itu cepat.
"Gampangnya bilang maaf terus kabur. Cih." Ucap Nadine menyinggung lelaki itu.

Rabee yang masih termangu dan mengingat pelukan yang dirinya rasakan sesaat lalu membuat bulu kuduknya berdiri. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Nadine melontarkan segelintir pertanyaan kepada lelaki itu. Dari penjelasannya lelaki itu ternyata salah masuk kamar, dia mengira kamar Rabee adalah kamar kenalannya. Nadine tidak mudah percaya dengan alasan itu.

"Ei itu alasan klasik Mas." Cemooh Nadine sambil melipat kedua tangannya didada.

Laki-laki itu meminta maaf kepada Rabee dengan wajah serius dan tenang. Entah bagaimana kejadiannya Rabee tidak memperpanjang masalah kejadian itu. Rabee berpikir bahwa lelaki itu benar-benar salah kamar. Melihat gerak-gerik badannya yang merasa bersalah membuat hati Rabee mau melepas lelaki itu keluar dari ruangannya tanpa ada perpanjangan celotehan dari Nadine.

***

Diluar ruangan para perawat heboh mendengar kisah sebuah pelukan salah tempat ini. Rabee yang tahu kondisinya merasa malas dan malu telah membuat heboh bangsal VVIP dengan kejadian ini. Beberapa perawat dan dokter datang keruangan Rabee untuk menanyakan kejadian 'mendadak romantis' itu.

Rabee mengatakan bahwasanya tidak terjadi apa-apa. Dia berasalan kalau dia berteriak karena seakan dia mengalami mimpi buruk.

Setelah kepergian lelaki itu, Nadine terus bertanya kenapa Rabee membiarkan lelaki itu pergi.

"Nad, sepertinya aku mengenal wajah itu. Rasanya engga asing deh. Kaya pernah ketemu gitu." Ungkap Rabee pada Nadine dengan wajah serius. Nadine yang mendengar perkataan Rabee bingung akan ucapan Rabee yang tiba-tiba berkata dia mengenal lelaki itu.

"Bee, jujur ya Bee. Jujur nih ga boleh boong yah. Kamu suka sama laki-laki itu?" Tanya Nadine penuh selidik.

"Apa-apan sih Nad, hancurin mood aja." Decak Rabee kesal pada Nadine.

Rabee memutuskan untuk tidur kembali dengan perasaan yang tidak menentu. Dia masih berpikir tentang lelaki 'hugging' tersebut.

***

Paginya, Nadine mengajak Rabee berjalan keluar kamar untuk menghirup udara segar. Dengan senang hati Raqi mengizinkan ide itu.

Rabee dan Nadine berjalan dilorong rumah sakit terkenal itu. Dengan infus yang masih terpasang ditangannya, Rabee menjadi kurang bebas untuk meregangkan otot-otot lengannya yang tidak berotot itu. Haha.

Mereka akhirnya sampai dilorong taman rumah sakit. Banyak anak-anak yang berlarian ditaman itu. Bermain gelembung balon dan ada juga yang bersepeda. Rabee melihat ke sebuah kursi dimana seorang anak sedang memakan kue dan meminum sekotak susu. Rabee menelan salivanya. Tergiur dengan pemandangan didepan matanya. Nadine yang melihat kearah yang sama dengan Rabee sadar dan berinisiatif membelikan pie dan yogurt banana kesukaan Rabee.

Nadine meninggalkan Rabee didepan taman rumah sakit untuk membelikan makanan kesukaan Rabee. Rabee hanya melihat kesekeliling area taman. Sampai suatu ketika seorang anak berlari menuju kearahnya dan menyenggol pinggang Rabee keras. Rabee yang dalam keadaan tidak berdiri lurus merasa oleng. Rabee mencoba menyelamatkan tiang infus-nya dan akhirnya gagal menyeimbangkan badan merasa akan terhempas manjah disana. Rabee pasrah dan menutup matanya kuat-kuat.

Sepasang lengan menangkap tubuh Rabee erat. Rabee merasakan tangan hangat itu. Dibukanya matanya pelan, dan dia melihat sesosok laki-laki yang sedang menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Anehnya Rabee merasa nyaman dalam pelukan itu.

"Oh my God. RABEEEEEEEE." Teriak Nadine dari arah belakang.

"Eeeeh, lihat siapa ini. Mas yang semalam lagi." Ucap Nadine hendak memberi tahu Rabee siapa lelaki yang mendekapnya saat ini.

Mata Rabee mengerjap-ngerjap. Dia sadar sudah terlalu lama dipangkuan lelaki ini. Nadine yang berceloteh membuat orang-orang disekitar memperhatikan mereka. Rabee melihat wajah itu sekali lagi dan merasa malu kalau mencoba bangkit saat ini. Dengan perasaan bersalah dan modal akting yang dipelajarinya di US dulu, Rabee menjatuhkan diri sepenuhnya dipangkuan lelaki itu. Alias pura-pura pingsan biar engga malu-maluin. Nadine yang melihat itu kembali berteriak. -lagi-

Rabee masa bodoh dan tidak ingin tahu bagaimana suasana heboh saat ini. Dia merasa lelaki itu membopong tubuhnya entah kemana. Suara Nadine tetap menggema ditelinganya saat ini. Dalam hati Rabee berkata dia ingin diantarkan ke kamarnya tanpa banyak masalah.

Dan keinginan Rabee tercapai. Setidaknya untuk sampai dikamarnya dengan cepat. Dengan hati-hati laki-laki itu meletakkan tubuh Rabee diatas ranjang. Tangan Nadine menggenggam erat tangan Rabee.

Nadine bertanya kepada lelaki itu kenapa Rabee bisa terlibat kejadian yang dilihatnya ditaman barusan. Nada Nadine bertanya seolah-olah menjadikan lelaki tersebut yang sengaja ingin dekat-dekat dengan Rabee. Sedikit kesal lelaki itu mulai berbicara.

"Tadi dia masih membuka matanya lebar-lebar. Saya tidak ngapa-ngapain. Cuma menolong saja. Tidak lebih dan tidak kurang. Silahkan tanya sama yang bersangkutan nanti." Ucap lelaki itu pendek.

Nadine menggoncangkan tubuh Rabee, mencoba menyadarkan Rabee. Rabee yang merasa dirinya dalam bahaya dan malu hanya menahan matanya untuk tidak terbuka sampai lelaki itu pergi.

Nadine hanya berpesan kalau ada apa-apa dengan sahabatnya nanti dia akan meminta pertanggung jawaban dari lelaki itu. Tanpa a-i-u-e-o Nadine menanyakan nama lelaki itu.

"Namanya siapa Mas? Biar nanti kalo ada apa-apa sama sahabat saya bisa dimintain pertanggung jawabannya." Ucap Nadine ketus.

"Anugrah. Dan saya bukan mas-mas, Mbak." Lelaki itu menjawab singkat dan pergi keluar dari ruangan Rabee.

Nadine tersulut emosinya karena dipanggil 'mbak' oleh yang namanya Anugrah.

"SAYA JUGA BUKAN MBAK-MBAK LOOO." Teriak Nadine tak terima.

Rabee yang merasa suasana sudah aman dan terkendali pelan-pelan membuka matanya. Dilihatnya Nadine yang memasang wajah ingin makan orang itu sesaat. Mata Rabee dan Nadine akhirnya bertemu.

Nadine langsung bertanya apakah Rabee baik-baik saja. Rabee merasa bersalah karena telah membodohi Nadine. Rabee mengangguk dan mengatakan dia baik-baik saja.

Nadine menuntut cerita dari Rabee mengenai kejelasan mengapa lelaki 'semalam' bertemu Rabee kembali dan mengapa mereka 'kembali' berpelukan atau lebih tepatnya berdekapan?

"GA ADA DEKAP-DEKAPAN NAD. KAMU NGOMONGNYA ASAL TERUS." Ralat Rabee tak terima.

"Iya aku tau Bee. Maksud aku kenapa lelaki 'semalam' itu bisa dekap kamu lagi ditaman? Semalam didekap dikamar. Nah barusan ditaman. Kan ga lucu kalo hanya sekedar kebetulan. Ya ga sih Bee?" Tanya Nadine pada Rabee.

Rabee menggelengkan kepalanya seakan tidak mau membahas masalah lelaki itu lagi. Bukan Nadine namanya jika berhenti membahas hal yang berkaitan dengan lelaki. Nadine membicarakan kecurigaannya terhadap lelaki itu kepada Rabee.

"Bee gimana kalau dia itu ternyata stalker kamu selama ini. Trus dia nyari kesempatan dalam kesempitan Bee? Nah gimana?" Tantang Nadine pada Rabee.

"Ga mungkin lah Nad, kalaupun iya aku pasti bakal tahu wajahnya. Wajah yang jadi stalker itu." Bela Rabee.

"Yaaa kan kamu bilang semalam kamu ga asing sama wajahnya. Ya kan?" Balas Nadine lagi.

"Iya, tapi ini bukan masalah itu Nad. Rasanya beda. Bukan distalking gitu lho." Ungkap Rabee putus asa.

Rabee masih merasa lelaki itu 'Anugrah' tidak asing baginya. Apakah mereka dulu pernah bertemu atau bagaimana? Rabee tidak yakin.

Will be continued ...

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang