08-🌝Cafetaria🌚

489 38 35
                                    

Esok harinya~

Seperti yang dijanjikan Nadine pada Rabee semalam, pagi ini dia akan menjemput Rabee untuk pergi ke kantor bersama. Setelah sampai di apartemen Rabee, seperti biasa Nadine langsung menuju kamar Rabee. Nadine tersenyum palsu ketika ditemukannya Raqi sedang membereskan buku-buku Rabee yang berserakan diatas ranjangnya.

"Pagi Kak Raqi." Sapa Nadine sesopan mungkin.

"Yap." Jawab Raqi pendek.

"Nad, kakak mau tanya. Kemarin gimana wawancaranya? Aman?"

" Waduh Kak, heboh, Rabee di ..."

Kata-kata Nadine terputus saat Rabee membekap mulut Nadine dengan roti selai yang ada ditangannya cepat.

"Aman kak, kan sudah Rabee ceritakan semalam. Ga percaya amat." Celetuk Rabee cepat.

Rabee menatap Nadine dengan tatapan 'jangan sampai Raqi tahu kejadian kemarin' dengan senyuman penuh makna.

"Iyakan Nad? Lancar dan terkendalikan?" Tanya Rabee pada Nadine.

Nadine yang sedang mengunyah roti selainya hanya mengangguk dan mengacungkan kedua jempolnya kepada Raqi.

"Awas saja kalau kakak mendengar hal lainnya tentang kalian dikantor itu. Kalau terjadi apa-apa telfon kakak langsung. Jangan di diamkan, nanti kamu susah sendiri, Bee." Tangkas Raqi memberitahu. Rabee hanya mengangguk-angguk kecil.

"Kakak mengandalkan kamu Nad. Jangan ada dusta diantara kita." Pesan Raqi pada Nadine dengan wajah serius.

"Pasti kak, tidak akan ada rahasia diantara kita. Mudah-mudahan." Balas Nadine menyahuti.

"Oke, kakak pamit dulu. Nanti sore kalau sudah pulang telpon ya Bee." Pesan Raqi sebelum meninggalkan apartemen Rabee.

Setelah mengantar Raqi kepintu depan Rabee langsung menghela nafasnya lega. Nadine tahu kenapa Rabee bersikap seperti itu.

Ketika mereka di mobil, Nadine menanyakan sikap Raqi terhadap Rabee. Seperti dugaan Nadine, Raqi menemukan baju Rabee yang penuh dengan kari di kamar mandi. Karena hal itu Raqi curiga kalau Rabee ada masalah. Nadine yang mendengar penjelasan Rabee menyayangkan kelakuan bodoh Rabee yang dengan mudahnya meninggalkan barang bukti penganiayaan yang direncakan itu. Rabee yang mendengar ocehan Nadine yang berlebihan hanya menghela nafas dalam.

"Btw Bee, kenapa kamu selalu di kelilingi sama orang-orang kayak Evilla sih? Kasian amat." Celetuk Nadine menertawakan Rabee.

"Maksud kamu?" Balas Rabee pendek.

"Iya, ada aja orang yang suka ikut campur gitu. Ga ada buat apa-apa di tekel. Ga ada angin ga ada ujan digosipin. Makanya jangan terlalu menarik Bee, jangan terlalu cantik, jangan terlalu hm apa ya? Jangan terlalu cuek? Atau jangan teralu elegan kali ya." Balas Nadine panjang lebar.

"Apaan sih Nad." Komen Rabee cetus.

"Iya, kamu ingat ga pas TK ada Cecil yang sering gangguin kamu, pas SD ada Noni, SMP aku ga tau karna kita ga satu sekolah, pas SMA ada Hani, daaan pas kuliah ada Tasya. Huh tiap tingkat ada aja orang yang suka nyari masalah. Dan sekarang ada si Evilla. Kurang apalagi coba, Bee? Apa jangan-jangan di kehidupan kamu sebelumnya kamu sering nyiksa mereka-mereka itu?" Celetuk Nadine mulai mendrama.

"Ya namanya juga hidup Nad, ada yang jail ada yang baik. aku sih ga terlalu mikirin." Balas Rabee tenang.

"Kamu emang ga mikirin, lha aku? Sehabis pulang sekolah di introgasi sama kak Raqi, disuruh ceritain semua kejadian sekolah dari jajakin pintu gerbang sampai gerbangnya tutup lagi pas pulang sekolahan. Jiwa ini sudah tidak kuat bercerita Bee, ditambah dengan laporan beruntun magang hari ini dan seterusnya. Maka dari itu penderitaan aku double Bee, satu magang di Loey yang CEO nya sangar, dua harus laporan sama kak Raqi karena magang kita satu kantor LAGI. Bunuh saja hamba!" Celetuk Nadine mulai mendramatisir keadaan. Rabee hanya memandang sahabatnya itu penuh duka haha.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang