34-🌝I Love You🌚

199 23 0
                                    

"Ternyata kamu gadis yang menghancurkan impian Anugrah menjadi Atlit?" Suara Evilla terdengar mengejek.

"Aku penasaran apa reaksi Anugrah ketika mendengar berita ini. Gadis yang disukainya adalah penghancur masa depannya sendiri. Kasihan sekali." Evilla tertawa keras.

"Jangan terpengaruh Rabee. Ada aku." Tara berjalan mendekati Rabee yang terduduk dilantai.

"Lepasin aku, Tara. Aku harus menemui Anugrah." Rabee refleks mengucapkan nama Anugrah. Fikirannya melayang jauh kembali mengingat kenangan tujuh tahun yang lalu.

Wajah Tara berubah. Dia berteriak. Mengusap rambutnya gelisah. Dia menarik ikatan ditangan Rabee kuat. Mendudukkan Rabee didepannya. Rabee berteriak merasakan luka sobekan akibat ikatan kuat ditangannya.

"Berani sekali kamu mengucapkan nama itu. Apa? Kamu memintaku melepasmu pergi pada lelaki itu? Jangan bodoh Rabee. Kamu milikku." Tara seperti kesetanan.

Dagu Rabee diraihnya dan ditekan kuat-kuat. Dipaksa memandang raut wajah Tara yang kacau balau. Rabee menahan air matanya untuk tidak menangis. Evilla yang menyaksikan itu tersenyum. Merasa dia tidak perlu bertindak mengeluarkan emosi terdalam Tara.

"Apakah kamu begitu mencintainya?" Tara menatap Rabee frustasi. Rabee tidak menjawab, dia tahu jawaban apapun yang keluar dari mulutnya akan tetap membuat Tara meluap.

"Jawab!!!" Tara menampar Rabee. Rabee merasa pusing terkena tamparan yang cukup kuat, sudut bibirnya berdarah.

"Maaf, maaf, Aa.. Aku aku khilaf. Maaf." Tara dengan cepat mengusap pipi Rabee yang memerah. Rabee memalingkan wajahnya cepat. Tak ingin wajahnya disentuh lelaki psikopat itu.

"Aku sudah tahu jawaban kamu. Dan akupun sudah memantapkan hati. Aku akan membunuh Anugrahmu itu. Haha." Tara tertawa seperti orang gila.

"Kamu lihat semua ini? Ini adalah suntikan mematikan. Aku tidak perlu mengotori tangan dengan darah lelaki itu, cukup menusuknya dengan jarum ini dan baaaaarrr dia akan terkapar selamanya." Tara semakin menjadi-jadi.

"Kamu sudah gila. Kita bersepakat untuk tidak membahayakan Anugrah disini. Aku sudah cukup membantumu menjadikan gadis ini milikmu. Anugrah jangan pernah kamu sentuh. Dia milikku." Evilla tak setuju dengan ucapan Tara kali ini. Rabee tak bisa berkata, hatinya mengejek percakapan saudara sepupu didepannya.

"Kalian benar-benar lucu. Mengklaim orang yang tidak mencintai kalian sebagai milik kalian selamanya? Bangunlah." Rabee mulai berani. Dia mencoba memindahkan target amarah Tara pada Evilla.

"Diam kamu. Kamu seperti lintah yang menghisap Anugrah. Mendekatinya karena urusan harta. Aku tahu semuanya." Evilla menarik rambut Rabee kuat kearahnya.

"Lepaskan tanganmu darinya Evilla." Tara membentak Evilla.

"Kamu juga diam. Urus wanita ini, jangan biarkan dia menganggu Anugrah lagi, atau aku tak akan tinggal diam." Raut wajah Evilla berubah.

"Kamu mau apa? Membunuhnya?" Tara tertawa.

"Jika aku mau, itu mudah." Evilla mengambil salah satu suntikan diatas meja dan mengarahkannya ke leher Rabee cepat. Suasana menegang.

"Jangan lakukan itu Evilla. Kamu tidak tahu apa yang kamu pegang. Jangan main-main denganku." Tara berjalan mendekat.

"Mendekatlah selangkah lagi, gadis yang kau cintai akan tiada sebentar lagi." Evilla mengancam.

Rabee tercekat, tidak tahu harus berbuat apa, tangannya terikat, begitupun dengan kakinya. Tubuhnya menggigil hebat akibat angin malam yang menerpa kulitnya yang dibalut kain tipis.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang