24-🌝 Crown Necklace🌚

222 23 0
                                    

Nadine terbatuk-batuk dan membuka matanya pelan. Rabee membantunya untuk duduk.

"Ya Allah Bee aku kira aku udah mati. Huhu." Nadine memeluk Rabee erat sambil sedikit terisak.

"Kamu baik-baik aja sekarang Nad." Rabee menepuk lembut punggung Nadine.

"Bee, bajunya gimana? Basah semua ini, ga ada bawa ganti juga. Kamu ada?" Nadine menatap Rabee cemas.

"Duh, kita kan sama Nad, atau beli aja gimana?" Rabee menawarkan untuk berbelanja pada Nadine.

"Pakai ini." Suara kaku seseorang mengalihkan perhatian mereka berdua. Edward dengan handuk datang dan mengenakan jas pada tubuh Nadine. Nadine membeku, dia diam tak tahu harus berbuat apa. Rabee hanya mengulum senyum penuh makna.

"Besok-besok kalau mau jalan liat-liat dulu. Kalau ikut rapat dinas bawa baju ganti walaupun ga bermalam. Trus ..." Ucapan Edward terpotong.

"Ed, bilang aja kamu khawatir. Jangan berceramah." Anugrah dengan tajam memotong. Edward melemparkan tatapan keji pada Anugrah.

"Makasih Pak. Itu kok Pak Edward juga basah?" Nadine ragu-ragu bertanya.

"Karna nyelamatin kamu Nad." Rabee menjawab cepat.

Wajah Nadine merona, dia mencuri pandang pada Edward didepannya. Edward hanya tersenyum singkat lalu melangkah menjauh memasuki lift dengan cepat.

"Ini yang namanya cinta Nad. Hehe." Rabee menggoda Nadine.

"Rabee setelah ini mari bertemu dilantai tujuh ruangan Kristal (restoran). Ada yang mau saya bicarakan." Anugrah menatap Rabee serius. Rabee hanya manyun. Dia seperti tahu hal apa yang akan dibicarakan Anugrah padanya. Mungkin tentang kebohongan dia mengenai posisinya di perusahaan. Luar biasa sekali dia membohongi Rabee. Ternyata dia seorang CEO.

"Sampai ketemu nanti." Ucap Anugrah sambil melangkah menuju lift meninggalkan Rabee yang masih kesal.

"Nah ini yang namanya cinta Bee. Bentar lagi Kangmas nyatain cinta dia ke kamu hahaha." Kali ini giliran Nadine yang menggoda Rabee sambil menggigil memeluk jas pemberian Edward.

***

Nadine mengeringkan rambutnya didepan cermin hotel tempat mereka beristirahat. Matanya sesekali melirik layar ponselnya sambil tersenyum kecil.

"Ada apa? Bahagia banget kayaknya." Rabee membereskan berkas-berkas rapat diranjangnya.

"Ih kepo ih." Nadine sok-sok rahasia.

"Ok, fine." Balas Rabee cepat.

"Jangan ngambek dong Bee. Kebiasaan. Aku di chat Edward hihi." Nadine menutup wajahnya dengan handuk malu-malu. Rabee menyerngitkan keningnya. Sikap Nadine benar-benar seperti orang yang sedang jatih cinta. Memang benar sih.

"Ekhem. Kalian udah deket banget kayaknya ya, udah chating-an, trus udah ga manggil Pak Pak lagi, langsung Edward. Ekhem." Rabee lagi-lagi menggoda.

"Dia yang nyuruh jangan manggil Bapak, katanya dia bukan Bapak aku. Kan bener Bee, Bapak aku bukan dia. Hahaha" Nadine ketawa ngakak.
Rabee meringis melihat tingkah aneh Nadine setelah sekian lamanya dia tak seperti sekarang ini.

"Yeay you. Congrats." Rabee menyelamati kedekatan Nadine dan Edward.

"Sono siap-siap. Ntar Kangmas nungguin." Nadine menyadarkan Rabee atas janji temu dengan Anugrah.

Rabee terlihat kaget dan segera bersiap-siap. Nadine hanya geleng-geleng melihat betapa tidak niatnya Rabee bertemu Anugrah untuk kali ini. Mungkin dia masih marah karena dibohongi Anugrah.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang