07-🌝Suit🌚

547 43 26
                                    

Baju Rabee sepenuhnya kotor oleh kari, makanan yang sukses mendarat mulus dipakaiannya. Noda kuning membekas jelas di seluruh kemeja putihnya. Nadine segera memberikan tissue pada Rabee ketika sampai disebuah ruangan yang disarankan oleh Anugrah. Nadine celingak celinguk melihat suasana saat ini.

"Oke aman Bee, ga ada orang." Celetuk Nadine memastikan.

Tentu saja tidak ada orang karena Rabee dibawa kesebuah ruangan besar bertema classic yang elegan. Meja dan segala macam benda yang ada disana bergaya classic kuno seperti kantor-kantor tua. Rabee mengedarkan seluruh pandangannya pada ruangan itu. Terlihat sebuah lukisan abstrak yang digantung dibelakang meja kerja diruangan itu.

Rabee mencoba berdiri tetapi kakinya terasa sakit. Mungkin terkilir pikirnya. Nadine yang dari tadi memperhatikan Rabee mulai angkat bicara.

"Bee, itu ada kemeja baru. Ganti deh baju kamu. Bau kari juga. Untung lagi istirahat, kalo pas wawancara bisa gagal kita dihari pertama." Ungkap Nadine.

"Ganti disini? Serius kamu Nad?" Tanya Rabee memastikan. Rabee sedikit tidak percaya mendengar ucapan Nadine.

"Gila ih, aku ga tau ini ruangan siapa lho Nad, nanti gimana kalo pas ganti baju ada orang yang masuk, kan engga lucu." Balas Rabee serius.

"Emang ga lucu Bee, memalukan mungkin. Hem." Celetuk Nadine santai.

Rabee hanya memonyongkan mulutnya malas. Dilihatnya sekali lagi suasana ruangan itu. Sepi. Ruangan ini juga jauh dari ruangan staf lainnya dilantai tertinggi ini.

"Biar aku jagain pintu deh, Bee. Kalo ada yang masuk nanti tinggal digetok pakai ini." Ucap Nadine sambil mengangkat tongkat golf ditangan kanannya.

Rabee dengan cepat mengambil kemeja bersih yang digantung disebelah meja kerja didekatnya. Rabee berlari pincang kesudut ruangan yang agak gelap dan dengan secepat kilat dia mengganti pakaiannya.

Rabee selesai mengenakan pakaiannya dan berjalan ke arah Nadine. Nadine hanya mengangguk-angguk. Rabee yang melihat reaksi Nadine bertanya apakah bajunya kebesaran, karena perasaan Rabee baju yang dipakainya terasa kedodoran. Dengan jujur Nadine mengangguk pasti. Tapi mau gimana lagi, baik Nadine maupun Rabee tidak punya kenalan yang bisa dipinjami bajunya.

Setelah setengah jam diruangan itu, Rabee dan Nadine melangkah keluar. Rabee meraih suit yang dikenakan Anugrah padanya dari atas kursi, ketika keluar Rabee dan Nadine terkejut melihat deretan panjang perempuan dan laki-laki yang menjaga di depan pintu ruangan. Rabee hanya memasang senyum 'awkward' dan mencoba melewati semua orang itu dengan sopan. Begitu juga dengan Nadine yang terus menerus mencolek tangan Rabee, Nadine terus mengoceh kalau dia pernah melihat adegan yang baru saja dilaluinya di drama yang sering ditontonnya.

Rabee yang paham maksud Nadine hanya menyeret sahabatnya itu menuju lift terdekat. Selagi mereka menekan tombol lift, Nadine kembali berceloteh.

"Btw Bee, aku baru nyadar, Kangmas Anugrah bawa kamu keruangan siapa sih? Apa jangan-jangan..." Ucapan Nadine terhenti.

"Jangan-jangan apa Nad? Kamu jangan nakut-nakutin aku." Bentak Rabee gelisah.

Belum sempat Nadine menjawab, pintu lift terbuka, dan Anugrah melangkah keluar. Seorang lelaki yang dikira Rabee seumuran dengannya juga menyusul Anugrah.

"Kamu baik-baik saja?" Anugrah langsung berhenti didepan Rabee.

"Y-ya, aku baik-baik saja." Ucap Rabee tergagap.

Nadine hanya tersenyum-senyum penuh makna disebelahnya.

"Kangmas Anugrah kemana aja? Habis nganterin Rabee keruangan unknown trus kangmas main pergi aja." Celetuk Nadine tanpa malu.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang