03-🌝Stranger🌚

715 59 29
                                    

Lelaki itu melangkah maju dengan pelan. Ekspresi Rabee tampak tidak senang. Nadine yang sadar akan hal itu langsung menyetop langkah lelaki itu untuk mendekat.

"Stop! Oke stop sampai disini." Nadine membentangkan tangannya lebar-lebar.

Melihat aksi Nadine, lelaki itu terkejut dan menatap Nadine bingung. Nadine hanya tersenyum kaku. Lelaki itu melihat Rabee dan Nadine bergantian.

"Good job Nad. Haha." Rabee melontarkan kata itu sambil terkekeh.

Dia mengapresiasi tindakan penjagaan berlapis dari Nadine. Nadine hanya mengerling dan membuat pola 'ok' dengan jarinya. Bak 'bodyguard' Nadine mulai mengintrogasi lelaki itu cepat.

"Maaf, siapa ya?" Tanya Nadine hati-hati.

"Saya Tara." Dia menyodorkan tangannya kepada Nadine sambil tersenyum. Senyumannya seketika meluluhkan hati Nadine yang mudah- ralat- sangat mudah goyah.

"Nadine Aubell." Nadine refleks menyambut tangan Tara yang diulurkan padanya.

Tara tersenyum lagi dan memiringkan kepalanya melihat Rabee yang geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol Nadine.

Nadine yang sadar itu akhirnya menyilahkan Tara mendekat ke arah Rabee. Seperti halnya pramugari-pramugari sopan yang menyilahkan penumpang untuk duduk nyaman dikursinya. Melihat aksi Nadine, Rabee menyipitkan matanya malas.

"Dasar! Giliran cowok begini dia hilang kesadaran akan penyelamatan teman sendiri. Tadi sok-sok an ngehadang, nah sekarang dipersilahkan." Rutuk Rabee melihat tingkah sahabatnya itu.

Tara berjalan mendekat kembali. Dari belakang Nadine menggerak-gerakkan tangannya sambil menunjukkan senyumnya yang penuh makna. Rabee paham itu. Maksud Nadine adalah 'Itu cowok senyumnya manis ambyar Bee. Sumpah dia tipe aku banget.'

Rabee mencoba mengatur ekspresinya setenang mungkin. Mencoba melupakan kejadian tiga hari yang lalu. Tara berhenti didepan ranjang Rabee dan menyodorkan tangannya.

"Hai. Saya Tara." Rabee dengan sopan membalas jabatan tangan Tara.

"Rabee."

Tara melihat Rabee penuh makna. Rabee sedikit risih dan mulai bersuara.

"Hm, kamu kenal saya? Maksudnya kita saling kenal apa gimana?" Rabee mengulas senyuman tipisnya sambil menyilahkan Tara duduk dikursi tamu disamping ranjangnya.

Tara masih saja menatap Rabee dan tersenyum. Rabee makin bingung, dia tahu lelaki ini adalah lelaki yang dia coba selamatkan kemarin. Tapi kenapa dia masih diam dan hanya tersenyum tidak jelas.

"Ada apa ya?" Celetuk Rabee tidak sabar menunggu Tara untuk bersuara.

"Oh maaf. Hehe. Saya mau ngucapin terima kasih sama kamu karna udah nyelamatin hidup saya."

"Bukan saya yang nyelamatin kamu. Tapi dokter disini. Saya cuma kebetulan sedang lewat saja." Balas Rabee pendek.

Nadine yang mendengar jawaban Rabee oleng seketika. Dalam hati Nadine menghujam Rabee dengan berbagai umpatan seperti 'kamu bego apa gimana'.

Nadine kembali bergerak tanpa suara yang mengisyaratkan 'Bee kamu ga bisa ngomong lebih santuy gitu?' Rabee yang melihat sinyal dari Nadine mengerti maksud gerakan sahabatnya itu.

"Maksud saya yang nyelamatin kamu itu Nadine. Dia yang lari kesana kemari buat minta tolong." Seakan paham akan kode Nadine, Rabee mulai memamerkan Nadine pada Tara.

"Nadine? Nadine siapa?" Tara lantas bertanya pada Rabee dengan wajah tanpa dosa. Nadine yang mendengar itu terlihat 'speechless' dibelakang sana. Rabee menahan tawanya.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang