20-🌝Nadia Haha🌚

229 32 2
                                    

'ting tong ting tong'

Bel apartemen Rabee berbunyi entah sejak kapan. Rabee mendesis sebal, siapa orang yang tidak punya etika per-weekend-an itu? Jelas sekali ini hari Minggu dan waktu untuk Rabee bisa bangun lebih telat dari biasanya. Rabee mengedarkan seluruh pandangannya pada kamarnya. Mengerjap-ngerjap sebelum gadis itu mulai berdiri semponyongan kearah pintu.

"Bee, dua detik lagi nih pintu ga kamu buka aku bisa mati kedinginan." Nadine memasang wajah beku didepannya.

"Dasar ga ada etika per-weekend-an!" Rabee melengos kearah kamar mandi kucel.

"Bee, kuy jogging. Meningkatkan imun tubuh dan lebih segar, kemudian tidak lupa pula untuk mencuci mata dengan pria tampan nan ideal berotot yang mangkal ditepi taman sendirian. Yang single dan berniat untuk berumah tangga dan hidup bahagia selamanya." Nadine merapikan rambutnya dan bertingkah seolah-olah dia sedang berdoa didepan kaca. Rabee memutar bola matanya tak kuasa dengan sikap sang sahabatnya itu.

"Ke taman mau jogging apa mau nyari jodoh sih Nad? Segitunya." Rabee mulai merapikan tempat tidurnya.

"Bee, sekali lempar dua gunung kelewati. Gitu." Nadine memasang tampang sumringah dan penuh harap.

"Astagfirullah. Nilai bahasa kamu minus apa gimana? Yang benar itu sekali dayung dua pulau terlampaui." Rabee memandang Nadine sambil menghela nafasnya.

"Yeee, sengaja disalahin, ngetes kamu connect apa engga." Nadine mencibir kearah Rabee.

Rabee masuk kekamar mandi sambil membopong pakaian olahraganya malas. Nadine sudah membongkar lemari sepatu Rabee untuk menyiapkan sepatu untuk Rabee.

"Bee sepatu couple kita kamu kemanain? Kok ga ada?" Nadine sedikit berteriak kearah kamar mandi. Takut kalau Rabee tidak mendengar ucapannya.

"Apa? Sepatu? Udah aku jual Nad, ada yang mau beli dengan harga luar biasa. Tiga kali lipat dari harga awal. Yaa, jadi dijual." Rabee menjawab enteng dari tempatnya. Nadine terduduk lemas dilantai. Dia mencoba memahami perkataan Rabee satu persatu.

"Di-dijual? Itu sepatu kamu jual? What the ..." Nadine mengurut dadanya cepat.

"SINIIN DUITNYA. KURANG AJAR YA KAMU, AKU KAN KASIH SEBAGAI HADIAH, BIAR BISA KITA PAKE JOGGING YANG CUMA KITA LAKUIN SEKALI SETAON. TEGA KAMU MENGKHIANATI AKU BEE. JAHAT. DEMI UANG? AKU GA NYANGKA BEE? KAMU ..." Nadine kembali memulai syuting dramanya pagi itu. Rabee ngakak didalam kamar mandi mendengar respon Nadine yang syok.

"Assalamualaikum sayangku. Jogging yuk." Sepasang lengan kekar memeluk tubuh Nadine dari belakang. Nadine membeku ditempat. Beberapa detik kemudian Nadine mulai meremang. Dia membalikkan tubuhnya cepat kearah pemilik tangan yang seolah-olah terlihat seperti mencekiknya dari belakang.

"Maafin Kakak ya Bee. Maafff. Sebagai gantinya ayo kita jogg ..." Ucapan Raqi terputus saat menemukan mata besar Nadine menatapnya penuh makna.

"Waw. Waw. Nad maaf kakak kira kamu Rabee. Duh, maap." Raqi segera menjauhkan dirinya dari Nadine. Nadine masih berdiri diam ditempatnya.

"Eh, sepatu kita samaan. Kamu ngintip kakak beli ya Nad?" Raqi menatap sepatu yang dikenakan Nadine.

Nadine melemparkan pandangannya pada sepatu yang dipakai Raqi. Dengan keyakinan penuh dan tak terelakkan Nadine yakin sepatu itu adalah sepatu yang dijual Rabee.

"Oh, ternyata dijual Rabee ke Kakak? Tertebak." Nadine mulai sadar dari lamunannya nan menatap Raqi keki.

"Eh? Iya, ini Kakak yang beli ke Rabee." Raqi menggaruk kepala belakangnya.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang