12-🌝A Warn🌚

455 30 64
                                    

Rabee dan Nadine mematung.
"Duduk aja, gapapa sekali-sekali kita makan semeja. Sekalian ini ucapan maaf aku untuk saat pertama kamu jatuh disini. Hehe." Evilla tertawa menyindir.

Rabee meletakkan makanannya canggung. Nadine mengikutinya dengan pelan.

"Siang Pak Anugrah." Sapa Nadine pada Anugrah yang sedang menyantap makanannya fokus.

"Siang Pak. Pak Edward." Rabee juga ikut menyapa. Mereka duduk dengan tidak nyaman. Auranya tidak bagus pikir Nadine dalam hati.

Edward asisten Anugrah melirik Nadine lama. Nadine juga menantang Edward tak mau kalah. Rabee menarik nafasnya dan mulai menyuap makanannya cepat.

"Rabee sebentar lagi magang disini berakhir ya, sayang kita belum dekat. Anggap aja kita temen disini ga usah sungkan." Evilla sok akrab.

Rabee dan Nadine bergidik ngeri melihat tingkah palsu Evilla. Anugrah masih melanjutkan makannya.

"Aku mau dekat sama kamu, boleh?" Lagi-lagi Evilla mencoba berbicara dengan Rabee.

"Boleh Mbak." Ucap Rabee singkat.

"Tadi pagi kamu numpang kesini sama Dokter Raqi kan? Ada hubungan apa kamu dengan Dokter Raqi. Bukan apa-apa sih cuma aku tau sama Dokter Raqi. Dokter itu bukan tipe yang mudah untuk didekati. Kok kamu bisa dianterin sama dia? Kalian ada hubungan?" Evilla melancarkan serangannya.

Anugrah berhenti menyuap makanannya, dia melihat Rabee sepintas. Evilla melihat itu dan menatap Rabee semakin kesal.
Nadine yang juga mendengar serangan Evilla meletakkan garpunya kasar yang membuat bunyi keras disana. Beberapa orang dimeja di dekat mereka mulai melirik.

"Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Dokter Raqi mbak." Ucap Rabee pendek sambil terus menyuap makanannya.

Nadine mendesah, memijit kepalanya yang mulai terbakar akan perlakuan Evilla terhadap Rabee.

"Eh beneren Bee? Katanya jas Dokternya ada di apartemen kamu, kok bisa kamu bilang ga ada hubungan? Atau kamu mencoba ..." Ucapan Evilla terhenti saat Anugrah menghempaskan sendoknya keras diatas meja.

Rabee pun terkejut begitu juga dengan Edward dan Nadine.

"Ini waktunya makan siang bukan untuk berbicara. Kalau ingin berbicara silahkan cari meja lain. Saya merasa terganggu akibat pembicaraan kalian ini." Anugrah berdiri diikuti dengan Edward.

Evilla sedikit tersenyum. Rabee memegang sendoknya keras. Tangannya menahan amarah. Nadine tau itu. Anugrah meninggalkan meja makan, dan Evilla berdiri juga smbil menyusul langkah Anugrah cepat.

Rabee melanjutkan makannya dengan hati tak tenang. Orang-orang dibelakang mereka mulai berbisik-bisik.

"Wah dasar Mak Lampir. Pintar banget ngambil muka sama ngehancurin orang. Sabar Nad sabar. Orang sabar disayang Tuhan. Iya kan Bee?" Nadine menatap Rabee hati-hati.

Rabee menyelesaikan makanannya, menatap Nadine dan kemudian tersenyum.

"Bener Nad, orang sabar disayang Tuhan. Biarin aja sampai tugas kita selesai." Ucap Rabee serius.

"Iya Bee sabar, sabar nanti disayang Tuhan. Tapi aku ga bisa lama sabarnya Bee, pengen Tuhan ngambil Evilla aja gitu buat buktiin kita disayang. Eh." Nadine mencoba menghibur Rabee. Rabee tertawa kecil.

"Apa yang mau kamu kasih tau ke aku Nad? Yuk cerita mumpung waktu istirahat masih lama." Rabee mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Nadine sadar itu dan memutuskan untuk menghibur Rabee saat ini.

"Kamu ga liat ekspresi Edward tadi pas liat aku Bee?" Nadine mulai bertanya.

"Eh? Edward? Kok tiba-tiba Edward sih Nad?" Rabee bertanya tidak paham.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang