16-🌝Fight with The Witch🌚

321 28 0
                                    

Didalam mobil Rabee meremas-remas buku yang ada digenggamannya saat ini dan Anugrah melihat itu bingung.

"Bukankah yang tadi itu hm pacar kamu?" Anugrah bertanya hati-hati.

Rabee menatap Anugrah tak percaya. Benar dugaannya, Anugrah salah paham mengira Raqi adalah pacarnya.

"Dia selingkuh?" Anugrah kembali bertanya.

"Dia bukan pacar saya." jawab Rabee yang mulai jengkel oleh pertanyaan Anugrah.

"Kalau bukan pacar kenapa dia ..." Anugrah berhenti berucap. Rabee memandang Anugrah lama.

"Kami tidak memiliki hubungan seperti itu." Rabee memberikan penjelasan. Anugrah mengangguk-angguk.

"Jadi kamu tidak berpacaran dengannya?" Anugrah masih keukeuh bertanya.

"Saya tidak memiliki pacar Kak." Rabee mulai emosi. Sesaat kemudian dia sadar akan ucapannya.

" Maaf Kak. Mari membahas hal bermanfaat lainnya." Ucap Rabee pendek.

Seulas senyuman merekah dibibir Anugrah. Rabee tak melihat itu.
Beberapa saat kemudian Anugrah menghentikan mobilnya.

"Kita sudah sampai." Ucap Anugrah menyadarkan Rabee yang memainkan ponselnya. Rabee menatap Anugrah bingung.

"Bagaimana Kakak tahu ini apartemen saya?" Rabee menatap Anugrah serius. Anugrah terkejut. Dia mengutuk dirinya yang terlalu bodoh.

"Oh waktu itu saya tahu dari Edward." Bohong Anugrah cepat.

"Dasar Nadine." Gerutu Rabee menyalahkan Nadine.

"Terima kasih Kak." Rabee tersenyum kearah Anugrah. Anugrah mebalas senyuman Rabee ramah.

"Sampai jumpa di kantor." Ucap Anugrah kemudian dengan cepat melajukan mobilnya. Rabee bingung dan sesaat kemudian dia tersenyum. Tapi senyumnya memudar saat mengingat kalau perhatian Anugrah ini mungkin hanya sebatas keramah- tamahan seorang atasan kepada intern -tidak lebih- karena Rabee tahu kalau Anugrah sudah punya pacar sejak insiden dirumah sakit dulu.

***

"Kamu berangkat hari ini dengan apa?" Nadine menatap Rabee sedih.

"Bus." Rabee membalas singkat.

"Kenapa engga pergi bareng aku? Aku sendirian. Sepi." Nadine merajuk.

"Kamu sepertinya sudah dekat dengan Pak Edward ya Nad." Rabee menyinggung Edward tiba-tiba.
Nadine bingung.

"Dekat dari mana? Dari Korea?" Nadine tak percaya dengan omongan Rabee.

"Iya dari Korea atau dari mana aja boleh. Buktinya kamu sampai cerita alamat apartemen aku ke Edward." Rabee menatap Nadine sambil menyunggingkan senyum masam.

"What? Bee tega kamu nuduh-nuduh aku. Ngapain aku kasih alamat apartemen kamu? Mending aku kasih alamat rumahku Bee." Nadine keceplosan.

"Maksud aku, ga mungkin lah Bee. Ngomong aja kaga setelah makan malam itu." Nadine memberikan alasan.

"Apakah Edward ke apartemen kamu? Kenapa? Kalian ada hubungan apa? Kamu sama Edward ..." Nadine menutup mulutnya sok mendramamatisir suasana. Rabee mendelik melihat tampang Nadine yang mulai akting.

"Kemarin aku diantar pulang sama Pak Anugrah. Aku ga ngasih tau alamatnya duluan. Tapi dia berhenti depan apartemen aku Nad, ya aku tanya. Dan katanya tahu dari Edward. Ya ga mungkin Edward tahu sendiri dong, kalau masalah Edward kan hubungannya sama kamu." Rabee berkata panjang lebar.

"Lha kok masalah Edward hubungannya sama aku?" Nadine menjawab bengis.

"Ya karena aku suka aja sama hubungan kalian." Balas Rabee tak mau kalah.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang