06-🌝Meet U🌚

602 44 31
                                    

Cerita Rabee semalam dan pagi ini ramai dibiacarakan oleh orang-orang di rumah sakit. Rabee sedang duduk menghadap jendela ruangan rumah sakit sambil memegang ponselnya.

Matahari mulai terbenam dengan malu-malu diujung sana. Cahaya orange kemerah-merahan membuat kiasan indah di mata Rabee saat itu. Sungguh sangat indah.

"Matahari terbenam sangat indah dimanapun engkau melihatnya." Ucap Rabee tiba-tiba.

Suara langkah kaki mendekat kearah Rabee. Sontak Rabee memalingkan wajahnya kearah sumber suara. Raqi sedang berjalan kearahnya sambil membawa sekotak pie dan sekotak yogurt perisa pisang dikedua tangannya. Seperti biasa, itu cemilan favorit gadis kesayangannya.

Raqi meletakkan makanan itu dimeja disamping Rabee dan kemudian duduk disamping ranjang Rabee. Raqi menyentuh kepala Rabee dan menuntun kepala Rabee agar bersandar ke pundaknya. Rabee langsung menyenderkan kepalanya ke pundak Raqi. Raqi mengelus lembut rambut adik semata wayangnya itu.

"Kamu ga mau cerita sama kakak?" Ucap Raqi memulai pembiacaraan. Rabee hanya menggeleng pelan.

"Cerita apa?" Rabee balik bertanya pada Raqi.

"Ini dan itu." Ungkap Raqi pendek. Lagi-lagi Rabee hanya menggeleng tanpa suara.

"Kenapa tidak lapor kakak kalau ada orang yang tidak kamu kenal masuk kekamar kamu semalam? Satu. Kenapa ga mau bilang masalah kamu pingsan ditaman pagi ini? Dua. Kenapa ..." Belum sempat Raqi melanjutkan pertanyaannya tangan Rabee sudah lebih dulu menutup mulut Raqi secara paksa. Rabee bangkit dari duduknya dan melihat Raqi lurus-lurus.

Raqi meminta Rabee menceritakan semuanya pada dirinya. Rabee yang patuh mulai bercerita dari awal sampai akhir. Melihat ekspresi Raqi, Rabee tahu kalau kakaknya itu marah mendengar kisah bak drama yang dialami Rabee semalam dan hari ini. Tapi Raqi memilih tenang dan berusaha mendengarkan dengan baik.

"Kamu yakin dia ga ada niat apa-apa sama kamu?" Tanya Raqi menyelidiki.

Rabee mengangguk pasti dan berkata kalau lelaki itu 'Anugrah' tidak berniat buruk terhadapnya. Raqi hanya mengangguk-angguk ringan.

"Sepertinya dia memang salah kamar deh Bee. Kakak dengar dari perawat tadi pagi katanya pasien yang disebelah ruangan kamu itu pacarnya Anugrah itu." Ungkap Raqi pada Rabee.

Rabee hanya mengangguk-angguk diam tanpa berkata apa-apa. Rabee meyakinkan dirinya kalau lelaki itu salah mengira kamar pacarnya dengan kamar dirinya.

"Itu bisa dimengerti." Ucap Rabee pelan pada dirinya sendiri. Dia memejamkan matanya dan kembali bersandar dipundak Raqi sore itu.

***

Keesokan harinya Rabee sudah dibolehkan pulang oleh Dokter. Rabee sangat bahagia akhirnya bisa pulang ke apartemennya lagi.

Setelah Rabee membereskan semua pakaian dan yang lainnya, Nadine sudah muncul dipintu kamar Rabee. Seperti biasa Nadine dengan setianya menemani Rabee dimanapun dan kapanpun Rabee butuhkan.

Saat Rabee mulai memasukkan pakaiannya kedalam tas, Nadine mulai membuka pembicaraan.
"Bee, tadi aku ketemu sama Tara sebelum kesini."

"Tara siapa?" Tanya Rabee pendek.

"Ya ampun Bee masa kamu lupa. Itu siganteng Tara yang udah kita tolongin hidupnya." Ucap Nadine menggebu-gebu.

"Yaampun Nad, biasa aja kali. Yang nyelamatin dia itu bukan kita, kita cuma penolong sebentar doang." Ralat Rabee cepat. Nadine hanya memonyongkan mulutnya diam.

"Ya apalah gitu." Balas Nadine pendek.

"Dia tadi nanyain kamu. Katanya kok ga jadi main keruangan dia gitu."

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang