21-🌝Lux🌚

240 30 2
                                    

Wajah Raqi berubah total. Menunjukkan rasa tidak suka akan kehadiran lelaki gagah lainnya ditaman itu. Nadine gelagapan sambil membuat tanda X didepan dadanya.

"Bu-Bukan Pak. Duh, ga mungkin Kak Raqi jadi pacar saya. Becanda aja." Nadine gelisah.

Rabee memandang Anugrah yang berdiri didepannya. Anugrah memakai training hitam dan juga kaos hitam dilapisi jaket maroon, i-Pod bewarna hitam tersemat  ditelinganya. Mata Rabee berhenti dirambut Anugrah. Ya, Anugrah memotong rambutnya sedikit. Mengubah pola rambutnya. Dulu, rambut Anugrah dibelah kiri, sekarang tidak lagi, rambutnya dipotong agak pendek dan dibuat berdiri. Lebih tampan dari sebelumnya. Rabee tersenyum kecil melihat perubahan itu.

"Bee bilang dong, kalau Kak Raqi bukan pacar aku." Nadine menyenggol tangan Rabee meminta pertolongan. Rabee hanya tersenyum melihat tingkah Nadine yang tidak biasanya. Bagaimana tidak, sosok Edward memandang Nadine dingin disamping Anugrah.

"Selamat kalau begitu, Nadine." Anugrah ikut tersenyum pada Nadine dan mengulas senyum simpul pada Edward.

"Bukan Pak. Duh kok salah paham begini." Nadine memandang Edward takut-takut.

"Jangan Nadine deh kalau gitu. Rabee aja. Rabee sayang, ayok sarapan dulu sama Kakak." Raqi merengkuh Rabee kedalam pelukannya. Mata Anugrah melotot melihat aksi Raqi tiba-tiba.

"Kak lepasin. Apa-apaan sih." Rabee memberontak. Mencoba melepaskan diri.

Tangan Anugrah mencengkram lengan Raqi yang memeluk Rabee saat ini. Memberikan tatapan setajam silet pada Raqi. Tara yang melihat itu hanya diam ditempat. Mencoba mencerna semua hal didepan matanya.

Nadine mengerjap-ngerjap, mencoba mencuri pandang pada Edward yang memasang hoodynya malas disamping Anugrah. Banyak pasang mata yang menyaksikan hal itu. Kebanyakan perempuan. Mereka berhenti dan bergeleng-bergeleng takjub.

"Beruntung sekali wanita itu, diperebutkan oleh dua lelaki tampan seperti didalam drama." Teriak salah seorang gadis yang menyaksikan adegan roman itu.

"Aku juga mau berada diposisinya." Gadis lain ikut menimpali."

"Lepasin, sebelum Kakak ga bisa ikut operasi hari ini." Rabee berkata dingin pada Raqi.

"Pak saya ga apa-apa jadi ..." Rabee melirik kearah tangan Anugrah yang mencengkram kuat tangan Raqi. Tatapan Rabee seolah menyuruh Anugrah menghentikan aksi berikutnya.

Anugrah menghela nafasnya berat, kemudian melepaskan cengkramannya. Raqi juga melepas pelukannya sigap setelah mendengar ancaman Rabee. Bisa-bisa dirinya dilempar oleh Rabee dengan jurus hapkido atau taekwondonya. Wow.

"Kamu jangan asal nimbrung. Mengganggu." Ucap Raqi memandang sengit Anugrah.

"Sudah saya katakan, jangan ganggu Rabee lagi. Dia tidak suka dipegang atau semacamnya." Anugrah membalas sambil menatap Raqi tak kalah tajam.

"Hahaha. Kamu tidak tau apa-apa tentang Rabee. Jadi jangan sok tau." Raqi mulai skit hati.

"Setidaknya saya tahu apa yang tidak disukainya. Dan saya tidak pernah menyakitinya." Anugrah membalas dengan telak kali ini. Raqi terdiam. Memandang Rabee singkat dan wajahnya tampak kecewa.

"Sudahlah Pak." Rabee menghentikan Anugrah.

"Kekanakan sekali. Tapi romantis Bee." Nadine berbisik ditelinga Rabee. Rabee hanya manyun. Dia tidak suka dengan aksi yang seperti ini. Yang menjadikan dirinya sebagai pusat mata banyak orang.

"Nanti temui Kakak di restoran biasa. Ada yang perlu kakak bicarakan sama kamu. Tar, kamu ikut ya, siapa tau Rabee mulai suka sama kamu. Calon Dokter Sevim masa depan ini." Raqi memanas-manasi Anugrah. Rabee tidak menjawab, dia hanya menatap Raqi penuh makna dengan wajah berlipat.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang