15-🌝Book Store🌚

290 25 0
                                    

Didalam lift tangan Anugrah masih mengepal.

"Kalau penasaran nanti tanya saja, Pak Anugrah." Edward mencemooh sikap Anugrah. Anugrah mendelik.

"Apa yang membuat Rabee menjadi seperti itu? Aku juga jadi penasaran." Edward menyeletuk.

"Kalau penasaran tanya saja sana." Anugrah membalas Edward. Satu sama.

***

Nadine membantu Rabee untuk berdiri. Rabee menghapus air matanya kasar.

"Mau gimana lagi Bee? Maafin aku ya, semua pasti gara-gara aku bohong dulu. Seandainya aku ..." Nadine merasa bersalah.

"Bukan salah kamu Nad. Dia nya aja yang ga mau buka mata. Aku juga udah muak." Rabee berkomentar.

"Yaudah. Kamu tenang dulu. Biarin Kak Raqi melihat sendiri. Tapi mau sampai kapan? Itu wewe gimbel cerdik berselingkuh." Nadine geleng-geleng.

"Ngaku pintar menilai wanita. Dianya goblok begitu." Rabee berdecak kesal. Air matanya masih mengalir.

"Ketoilet dulu. Rapiin make up kamu yang ga luntur Bee." Ucap Nadine mencoba mencairkan suasana.

"Aku ga pake make up." Rabee membenarkan.

"Iya aku tau. Makanya aku bilang 'rapiin make up kamu yang ga luntur', karena kamu ga make up an jadi kan ga ada yg luntur." Receh Nadine.

***

Sehari itu Rabee tidak fokus bekerja. Dia masih teringat ucapan Raqi padanya. Apakah benar dia telah merepotkan Raqi selama ini? Perkataan Raqi mungkin benar adanya. Selama ini Rabee selalu saja bergantung pada Raqi.

"Tetap saja semua perkataannya menyakitkan. Dasar goblok." Rabee bergumam mengutuk Raqi.

Vani yang berada didepannya melirik Rabee jengkel. Rabee hanya berpaling lalu tak mengindahkan ekspresi Vani.
Sudah lewat jam empat. Tepatnya lewat dua puluh menit. Rabee masih duduk menunggu di halte bus didepan kantornya.

"Rabeee yuk pulang yukkk." Nadine berteriak dari dalam mobil sedan abu-abu. Kening Rabee berkerut. Nadine mengeluarkan kepalannya dari sana.

"Kuy kuy. Nebeng sini sama aku." Nadine menawarkan tebengan.

"Sore tante." Sapa Rabee ramah saat matanya menangkap sosok Ibu Nadine.

"Ayo naik Rabee." Ibu Nadine menawarkan.

"Oh ga usah tante. Rabee mau singgah dulu sebelum pulang. Makasih tante." Rabee menolak dengan halus.

"Kamu nunggu siapa sih? Kak Raqi kayaknya ga bakal jemput." Nadine berkomentar.

"Aku ga nunggu dia kok Nad. Bus. Nunggu bus." Rabee melirik Nadine penuh isyarat.

"Haaaaa, aku paham. Yaudah semoga Kangmas mampir." Celetuk Nadine cepat sambil menutup kaca mobil buru-buru.

Rabee menghembuskan nafasnya menahan kesal.

"Bus Nad Bus. Besok kan kita ketemu lagi. Jadi ingat yaah." Rabee berkata sambil merapatkan semua giginya.

Nadine cengengesan dari dalam mobil. Mobil ibu Nadine berlalu. Kini Rabee sendiri dihalte bus itu. Dia melirik ponselnya singkat. Tidak ada pesan dari Raqi yang masuk.

"Haha, benar-benar goblok." Gumam Rabee meremas ponselnya.

'tiit'

Bunyi klakson mobil yang berhenti didepan Rabee membuat dia terkejut. Rabee melihat mobil itu bingung. Pintu mobil terbuka dan Edward turun dari sana.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang