29-🌝Same Destiny🌚

172 22 0
                                    

Bulir halus meluncur ringan dipelupuk mata Rabee saat dia gagal mengejar Anugrah yang sudah melesat jauh dengan mobil bersama Edward. Rabee menepuk dadanya yang terasa sakit.

Apakah ini yang namanya luka tak berdarah?

***

Anugrah's Scene.

"Minum ini. Kamu terlihat pucat." Edward memberikan sebotol air mineral ke tangan Anugrah.

"Aku mengira trauma ini akan hilang seutuhnya setelah menjalani pengobatan yang diusulkan Mama. Memalukan." Anugrah berdecak.

"Bukan salah kamu, Grah. Memang semua kenangan buruk tidak bisa dilupakan secara gampang. Kamu tahu untuk masalah yang satu ini sangat susah." Edward menajamkan pandangannya.

"Bagaimana perasaanmu saat ini?" Edward mulai melunak.

"Rasanya seperti ... Hancur." Anugrah meremas botol ditangannya.
Edward mengangkat alisnya tidak paham.

"Kenapa hancur? Tidak sesak atau terasa sakit kepala?" Edward bingung.

"Hancur sudah mengindikasikan semua perasaan." Anugrah memandang keluar jendela mobil dengan raut kecewa..Edward sadar kemana arah pembicaraan Anugrah, ya. Rabee.

"Trauma kamu yang ditanya. Bukan Rabee." Edward menyipitkan matanya.

"Bukankah terlihat Rabee tidak menginginkan lelaki itu?" Anugrah kembali kesal.

"Aku dengar mereka ..." Ucapan Edward terpotong.

"Kenapa dia yakin sekali. Aku tidak menyukainya." Anugrah menatap Edward kali ini.

"Mereka dijodohkan. Rabee sepertinya tidak bisa menolak. Tara juga ternasuk orang yang bernama." Edward kali ini mengalihkan perhatiannya pada layar ipad ditangannya.

"Aku lebih ternama. Aku..." Kali ini ucapan Anugrah yang dipotong.

"Berhenti bersikap kekanak-kanakkan, Grah." Edward menatap sengit.

"Bercermin dulu sebelum berbicara. Kamu lebih parah. Terlalu tega. Kupikir kamu akan menyesal setelah menipu Nadine." Anugrah menatap sinis. Edward kembali menghela nafasnya.

"Lihat ini. Kita bertemu dengannya lagi. Tentu saja dengan dendam yang sangat dalam untuk Rabee dan dirimu." Edward menunjukkan rekaman CCTV yng sedang diputarnya. Tangan Anugrah mengepal kuat. Wajahnya terlihat menahan amarah.

"Evilla. Dia sepertinya berniat menabrak Rabee dengan sengaja." Edward memperbesar wajah Evilla yang tertangkap CCTV.

"Dia sepertinya belum melihat dirimu yang sesungguhnya, Grah. Berani mengganggu orang-orang terdekatmu merupakan neraka dunia yang akan didapatkannya." Edward menepuk-nepuk layar ipadnya sambil geleng-geleng kepala.

Air wajah Anugrah berubah seutuhnya.

***

"Bee kamu baik-baik aja kan? Maaf aku tidak ada disisi kamu saat itu." Wajah Nadine terlihat cemas.

"It's okay Nad. Btw, kamu darimana?" Rabee meneguk jus sirsak didepannya.

"Dari rumah. Haaaaaah!" Nadine tiba-tiba berteriak.

"Kaget Nad, kaget. Hampir keselek jus sirsak kan ga lucu." Rabee sebal.

"Bee, sepertinya kita ditakdirkan memiliki masa depan yang sama." Nadine berkata lemah.

"Maksud kamu?" Rabee mngernyitkan alisnya.

"Aku juga dijodohkan Bee." Nadine terduduk dimeja makan sambil menenggelamkan kepalanya di kedua sisi lengan yang terlipat.

PRESIDENT'S MEMORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang